Tempat Tidur Kian Terbatas, Gubernur Sumsel Belum Mau Buka Wisma Atlet
Tingkat keterisian tempat tidur di Sumatera Selatan kian mengkhawatirkan. Per Kamis (6/5/2021), tingkat keterisian mencapai 58 persen atau meningkat dibandingkan seminggu lalu yang sebesar 55 persen.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di Sumatera Selatan kian mengkhawatirkan. Sampai Kamis (6/5/2021), tingkat keterisian mencapai 58 persen atau meningkat dibandingkan dengan seminggu lalu sebesar 55 persen. Penambahan fasilitas kesehatan diperlukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 menjelang Idul Fitri.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, Jumat (7/5/2021), mengatakan, total tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Sumsel mencapai 1.506 unit. Dari jumlah tersebut sudah terisi sekitar 58 persen atau meningkat dibandingkan dengan seminggu lalu, yakni 55 persen.
”Peningkatan ini menjadi sinyal bagi pemerintah untuk lebih waspada,” ucap Iche.
Apalagi saat ini mobilitas penduduk menjelang Idul Fitri terpantau meningkat. Bahkan, peningkatannya mencapai 33 persen. Mobilitas warga terpantau di beberapa tempat, seperti pasar, pusat perbelanjaan, dan toko makanan. Jika fenomena ini tidak dicegah, dikhawatirkan akan menyebabkan kerumunan yang bermuara pada penularan Covid-19 yang meluas akibat banyaknya kerumunan warga.
Tingkat keterisian tempat tidur di Sumsel kini sudah mendekati standar dari Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19, yakni tingkat keterisian tidak boleh melebihi 60 persen. ”Sudah saatnya pemerintah melakukan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan kasus positif di Sumsel, terutama mendekati Idul Fitri,” kata Iche.
Jika tambahan fasilitas kesehatan terlambat disediakan, lanjut Iche, dikhawatirkan akan berpengaruh pada meningkatnya jumlah kematian di Sumsel yang saat ini sudah menyentuh angka 1.045 kasus atau sekitar 4,93 persen. Bahkan, pada Selasa (4/5/2021), warga Sumsel yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 13 orang. Apalagi saat ini, positivity rate sudah melebihi 30 persen.
Menurut Iche, tidak perlu menunggu sampai kasus melonjak karena dikhawatirkan akan terjadi keterlambatan penanganan dan berdampak pada banyaknya korban yang berjatuhan akibat Covid-19. ”Saya khawatir, jika tidak ada tempat tidur tambahan, akan terjadi antrean sehingga pasien terlambat ditangani,” ujarnya.
Iche juga memperingatkan adanya virus varian baru yang memiliki daya tular yang tinggi dan sudah menyebar di beberapa daerah. ”Kita tidak pernah tahu apakah virus varian baru itu sudah masuk di Sumsel atau belum,” ucapnya.
Disesuaikan kebutuhan
Menanggapi hal itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menilai untuk saat ini pembukaan wisma atlet belum mendesak karena tingkat keterisian tempat tidur belum melewati ambang batas yang ditentukan, yakni 70 persen. ”Ketika jumlah keterisian tempat tidur sudah melebihi ambang batas, wisma atlet Jakabaring, Palembang, akan kami buka kembali,” ujarnya.
Herman mengklaim, Sumsel adalah provinsi dengan jumlah tempat tidur untuk Covid-19 terbanyak di Pulau Sumatera. Apalagi, Sumsel juga memiliki wisma atlet dengan kapasitas tempat tidur sekitar 560 unit.
Namun, menurut Herman, pembukaan wisma yang terlalu dini akan menggelontorkan dana besar yang digunakan untuk menyediakan alat dan sumber daya manusia. ”Saya akan melihat kondisi pandemi setelah Idul Fitri. Jika memang dibutuhkan penambahan tempat tidur, wisma atlet akan dibuka kembali,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy mengatakan, selain membuka wisma atlet, pihaknya juga akan mengimbau rumah sakit untuk membuka atau bahkan menambah jumlah tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19. Selain itu, dia juga telah menginstruksikan beberapa daerah untuk membuka ruang isolasi di daerah masing-masing agar tidak terjadi penumpukan di Palembang.