Tempat Tidur RS Covid-19 Makin Minim, Wisma Atlet Palembang Dibuka
Gubernur Sumsel Herman Deru akan membuka Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang, sebagai tempat untuk isolasi dan pengobatan pasien Covid-19. Langkah ini dilakukan setelah tingkat keterisian hampir mencapai 70 persen.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru segera membuka kawasan wisma atlet di Jakabaring, Palembang, sebagai tempat isolasi dan pengobatan pasien Covid-19. Langkah ini dilakukan setelah tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate) di Kota Palembang hampir menyentuh 70 persen. Dengan cara ini diharapkan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dapat segera tertangani.
Hal itu disampaikan Herman ketika mendampingi Menteri Sosial Tri Rismaharini di Palembang, Selasa (11/5/2021). ”Wisma atlet akan dibuka sebelum Lebaran,” kata Herman. Saat ini, Pemerintah Provinsi Sumsel sedang menyiapkan alat dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di kawasan tersebut. ”Sebagai tahap awal, saya akan buka satu tower dulu,” ucapnya.
Secara keseluruhan, ada sekitar 560 kamar di tiga tower kawasan wisma atlet. Artinya, bakal tersedia 189 kamar yang dibuka untuk tahap awal. Pembukaan wisma akan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tempat tidur.
Herman menuturkan, sebenarnya, kekurangan kamar di Palembang terjadi karena berkurangnya kapasitas tempat tidur dari 1.000 tempat tidur menjadi 780 tempat tidur. ”Inilah yang membuat tingkat keterisian melonjak signifikan,” ucap Herman.
Berdasarkan laporan situs Covid-19 Sumsel, tingkat keterisian tempat tidur di Sumsel mencapai 53 persen dari total tempat tidur yang tersedia mencapai 1.510 unit. Kota Palembang menempati peringkat tertinggi dengan keterisian tempat tidur mencapai 69 persen dari total tempat tidur 780 tempat tidur.
Sebenarnya, jika tempat tidur tersebut kembali ditambah, ujar Herman, tingkat keterisian bisa kembali ke fase aman, yakni sekitar 40 persen. ”Namun, saya tetap akan membuka wisma atlet jika sewaktu-waktu memang diperlukan,” ucapnya.
Herman mengatakan, sebenarnya Sumsel termasuk daerah yang beruntung karena memiliki fasilitas wisma atlet yang bisa digunakan jika kasus Covid-19 meningkat. Namun, memang pada Agustus 2020, fasilitas itu dinonaktifkan sementara karena jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 menurun di Sumsel.
Herman mengakui untuk membuka wisma atlet sebagai tempat isolasi dan perawatan dibutuhkan biaya tidak sedikit karena harus mendatangkan peralatan dan juga sumber daya manusia. Rencana pembukaan wisma atlet ini sudah direncanakan ketika Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian datang ke Palembang pada Minggu (2/5/2021).
Pembukaan ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan pasien jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus. ”Jangan sampai lonjakan kasus yang terjadi di India terjadi juga di Sumsel,” kata Tito kala itu.
Banyak rumah sakit yang sudah mengalihkan kamarnya untuk kebutuhan lain selain Covid-19. (Yudhi Setiawan)
Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan Kota Palembang Yudhi Setiawan menyambut baik keputusan Pemprov Sumsel tersebut. Itu karena banyak rumah sakit yang sudah mengalihkan kamarnya untuk kebutuhan lain selain Covid-19. ”Pengalihan tersebut dilakukan karena sebelum April 2021, kasus Covid-19 di Palembang sempat landai,” katanya.
Akibat keterbatasan tersebut, ujar Yudhi, banyak pasien yang membutuhkan kamar, terutama orang tanpa gejala yang melakukan isolasi mandiri. ”Mereka membutuhkan kamar karena tempat tinggalnya kurang memadai untuk dijadikan tempat isolasi mandiri,” ucapnya.
Sebelumnya, epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, menyebutkan, penambahan kamar memang sangat dibutuhkan karena lonjakan kasus sangat mungkin terjadi mendekati Lebaran. ”Karena memang mobilitas masyarakat yang tinggi, risiko penularan pun akan tinggi,” ucapnya.
Dia mengatakan, peningkatan mobilitas menjelang Lebaran mencapai 20 persen. Jika kamar tidak ditambah, dikhawatirkan akan berpengaruh pada keterlambatan penanganan sehingga akan berdampak pada meningkatnya jumlah korban jiwa. ”Sebaliknya, jika penanganan cepat, angka kematian bisa ditekan,” ucapnya.