Enam Orang Meninggal, Kluster Masjid di Banyuwangi Diisolasi
Kluster masjid di Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi kluster terbesar kedua setelah pondok pesantren yang muncul pada September 2020. Penerapan protokol kesehatan harus diterapkan lebih ketat.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kluster masjid muncul di Banyuwangi, Jawa Timur. Sebanyak 62 warga terkonfirmasi positif dan enam orang meninggal karena Covid-19. Agar penularan tidak semakin meluas, akses keluar masuk kawasan kluster ditutup.
Kluster masjid di Banyuwangi menjadi kluster terbesar kedua setelah kluster pondok pesantren yang muncul pada September 2020. Penerapan protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat.
Munculnya kluster masjid di Banyuwangi dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (10/5/2021). ”Kasus ini bermula dari seorang warga yang meninggal karena Covid-19. Pasien ini diduga tertular dari jemaah dan takmir masjid. Pasien yang meninggal ini aktif berkegiatan di masjid tersebut,” ujarnya.
Dari kejadian itu, Satgas Covid-19 melakukan pelacakan terhadap jemaah, keluarga, dan warga sekitar. Hasilnya 62 orang dinyatakan positif Covid-19, sedangkan 4 orang di antaranya saat ini sedang dirawat intensif di RSUD Genteng. Kluster masjid ini juga sudah merenggut 6 nyawa warga Yudo Mulyo.
Widji mengatakan, kluster masjid ini merupakan kluster kedua terbesar di Banyuwangi setelah pondok pesantren yang muncul pada September 2020. Kendurnya protokol kesehatan menjadi penyebab kluster ini muncul dan menyebar secara masif.
Guna mencegah penularan semakin meluas, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama kecamatan setempat menutup akses keluar masuk Dusun Yudo Mulyo, Desa Ringin Telu, Kecamatan Bangorejo. Warga di Dusun Yudo Mulyo tidak diperkenankan keluar dari batas desa, sedangkan warga dari luar juga tidak diperkenankan masuk ke Dusun Yudo Mulyo.
”Akses keluar masuk dusun sudah ditutup. Untuk pemenuhan kebutuhan warga akan disediakan oleh Satgas Covid-19 dari kecamatan setempat. Kami juga menyiagakan petugas kesehatan 24 jam penuh untuk melayani warga di Dusun Yudo Mulyo,” tutur Widji.
Ditanya terkait keterisian tempat tidur di enam rumah sakit rujukan Covid-19, Widji mengatakan, saat ini keterisian mencapai 29 persen. Pihaknya belum berencana menambah fasilitas kesehatan karena dirasa masih cukup.
Masjid yang diduga menjadi pusat penularan ialah masjid Baitul Amin. Kasus ini terungkap setelah meninggalnya Lamidjo Hadisucipto (82) yang aktif berkegiatan di masjid tersebut.
Informasi mengenai meninggalnya Lamidjo karena Covid-19 dibenarkan oleh Wawan Kuswanto (47), putra Lamidjo. Ia tidak dapat memastikan dari mana ayahnya tertular. Namun, hasil pemeriksaan menyebut ayahnya terkonfirmasi Covid-19 saat dinyatakan meninggal.
”Dugaan sementara tertular di masjid karena Bapak (Lamidjo) banyak beraktivitas di masjid. Setelah Bapak dinyatakan positif, kami sekeluarga memeriksakan diri. Saya dan beberapa anggota keluarga lain sempat dinyatakan positif. Hal serupa juga terjadi pada keluarga takmir dan beberapa jemaah yang aktif di masjid,” tuturnya.
Dalam situasi ini, sejumlah keluarga yang negatif memilih mengungsi ke rumah saudara yang berada di desa atau kecamatan lain. Namun, sebagian besar masih berada di Dusun Yudo Mulyo untuk membantu tetangga yang masih harus menjalani isolasi mandiri.
Akses keluar masuk dusun sudah ditutup. Untuk pemenuhan kebutuhan warga akan disediakan oleh Satgas Covid-19 dari kecamatan setempat.
Wawan mengatakan, saat ini di dusunnya dipasangi imbauan agar warga tidak keluar masuk. Namun, Wawan, yang kini sudah negatif Covid-19, mengaku masih bisa keluar dusun untuk sekadar berbelanja kebutuhan bagi keluarganya dan tetangganya.
"Warga yang masih positif patuh melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Sementara warga yang sudah negatif bisa beraktivitas di luar rumah. Kami yang negatif kini membantu memenuhi kebutuhan tetangga-tetangga yang masih positif,” ujarnya.