Larangan mudik Lebaran dimanfaatkan warga Surabaya, Jawa Timur, untuk tetap merayakan hari raya dengan silaturahmi dan menikmati suasana kota dengan menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Suasana Lebaran, Kamis (13/5/2021), di Surabaya, Jawa Timur, tampak lebih ramai di perumahan atau permukiman. Masyarakat mengikuti kebijakan pemerintah tentang larangan mudik Lebaran 6-17 Mei 2021.
Pengamatan Kompas di Surabaya, seusai shalat Id pada Kamis pagi, warga Surabaya mengadakan silaturahmi ke tetangga dan kerabat. Sebagian menaati anjuran untuk protokol kesehatan dengan tidak bersalaman dan tidak berkunjung ke rumah orang lain. Namun, ada yang tidak taat. Penerapan protokol untuk menekan potensi penularan pandemi Covid-19.
Di kawasan Rungkut hingga Jalan Ir Soekarno (MERR), seusai shalat Id, lalu lintas menjadi ramai. Mobil dan sepeda motor yang lalu lalang bukan sekadar berpelat Surabaya (S), melainkan juga dari Sidoarjo (W). Warga ingin menikmati suasana Lebaran di Surabaya karena tidak bisa bepergian akibat larangan mudik.
Di Jambangan, seusai shalat Id, warga beraktivitas di permukiman. Mereka bersilaturahmi dengan tetangga. Ada yang kemudian beristirahat. Namun, sebagian bepergian keliling kota ke pusat belanja, taman, atau ruang publik yang buka dengan protokol kesehatan.
”Tidak mudik ke Kediri karena ada larangan. Kami sekeluarga menikmati Lebaran di rumah dan keliling Surabaya,” kata Bambang Rianto, warga Jambangan, Kamis siang.
Adapun pejabat pemerintah melaksanakan shalat Id dan kemudian mengadakan silaturahmi secara virtual atau dalam jaringan (online). Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa shalat bersama 6.000 orang jemaah di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya. Setelah itu, Khofifah menuju rumah dinas di Gedung Negara Grahadi untuk silaturahmi virtual dengan jajaran pemerintah provinsi.
Dalam kesempatan itu, Khofifah mengucapkan selamat Lebaran bagi seluruh warga Jatim. Khofifah, mantan Menteri Sosial, juga meminta dukungan masyarakat untuk tetap berikhtiar menangani pandemi Covid-19 dengan disiplin protokol kesehatan.
”Saya berharap, penanganan terpadu bersama masyarakat bisa ditingkatkan,” kata Khofifah.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan keluarga melaksanakan shalat Id di rumah dinas samping Balai Kota Surabaya. Seusai shalat, Eri bersilaturahmi dengan kelurga inti dan orangtua. ”Saya bersyukur karena di hari yang fitri ini saya harap masyarakat beraktivitas tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan,” katanya.
Eri juga mengajak warga Surabaya silaturahmi bersama dan gelar griya online melalui laman bit.ly/SilaturahmiCakEri atau bergabung melalui akun Instagram @Surabaya dan @sapawarga. Warga juga dapat melihat silaturahmi online di akun Youtube Bangga Surabaya dan Sapawarga Kota Surabaya.
Selain Lebaran, peringatan Kenaikan Isa Almasih dirayakan oleh warga Surabaya yang beragama Kristen. Gereja-gereja mengadakan misa dan ibadat secara campuran. Ada kehadiran, tetapi dibatasi maksimal separuh dari kapasitas. Umat yang tidak bisa hadir ke gereja mengikuti misa secara daring.
Misa di gereja
Bagi umat Kristen, hari Kamis itu terasa istimewa karena bersamaan dengan perayaan Idul Fitri. Kamis menjadi terasa lebih meriah meski suasananya tetap dalam keprihatinan karena pandemi Covid-19 belum berakhir.
Di sinilah kemanusiaan seharusnya ditinggikan dan dirayakan dengan terus bergandeng tangan, saling menghargai, dan menjunjung toleransi.
Di sisi lain, hari itu juga tepat dengan peristiwa tiga tahun teror bom Surabaya. Tepat tiga tahun lalu, bom meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Teror dilakukan oleh satu keluarga teroris yang tewas saat meledakkan diri, tetapi juga mengakibatkan puluhan jiwa umat dan warga kehilangan nyawa.
Direktur Moderate Muslim Institute Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, tiga peristiwa besar dalam satu hari, yakni Lebaran, kenaikan Isa Almasih, dan peringatan teror bom Surabaya, sebaiknya dilihat sebagai dorongan untuk melestarikan toleransi dan saling menghargai.
”Di sinilah kemanusiaan seharusnya ditinggikan dan dirayakan dengan terus bergandeng tangan, saling menghargai, dan menjunjung toleransi,” kata Ahmad.
Amat jarang peristiwa besar lintas agama jatuh bersamaan. Sepatutnya umat Islam dan Kristen beserta segenap umat beragama dan berkeyakinan di Indonesia, khususnya di Surabaya, hidup rukun dan damai.
Sementara Marketing and Communication Department Head
Jasamarga Transjawa Tollroad Regional Division Corry Annelia Poundti mengatakan, hingga H-1 Idul Fitri 1442 H atau Rabu, 12 Mei 2021, PT Jasa Marga (Persero) mencatat total 131.812 kendaraan memasuki wilayah Surabaya dari arah barat dan selatan.
Angka kendaraan yang masuk ke wilayah Surabaya tersebut merupakan jumlah kendaraan yang melakukan transaksi di Gerbang Tol Warugunung dan Kejapanan. Jumlah kendaraan yang melintas di jalan tol mengalami penurunan 52 persen dari lalu lintas normal yang mencapai 272.818 kendaraan. Distribusi lalu lintas di dua arah sekitar 40 persen dari arah barat dan 60 persen dari selatan.