Jembatan Sawunggaling dan Terminal Intermoda Joyoboyo, Ikon Baru Surabaya
Penanda lanskap ikonik Surabaya, Jawa Timur, bertambah setelah peresmian Jembatan Sawunggaling dan Terminal Intermoda Joyoboyo dengan harapan membawa manfaat besar bagi masyarakat, terutama dalam mobilitas.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
Tengara lanskap ikonik di Surabaya, Jawa Timur, bertambah lagi setelah peresmian Jembatan Sawunggaling dan Terminal Intermoda Joyoboyo, Sabtu (1/5/2021). Kehadiran dua infrastruktur itu tak sekadar menyambung wilayah, tetapi juga bisa mempererat hubungan warga.
Dua prasarana transportasi itu diharapkan membantu memecahkan masalah lalu lintas di kawasan Joyoboyo. Keberadaan jembatan juga menjadi pijakan untuk membuat Joyoboyo sebagai jantung mobilitas transportasi Surabaya, ibu kota Jatim. Diharapkan pula, ekonomi masyarakat terdorong positif.
Jembatan Sawunggaling dan Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) digagas oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini saat menjabat Wali Kota Surabaya. Risma turut hadir menyaksikan peresmian kedua prasarana itu oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Risma saat menjabat wali kota adalah atasan Eri yang ketika itu menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Sebelum mentas ke panggung politik dan berhasil menjadi wali kota dua periode, jabatan terakhir Risma adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
Di Surabaya kini terdapat 134 jembatan lama dan baru. Jembatan lama sudah banyak yang diperbarui, dipercantik, dan dilengkapi dengan sarana unik dan beragam. Jembatan baru menambah kecantikan ibu kota Jatim itu sekaligus diharapkan benar-benar bermanfaat dalam konteks transportasi, yakni memudahkan mobilitas masyarakat dalam beraktivitas untuk keberlangsungan kehidupan.
Jembatan Sawunggaling menghubungkan frontage atau jalur paralel sisi barat Jalan Raya Wonokromo dengan Jalan Gunungsari. Sebelumnya, penghubung kedua ruas itu adalah satu lajur di sisi barat jembatan lama. Jembatan Sawunggaling juga terhubung dengan TIJ yang telah selesai dibangun kembali sebagai prasarana multifungsi tetapi yang utama sebagai jantung moda transportasi.
Di seberang TIJ adalah Terminal Joyoboyo yang sebelum 1980 menjadi tempat mobilitas moda angkutan umum bus, minibus, lyn, taksi, bahkan trem listrik. Saat menjabat wali kota, Risma berencana menghidupkan kembali trem, bahkan menambahnya dengan jaringan monorel.
Namun, rencana ini belum bisa direalisasikan dan kemungkinan besar dialihkan ke proyek yang lebih strategis dan rasional. Misalnya, TIJ sebagai tempat naik turun penumpang bus-bus, bahkan yang berlajur khusus untuk koridor ke barat lewat Jalan Gunungsari dan koridor ke timur lewat Jalan Jagir Wonokromo.
Selain itu, Jembatan Sawunggaling dan TIJ memang ditujukan bagi pengunjung Kebun Binatang Surabaya (KBS) untuk memarkir kendaraannya. Sebelumnya, KBS harus menyediakan sebagian lahan dari 16 hektar kawasan untuk area parkir yang ketika musim liburan selalu meluber dan membuat macet kawasan sekitarnya. Kendaraan pengunjung dapat parkir di TIJ sehingga KBS bisa memanfaatkan areal parkir untuk pengembangan.
”Jembatan Sawunggaling bertujuan mendukung transportasi ke TIJ dan diharapkan mendorong peningkatan kunjungan ke KBS,” kata Eri di Surabaya, Senin (3/5/2021). Jika aspek peningkatan kunjungan itu tercapai, bisa diyakini membawa dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui jalur pariwisata.
Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyudrajad menyampaikan, Jembatan Sawunggaling membentang sepanjang 136 meter dengan lebar 17 meter. Lebar badan jalan cuma 7 meter sehingga yang lebih lebar tentunya adalah trotoar di sisi dalam kiri dan kanan jembatan itu. Jembatan ini membentang di atas Kali Surabaya yang 30-40 meter kemudian bercabang menjadi Kalimas dan Kali Jagir.
Irvan memaparkan, jembatan memakai beton precast berupa voided slab. Juga terdapat pilon jembatan setinggi 20 meter yang dilengkapi tangga menuju mensamin. Ada lampu besar dan setinggi 6 meter yang menyala warna-warni serta terdapat monitor dengan teks berjalan.
Nama jembatan ini terinspirasi dari legenda kuno, yakni Sawunggaling. (Irvan Wahyudrajad)
Di samping jembatan terdapat taman yang berhias air mancur yang dapat bergerak seirama dengan lagu yang diputar melalui pelantang suara (dancing fountain). Pengaman jembatan adalah kaca tempered berstiker dan berlampu hias.
”Nama jembatan ini terinspirasi dari legenda kuno, yakni Sawunggaling,” kata Irvan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Surabaya Erna Purnawati mengatakan, kurun 2010-2020 atau dalam periode kepemimpinan Risma, telah dibangun 128 jembatan. Jembatan Sawunggaling termasuk dalam sejumlah prasarana yang turut didesain oleh Risma, lulusan arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, itu.
Risma juga terlibat dalam mendesain jembatan yang diharapkan menjadi ikon Surabaya, yakni Jembatan Suroboyo di Kenjeran, Jembatan Ujung Galuh di Ngagel, dan Jembatan Sawunggaling.
”Saya berharap Jembatan Sawunggaling ini seperti Jembatan Suroboyo dan Jembatan Ujung Galuh dapat membawa manfaat besar bagi warga Surabaya yang amat saya cintai,” ujar Risma seusai peresmian Jembatan Sawunggaling.
Adapun TIJ merupakan revitalisasi atau pembangunan kembali total Terminal Joyoboyo untuk memaksimalkan pelayanan jasa angkutan umum. TIJ bisa menjadi asal dan tujuan, bahkan sekadar tempat tunggu penumpang atau masyarakat yang diharapkan memberi kenyamanan tanpa mengabaikan faktor keselamatan.
TIJ mewadahi berbagai moda angkutan umum, yakni bus kota, lyn, minibus, dan bus gandeng berbayar sampah plastik Suroboyo Bus. Gedung ini juga dapat mengakomodasi parkir kendaraan warga tujuan koridor barat dan timur atau angkutan umum. TIJ berdiri di lahan seluas 8.669 meter persegi dengan luas bangunan 34.624 meter persegi yang terdiri dari lima lantai dan basement.
Di TIJ terdapat area dalam ruangan yang dilengkapi penyejuk udara. Selain itu, ada 100 kios usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan berbagai produk. Juga ada ruang laktasi, mushala, taman bermain lalu lintas, dan ruang kontrol kamera pengawas. TIJ juga dilengkapi area terbuka hijau yang bebas dari struktur bangunan. Prasarana ini juga dihiasi dengan tanaman vertikal untuk meningkatkan kualitas iklim mikro agar nyaman bagi pengunjung, memenuhi estetika, dan ramah lingkungan.
Saya berharap Jembatan Sawunggaling ini seperti Jembatan Suroboyo dan Jembatan Ujung Galuh dapat membawa manfaat besar bagi warga Surabaya yang amat saya cintai. (Tri Rismaharini)
Irvan mengatakan, konsep pencahayaan TIJ mengoptimalkan cahaya alami, tetapi juga masih didukung dengan lampu hemat energi. Fitur konsumsi energi untuk tangga berjalan dan lift juga hemat energi. ”TIJ mendaur ulang air untuk dipakai menyiram tanaman dan penggelontoran di toilet serta disediakan tiga jenis tempat sampah untuk memudahkan pemilahan,” katanya.
Kehadiran Jembatan Sawunggaling menambah tempat berkumpul arek Suroboyo, seperti di Jembatan Suroboyo, yang justru dibuat untuk memanjakan warga karena lengkap dengan jalur pejalan kaki. Dari titik puncak jembatan yang bersisian dengan Suramadu, bisa menikmati angin laut.