Tempat wisata di Jatim beroperasi penuh selama liburan Idul Fitri 1442 Hijriah. Namun, untuk mengendalikan sebaran Covid-19, pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan dan kapasitasnya dibatasi maksimal 25 persen.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jatim mengizinkan semua tempat wisata di wilayahnya beroperasi penuh selama masa liburan Idul Fitri 1442 Hijriah. Namun, untuk mengendalikan sebaran Covid-19, pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan dan kapasitas tempat wisata dibatasi maksimal 25 persen.
Keputusan itu diambil setelah Pemerintah Provinsi Jatim menggelar rapat koordinasi dengan Forum Pimpinan Daerah Jatim serta bupati dan wali kota dari 38 kabupaten dan kota, Minggu (9/8/2021) malam. Pengelola wisata diminta mematuhi aturan pembatasan ketat terhadap jumlah pengunjung.
”Sudah didiskusikan bersama, kapasitas pengunjung dibatasi maksimal 25 persen untuk seluruh tempat wisata. Pembatasan itu bisa dilihat dari jumlah tiket yang terjual dari keseluruhan kapasitas tempat wisata,” ujar Khofifah, Senin (10/5).
Mantan Mensos ini menjelaskan, pengelola tempat wisata diminta menghentikan penjualan tiket setelah kapasitas maksimal pengunjung tersebut terpenuhi. Selain itu, kepolisian setempat akan melakukan penyekatan di titik-titik tertentu di kawasan wisata untuk menghalau pengunjung agar memutar balik kendaraannya.
Menurut Khofifah, berwisata merupakan satu paket kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat saat merayakan hari raya Idul Fitri. Biasanya, seusai shalat Idul Fitri, masyarakat akan berkunjung ke rumah sanak saudara dan mengisi masa liburannya dengan mengunjungi sejumlah wisata.
Pada masa pemberlakuan kebijakan larangan mudik, kunjungan ke tempat-tempat wisata diprediksi akan menjadi kegiatan utama pengisi libur Lebaran. Oleh karena itulah, Gubernur Jatim meminta semua kepala daerah melakukan koordinasi hingga tingkat paling bawah, yakni pemerintahan desa.
Selain itu, pemerintah daerah harus bersinergi dengan instansi lain, terutama Polri dan TNI, untuk mengawasi dan mengendalikan mobilitas masyarakat. Hal itu penting untuk mencegah terjadinya kerumunan yang berpotensi memicu kembali lonjakan sebaran Covid-19.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, lonjakan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 selalu terjadi pascalibur panjang, termasuk saat liburan Idul Fitri. Saat Lebaran tahun lalu, misalnya, terjadi peningkatan kasus sebesar 150 persen di Jatim. Penambahan kasus positif secara harian yang sebelumnya 200 per hari melonjak menjadi 400 kasus per hari, bahkan pernah sampai 500 kasus per hari.
Selain itu, setelah masa liburan 17 Agustus, juga terjadi lonjakan kasus yang signifikan dari 400 kasus per hari menjadi 650 kasus perhari. Peningkatan kasus tertinggi terjadi setelah libur akhir tahun 2020. Penambahan kasus harian yang sebelumnya sempat melandai di angka 400 kasus per hari melonjak tajam menjadi 800-1.000 kasus per hari.
”Ada kenaikan hingga 225 persen. Hal itu berarti mobilitas masyarakat yang tinggi dan tidak diikuti disiplin protokol kesehatan dapat menjadi pemicu peningkatan kasus positif Covid-19,” kata Khofifah.
Kenaikan kasus positif Covid-19 yang terjadi setiap habis liburan inilah yang harus dicermati bersama oleh pemerintah dan masyarakat agar bisa dijadikan pelajaran berharga pada masa kini dan yang akan datang. Oleh karena itulah, dia meminta kegiatan unjung-unjung (berkunjung) antartetangga yang menjadi tradisi Lebaran tidak dilakukan. Berwisata boleh, tetapi dibatasi jumlahnya.
Kapasitas pengunjung dibatasi maksimal 25 persen untuk semua tempat wisata.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Sidoarjo Djoko Surpriyadi mengatakan, pihaknya akan mematuhi kebijakan yang ditetapkan Pemprov Jatim. Selama libur Lebaran, seluruh tempat wisata diperbolehkan beroperasi penuh dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
”Namun, hal itu masih belum cukup untuk mencegah sebaran Covid-19. Oleh karena itulah, pemda akan menyosialisasikan kebijakan pembatasan pengunjung sebanyak maksimal 25 persen kepada seluruh pengelola tempat wisata,” ucap Djoko.
Kabupaten Sidoarjo memiliki beragam tempat wisata, seperti wisata mangrove Pulau Lumpur Sidoarjo di muara Sungai Porong. Selain itu, terdapat wahana wisata berkuda dan memanah di Kecamatan Tanggulangin dan wisata pendidikan di Museum Mpu Tantular. Terdapat juga wisata semburan Lumpur Sidoarjo di Porong serta wisata kuliner makanan khas, seperti sentra lontong kupang.
Kebijakan membuka sektor pariwisata di tengah pandemi dilatarbelakangi faktor ekonomi, selain memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap hiburan. Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, kunjungan wisatawan mancanegara menurun tajam selama pandemi Covid-19.
Data BPS menunjukkan kunjungan wisman ke Jatim melalui pintu masuk Bandara Juanda pada Maret hanya 52 kunjungan atau turun 24,64 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni Februari yang mencapai 69 kunjungan. Jumlah kunjungan wisman pada Maret ini turun sebesar 99,10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5.774 kunjungan.
”Industri pariwisata Jatim saat ini mengandalkan kunjungan wisatawan domestik. Itu pun tingkat kunjungannya tidak sebesar saat sebelum pandemi Covid-19,” ujar Dadang, Senin (3/5).