Kasus Meningkat, Mudik Lokal Medan dan Sekitarnya Dilarang
Mudik lokal di kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo kini dilarang karena kasus Covid-19 yang terus meningkat dan rumah sakit yang penuh. Pengawasan protokol kesehatan juga diperketat.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pemerintah melarang mudik lokal di kawasan aglomerasi Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo menyusul meningkatnya kasus Covid-19 di Sumatera Utara dan semakin penuhnya rumah sakit di Kota Medan. Pengawasan protokol kesehatan juga akan diperketat.
”Mudik lokal di kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro) dilarang. Kami siapkan petugas di kecamatan dan kelurahan yang berbatasan dengan Deli Serdang dan Binjai,” kata Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution, Jumat (7/5/2021).
Bobby mengatakan, mobilitas warga selama Lebaran ini akan sangat menentukan pengendalian Covid-19, apalagi Medan saat ini menjadi episentrum penularan Covid-19 di Sumut. Pada saat malam takbiran, Medan pun akan menyekat 32 titik di dalam kota. ”Takbiran bisa hanya di dalam masjid dan tidak ada takbir keliling,” kata Bobby.
Selain itu, lanjut Bobby, pengawasan protokol Covid-19 akan ditingkatkan. Petugas akan melakukan penjagaan di tempat-tempat publik. Saat ini, sejumlah tempat publik, seperti kafe, kedai kopi, pusat perbelanjaan, dan pasar tradisional, di Medan semakin ramai.
Kasus positif Covid-19 di Kota Medan per Kamis (6/5/2021) mencapai 15.497 kasus. Sebanyak 14.366 orang di antaranya telah sembuh dan 508 orang meninggal. Hingga kini, pasien Covid-19 yang dirawat di Medan pun mencapai 623 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuah mengatakan, beban rumah sakit kini terus meningkat karena semakin banyak pasien Covid-19 yang harus dirawat. Tingkat keterisian ruang isolasi Covid-19 di Medan pun kini mencapai 64 persen, melewati batas aman 60 persen.
Tingkat keterisian ruang isolasi Covid-19 di Medan pun kini mencapai 64 persen, melewati batas aman 60 persen. (Alwi Mujahit Hasibuan)
Rumah sakit utama yang menangani Covid-19 pun sudah penuh. Sementara RSU Martha Friska, Medan, yang sudah 1,5 tahun menjadi rumah sakit khusus Covid-19 pun sudah habis kontrak dengan Pemerintah Provinsi Sumut. ”Kepatuhan warga dalam melaksanakan protokol kesehatan akan sangat mengurangi beban rumah sakit,” kata Alwi.
Sebelumnya, sejumlah rumah sakit utama yang menangani Covid-19 melaporkan jumlah pasien yang meningkat pesat dalam sebulan belakangan. Ruang isolasi pun penuh dan terjadi antrean di instalasi gawat darurat.
RS Murni Teguh melaporkan, 64 tempat tidur di ruang isolasi mereka telah penuh. Di IGD bisa terjadi antrean hingga 15 orang. Adapun RS Royal Prima menyatakan bahwa semua ruang isolasi berkapasitas 224 orang penuh. Antrean di IGD hingga 10 pasien. Antrean pasien di IGD juga terjadi di RSUP H Adam Malik dan rumah sakit di daerah.
Salah satu pasien yang tidak mendapat tempat di rumah sakit adalah Yunita (35), warga Langkat, Sumatera Utara. Deni Pengestu (28), adik Yunita, menuturkan, petugas puskesmas menyatakan kakaknya terkena tifus. Karena kondisinya tidak bagus, ia dirujuk ke rumah sakit.
”Kakak saya demam dan sesak napas. Saat kami mendaftar ke rumah sakit, ruangan perawatannya penuh,” kata Denny. Karena tidak mendapat kamar, keluarga pun membawa pasien pulang ke rumah dan kondisinya terus menurun hingga akhirnya meninggal, pekan lalu.