Menerapkan Protokol Kesehatan adalah Kesalehan Sosial
Khatib shalat Id di Masjid Raya Aceh mengajak jemaah patuh pada kebijakan pemerintah dalam melawan pandemi Covid-19 agar pandemi cepat berakhir sehingga hari raya berikutnya dapat dirayakan dengan suasana lebih meriah.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Perayaan Idul Fitri tahun 2021 terasa berbeda karena aktivitas silaturahmi terbatasi oleh pandemi Covid-19. Melawan pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan adalah bagian dari kesalehan sosial sebab dapat melindungi diri dan orang lain dari kemungkinan terpapar virus.
Hal itu disampaikan oleh Abrar Zym, khatib pada pelaksaan shalat Idul Fitri di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kamis (13/5/2021). Perayaan Lebaran tahun 2021 sangat berbeda karena masih dalam masa pandemi.
”Idul Fitri momen mempertahankan kualitas spiritual dan kesalehan sosial. Persoalan pandemi jangan saling berdebat, namun mari sama-sama kita lawan,” kata Abrar.
Pelaksaan shalat Idul Fitri di Banda Aceh berlangsung lancar. Ribuan jemaah memadati Masjid Raya Baiturrahman, masjid termegah di provinsi itu. Meskipun ada imbauan agar melaksanakan shalat di masjid di lingkungan masing-masing, masjid raya tetap menjadi pilihan utama warga di Banda Aceh.
Abrar menuturkan, silaturahmi memang esensi dari perayaan hari raya. Namun dalam kondisi pandemi Covid-19, protokol kesehatan harus diterapkan dengan ketat. Jika tidak terlalu mendesak, sebaiknya silaturahmi melalui bantuan teknologi telepon pintar.
”Melindungi diri dan melindungi orang lain dari paparan Covid-19 bagian dari kesalehan sosial,” kata Abrar.
Melindungi diri dan melindungi orang lain dari paparan Covid-19 bagian dari kesalehan sosial. (Abrar Zym)
Kasus Covid-19 di Provinsi Aceh dalam sepekan terakhir terus melonjak. Pemrov Aceh sempat melarang warga mudik antarkabupaten. Namun terakhir, kebijakan itu diubah dengan memperboleh mudik dengan sistem zonasi.
Abrar mengajak jemaah untuk patuh pada kebijakan pemerintah dalam melawan pandemi Covid-19 agar pandemi cepat berakhir. Dengan demikian, hari raya berikutnya dapat dirayakan dengan suasana yang lebih meriah.
Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Alidar mengatakan, perayaan Idul Fitri tahun ini dilakukan tanpa ada kegiatan yang mengundang massa, salah satunya takbir akbar. Biasanya pada malam Lebaran, Pemprov Aceh menggelar pawai takbir melibatkan warga desa, komunitas, dan kelompok pengajian.
”Tidak ada pelaksanaan takbir keliling di jalan raya seperti tahun-tahun sebelumnya, takbir hanya di masjid,” kata Alidar.
Namun, walaupun dalam kondisi pandemi, warga tetap menyambut Idul Fitri dengan sukacita. Misalnya kelompok musisi muda di Studiosa Banda Aceh mengeluarkan lagu bertema tradisi Lebaran. Lagu judul ”Peukateun Uroe Raya” dinyanyikan 14 penyanyi.
Nazar Shah Alam, produser Studiosa, mengatakan, lagu tersebut menampilkan sukacita menyambut hari raya, seperti tradisi silaturrahmi dan ragam kuliner tradisional.
”Melalui lagu ini, kami ingin menyampaikan, seperti inilah perayaan hari raya di Aceh, namun karena Covid-19 aktivitas silaturrahmi jadi terbatas,” kata Nazar. Lagu tersebut ditayangkan melalui channel Youtube. Seminggu setelah dirilis, sudah ditonton 83.000 kali lebih.