Demi mengantisipasi terjadi bencana lingkungan, berbagai praktik ilegal, seperti tambang dan pembalakan, harus tegas diberantas. Bencana berulang jangan sampai terjadi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengingatkan kepala daerah dan aparat penegak hukum untuk serius mengantisipasi ancaman tindakan ilegal yang merusak lingkungan, seperti tambang dan pembalakan liar. Kerusakan lingkungan akibat praktik ilegal itu bakal mengganggu pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat.
”Kalau (seluruh aktivitas ilegal) tidak diantisipasi, dampaknya akan menimbulkan kerugian di masyarakat,” katanya, dalam Rapat Koordinasi Forum Komunikasi dan Perangkat Daerah Provinsi Jambi, di Kota Jambi, Kamis (6/5/2021).
Doni mengingatkan, aktivitas tambang emas liar dengan memanfaatkan merkuri dan sianida telah menelan korban di sejumlah daerah. Ia pun mencontohkan perihal tragedi kelahiran anak-anak dalam kondisi cacat akibat paparan merkuri di lokasi tambang emas liar di Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Jangan sampai bencana serupa terjadi di Jambi. ”Nanti Sungai Batangharinya jadi beracun dan merugikan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi akan terganggu. Kesehatan penduduk juga terganggu,” ujarnya. Karena itu, tambahnya, jangan sampai terjadi pembiaran.
Di Jambi, tambang emas liar menyebar di setidaknya lima kabupaten, yakni Batanghari, Sarolangun, Tebo, Merangin, dan Bungo. Tradisi mendulang emas yang telah ada turun-temurun berubah menjadi tambang emas skala besar dengan memanfaatkan mesin.
Nanti Sungai Batangharinya jadi beracun dan merugikan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi akan terganggu. Kesehatan penduduk juga terganggu.
Belakangan, aktivitas liar tersebut memanfaatkan alat berat mengeruk sungai dan tebing-tebing. Aktivitas liar itu menyebabkan ancaman longsong dan banjir serta mencemari air.
Adapun tambang minyak ilegal marak di Kabupaten Batanghari dan Sarolangun.
Pelaksana Tugas Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Abdul Muhari mengatakan, sebagian besar wilayah Jambi masuk ke dalam indeks bahaya banjir di Jambi dengan kategori bahaya tinggi. Wilayah yang paling sering dilaporkan mengalami banjir adalah Sarolangun, Bungo, Sungai Penuh, Kerinci, dan Merangin.
Longsor pun sering terjadi, umumnya di kawasan sekitar Bukit Barisan. Menurut Abdul, bencana longsor biasanya terjadi karena dipicu degradasi lingkungan. ”Tanah longsor masih akan terus terjadi jika aktivitas pembalakan liar atau tambang liar masih ada,” katanya.
Ia pun menyinggung, ancaman bencana juga mengintai di musim kemarau, yakni berupa kebakaran hutan dan lahan. Sejak Januari hingga Maret sudah ada sebaran 17 titik api di Jambi.
Terkait upaya mengantisipasinya, Kepala Polda Jambi Inspektur Jenderal Albertus Rachmad Wibowo mengatakan, pihaknya terus berupaya mencegah dan memberantas terjadinya praktik-praktik liar tersebut. Selain mengejar pelaku di lokasi tambang, aparat juga berupaya membongkar jaringan di hilirnya.
Lebih lanjut disampaikan Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi Komisaris Besar Sigit Dany, aparat membongkar sindikat penadahan emas hasil tambang liar. Rabu siang, tim Polres Sarolangun memperoleh informasi bahwa ada rumah toko di wilayah Tanjung Rambai, Gunung Kembang, Sarolangun, yang sering dijadikan tempat transaksi penadahan emas tanpa izin.
Tim pun mengecek dan mendapati temuan yang dimaksud. Pelaku langsung dibawa ke markas Polres Sarolangun untuk pemeriksaan lebih lanjut.