Pusat Perbelanjaan di Pekalongan Padat, Tes Acak Masih Wacana
Enam hari jelang Lebaran, aktivitas masyarakat di pusat perbelanjaan meningkat. Di Kota Pekalongan dan Kota Tegal, sejumlah pusat perbelanjaan dipadati masyarakat.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Enam hari jelang hari raya Idul Fitri, sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, ramai dipadati masyarakat yang berbelanja kebutuhan menyambut Lebaran. Pemerintah setempat belum mengetatkan pengawasan protokol kesehatan dan baru mewacanakan pengetesan antigen secara acak di pusat-pusat perbelanjaan.
Seiring meningkatnya aktivitas masyarakat di pusat-pusat perbelanjaan dalam beberapa hari terakhir, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Pekalongan menggencarkan operasi penegakan protokol kesehatan. Inspeksi mendadak juga beberapa kali dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan dan persoalan yang harus diselesaikan.
”Dari pantauan kami, pengelola pusat perbelanjaan sudah berupaya menerapkan protokol kesehatan. Kendati demikian, penerapannya masih kurang maksimal. Untuk itu, kami akan memberikan masukan-masukan supaya ada perbaikan setelah ini,” kata Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid, dalam keterangannya, Jumat (7/5/2021).
Afzan menuturkan, sebagian besar masyarakat yang beraktivitas di pusat perbelanjaan sudah tertib dalam memakai masker. Kendati demikian, sebagian masyarakat masih berkerumun saat berbelaja. Afzan meminta agar pengelola-pengelola pusat perbelanjaan mengatur ulang tata letak ruangan toko.
Ke depannya, inspeksi dan pengawasan penerapan protokol kesehatan di pusat perbelanjaan akan digencarkan. Pengelola pusat perbelajaan yang kedapatan melanggar atau membiarkan adanya pelanggaran protokol kesehatan akan diberi sanksi teguran hingga penutupan tempat usaha.
”Kami juga akan melakukan tes usap antigen secara acak kepada para karyawan pusat perbelanjaan ataupun masyarakat. Hal ini kami lakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 sekaligus langkah deteksi dini Covid-19,” ucap Afzan.
Afzan menambahkan, pihaknya memahami situasi kebatinan masyarakat yang antusias menyambut Lebaran. Kendati demikian, ia tetap mengimbau masyarakat untuk memperketat penerapan protokol kesehatan. Sebab, kasus Covid-19 di Kota Pekalongan masih terus bertambah.
Hingga Jumat, jumlah kasus Covid-19 di Kota Pekalongan 2.263 orang. Dari jumlah tersebut, 58 orang merupakan kasus aktif dan 132 orang meninggal dunia. Kondisi itu membuat Kota Pekalongan dikategorikan sebagai zona oranye atau daerah dengan risiko penularan sedang.
Sementara itu, kerumunan masyarakat juga terpantau di pusat-pusat perbelanjaan di Kota Tegal pada Jumat petang. Di Pasar Pagi Kota Tegal, misalnya, kerumunan masyarakat mayoritas berada di bagian penjualan pakaian. Tak hanya berkerumun, sebagian orang juga menurunkan maskernya hingga dagu atau menggantung maskernya di leher.
”Kalau memakai masker, saya sulit berkomunikasi dengan pembeli. Kadang, pembeli tidak bisa dengar suara saya dengan jelas karena pasar sedang ramai,” kata Ovi (25), pedagang pakaian di Pasar Pagi Kota Tegal.
Kendati jarang memakai masker, Ovi mengaku selalu membawa masker di dalam tasnya. Masker itu baru akan dipakai saat ada pemeriksaan terkait penerapan protokol kesehatan dari petugas pasar.
Pengunjung bertambah
Kepala Pasar Pagi Kota Tegal Maskuri menuturkan, jumlah pengunjung pasar naik dalam dua hari terakhir, khususnya di Blok A yang banyak menjual pakaian. Kenaikan itu terjadi dari 400 orang per hari menjadi sekitar 600 orang per hari. Kenaikan pengunjung ini disebut Maskuri akan mencapai puncaknya pada Minggu (9/5/2021) dengan jumlah pengunjung 1.000 orang.
”Para pengunjung yang masuk ke pasar kami minta untuk memakai masker dan akan kami cek suhu tubuhnya. Jika biasanya imbauan untuk mematuhi protokol kesehatan hanya kami lakukan lewat pengeras suara, kini imbuan kami sampaikan dengan cara mendatangi satu-satu kios yang ada,” tutur Maskuri.
Untuk mengurangi kerumunan di pusat-pusat perbelanjaan, Bank Indonesia menyarankan masyarakat berbelanja secara daring. Jika harus berbelanja secara luring, transaksinya diharapkan bisa dilakukan secara nontunai.
”Pada era pandemi, kami berupaya mendorong digitalisasi ekonomi dan keuangan untuk mengurangi interaksi langsung antara penjual dan pembeli. Hal ini terus kami kampanyekan, salah satunya melalui tokoh agama dan tokoh masyarakat,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal M Taufik Amrozy.
Selain mengampanyekan transaksi ekonomi secara daring, Bank Indonesia juga mengimbau masyarakat untuk berbelanja kebutuhan Lebaran secara bijak dan tidak berlebihan. Berbelanja secara berlebihan, menurut Taufik, berpotensi memicu adanya inflasi.
Pada April 2021, Kota Tegal mengalami inflasi 0,08 persen. Angka ini merupakan yang paling tinggi di Jateng. Inflasi yang terjadi di Kota Tegal secara umum disebabkan kenaikan nilai indeks beberapa kelompok pengeluaran, antara lain kelompok perumahan 0,33 persen serta kelompok pakaian dan alas kaki 0,23 persen.