421.000 Orang Masuk ke Jateng dengan Transportasi Umum
Sebanyak 421.929 orang tercatat bergerak ke Jawa Tengah dengan angkutan umum. Ini mencakup arus di terminal, stasiun, bandara, serta pelabuhan sejak 13 April hingga 8 Mei 2021.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 421.929 orang tercatat bergerak ke Jawa Tengah dengan angkutan umum hingga Sabtu (8/5/2021). Adapun jumlah total pemudik ke Jateng, termasuk dengan kendaraan pribadi, masih dalam pendataan. Sementara itu, sebanyak 524 mobil telah diputarbalikkan ke arah barat atau Jakarta di Gerbang Tol Kalikangkung Semarang.
”Jumlah orang yang sudah masuk ke Jateng melalui simpul transportasi, baik terminal, stasiun, maupun bandara serta pelabuhan, sejak 1 Ramadhan (13 April) hingga 8 Mei 2021 sebanyak 421.929 orang. Data orang yang sudah sampai kampung halaman tahun ini masih kami cocokkan dengan data kabupaten/kota,” tutur Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Jateng Henggar Budi Anggoro, Senin (10/5/2021).
Berdasarkan data Dishub Jateng, pada masa mudik dan balik Lebaran 2020, tercatat ada 925.000 orang yang sudah sampai ke kampung halaman. Angka itu jauh lebih rendah dari 2019 yang sebanyak 7,3 juta orang.
”Dugaan kami, (pemudik) yang sekarang sudah di kampung lebih rendah dari data simpul transportasi. Sebab, sebagian sudah meninggalkan Jateng lagi karena pulang (ke Jateng) lebih awal dan kembali (tempat kerja) juga sebelum pelarangan (mudik),” kata Henggar.
Larangan mudik diatur dalam Surat Edaran (SE) Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 selama Ramadhan. Salah satu poin ialah kewajiban karantina mandiri bagi pelaku perjalanan selama 5x24 jam, kecuali untuk sejumlah urusan tertentu.
Selanjutnya, Satgas Penanganan Covid-19 mengeluarkan tambahan atau adendum SE tersebut. Surat itu, antara lain, berisi pengetatan mobilitas pelaku perjalanan pada periode menjelang masa peniadaan mudik, yakni 22 April-5 Mei 2021, dan pascamasa peniadaan mudik, yakni 18 Mei-24 Mei 2021. Adapun ketentuan larangan mudik tetap 6-17 Mei.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang pada Senin mengecek pos penyekatan di Jembatan Krasak, Kabupaten Magelang, di perbatasan Jateng-DI Yogyakarta, menuturkan, ada tren penurunan arus kendaraan. Ia juga melihat sejumlah pelaku perjalanan mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker.
”Sampai tanggal 5 (Mei) itu masih ada peningkatan orang pulang, tetapi begitu tanggal 6 datanya drop. Jadi, artinya masyarakat taat,” kata Ganjar dalam keterangannya.
Sementara itu, di Gerbang Tol (GT) Kalikangkung, Kota Semarang, sejak 6 Mei hingga 10 Mei pukul 12.00, tercatat 1.207 kendaraan diperiksa, termasuk 487 mobil pribadi, 35 kendaraan penumpang, dan 2 kendaraan pengangkut barang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 524 kendaraan diputarbalikkan karena tak bisa memenuhi persyaratan perjalanan.
Selain itu, dilakukan juga tes cepat antigen kepada 228 orang dan seluruhnya negatif. Dibagikan juga 3.944 masker kepada para pengendara atau penumpang yang melewati GT tersebut.
Sebagian besar kendaraan yang diputarbalikkan berpelat nomor Jakarta dan daerah lain di luar Jateng.
Kepala Pos Pengamanan Terpadu di Gerbang Tol Kalikangung Ajun Komisaris Wahono mengatakan, sebagian besar kendaraan yang diputarbalikkan berpelat nomor Jakarta dan daerah lain di luar Jateng. ”Ada yang terus lewat tol di perbatasan Jabar-Jateng. Ada juga yang baru masuk tol setelah masuk Jateng,” ujar Wahono.
Dari pantauan Senin siang, sejumlah kendaraan yang melintas di GT Kalikangkung dari arah barat sebagian besar berpelat nomor B atau Jakarta. Sebagian bisa menunjukkan sejumlah syarat ketentuan perjalanan. Namun, sebagian lagi diputarbalikkan karena tak bisa menunjukkan dokumen persyaratan.
Menurut data pada laman Corona.jatengprov.go.id yang dimutakhirkan pada Senin (10/5) pukul 12.00, terdapat 190.889 kasus positif Covid-19 kumulatif di Jateng, dengan rincian 6.164 dirawat, 172.639 sembuh, dan 12.086 meninggal. Ada penambahan 504 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Jaga keluarga
Sejumlah warga Kota Semarang memilih untuk tidak mudik ke kampung halaman. Selain mematuhi peraturan yang telah ditetapkan pemerintah, mereka juga enggan mengambil risiko di tengah penularan Covid-19 yang masih terjadi di Indonesia, termasuk di Jateng.
Ahmad Ripai (37) dan keluarganya memilih tidak pulang ke Brebes karena melihat situasi Covid-19 yang belum reda. Dari berita, ia mengetahui kalau Brebes masih zona merah penularan Covid-19. Di sisi lain, Universitas PGRI Semarang, tempat ia bekerja, juga melarang mudik. Meski sudah divaksin, ia mantap tetap di rumah pada Lebaran ini.
Awalnya, keluarga di Brebes kaget ketika ia memutuskan tak mudik mengingat hal itu sudah menjadi tradisi setiap Lebaran, termasuk nyekar ke makam bapaknya. ”Namun, setelah kami jelaskan bahaya virus korona, ibu menyadari dan menerima. Tahun lalu, Lebaran di kampung halaman juga sepi karena banyak perantau tidak pulang,” kata Ripai.
Hal serupa juga dilakukan R Pandhu Nata Tri Atmaja (34), warga Semarang yang biasanya mudik ke Bantul, DIY, setiap Lebaran. Seperti tahun lalu, kali ini juga ia tak mudik. Adapun keluarga sudah mengerti karena menahan diri untuk mudik juga bagian dari upaya memutus rantai penularan Covid-19.
”Saya masih beranggapan situasi pandemi ini belum membaik selama masih ada orang-orang yang tidak disiplin dalam protokol kesehatan. Tentu ada kekhawatiran Covid-19 akan memburuk saat mudik karena budaya mudik di Indonesia selalu melibatkan manusia dalam jumlah yang banyak,” kata Pandhu.