Kerugian Sementara akibat Badai Siklon Tropis Seroja di NTT Rp 3,4 Triliun
Kerugian sementara akibat badai siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur sekitar Rp 3,4 triliun, sementara dana yang dihimpun dari donor selama masa tanggap darurat sudah mencapai Rp 6,3 miliar.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kerugian sementara akibat badai siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur sekitar Rp 3,4 triliun. Sementara dana yang dihimpun dari donor selama masa tanggap darurat senilai Rp 6,3 miliar, belum termasuk bantuan bahan pokok dan sejenisnya. Jumlah korban hilang sampai hari ini 47 orang dan meninggal 182 orang. Posko lembaga keagamaan tetap dibuka sampai bantuan selesai didistribusikan.
Juru bicara Posko Tanggap Darurat Bencana Badai Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT), Marius Jelamu, di Kupang, Rabu (5/5/2021), mengatakan, 21 kabupaten/kota terdampak bencana badai Seroja, kecuali Kabupaten Sumba Barat Daya. Posko ini dibangun untuk mengumpulkan informasi kerusakan, dari 21 kabupaten/kota, berkoordinasi dengan kabupaten/kota, dan membantu para korban yang terdampak.
Kerugian sementara akibat badai Seroja sesuai analisis BNPB sekitar Rp 3,4 triliun, terdiri dari kerusakan rumah senilai Rp 1,2 triliun, infrastruktur jalan sekitar Rp 2,2 triliun. Nilai kerugian ini belum termasuk kerusakan fasilitas umum, seperti rumah sakit, puskesmas, gedung sekolah dan sarana pendukung, serta kantor-kantor pemerintah.
Untuk itu, BNPB sudah berkoordinasi dengan Dirjen Anggaran Kemenkeu, bagaimana desain, rehabilitasi, dan rekonstruksi yang dilakukan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di NTT soal ini.
Ia mengatakan, sejak posko dibuka, 6 April-5 Mei 2021, dana yang terkumpul senilai Rp 6,3 miliar. Dana ini akan diaudit oleh BPKP sebelum dimanfaatkan untuk membantu masyarakat yang terdampak. Soal jenis kegiatan terkait pemanfaatan dana ini masih dibicarakan antara Pemprov NTT dan pimpinan organisasi perangkat daerah serta BPKP NTT.
Selain uang, bantuan juga berupa bahan pokok, yakni beras, mi instan, minyak goreng, makanan ringan anak-anak, makanan siap saji, kental manis, air mineral, diapers, pembalut perempuan, kasur tipis dan ringan, selimut, genset, tandon air, perkakas dapur, serta kompor minyak tanah.
Bantuan juga berupa bahan bangunan, seperti seng, paku, kayu olahan, semen, dan tripleks. Pakaian layak pakai, alat-alat sekolah siswa, obat-obatan, alat shalat, pakaian dalam wanita, paket alat kesehatan, alat MCK, dan masker Covid-19.
Semua bahan bantuan sudah selesai didistribusikan ke kabupaten dan kota terdampak bencana. ”Bantuan itu cukup mengurangi penderitaan warga terdampak. Jika masih ada donor yang ingin menyampaikan bantuan dalam bentuk apa pun tetap diterima dan pemprov segera menyalurkan ke kabupaten/kota yang belum semua warga terdampak menerima bantuan,” ujar Jelamu.
Para penyumbang berasal dari Pemprov Sulawesi Selatan, Sumatara Barat, Jawa Barat, Pemprov Jawa Tengah, Papua Barat, dan beberapa kabupaten di luar NTT. Jawa Barat malah dua kali memberikan sumbangan bagi masyarakat NTT, pertama 25 April 2021 berupa uang Rp 750 juta dan bahan pokok, kedua 3 Mei 2021 diserahkan langsung Gubernur Ridwan Kamil senilai Rp 1 miliar.
Selain itu, sumbangan juga datang dari Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, lembaga perbankan, dan sejumlah perusahaan BUMN, seperti PLN dan Telkom.
Sekarang, tim dari Keuskupan Agung Kupang tidak hanya fokus pada bahan pokok, tetapi juga bahan bangunan. (Ursula Lio)
Bantuan juga datang dari lembaga perorangan, perusahaan swasta, dan paguyuban NTT di Papua, Kalimantan, para TKI di Malaysia, dan perwakilan mahasiswa di luar NTT. Ada yang menyampaikan bantuan ke posko, tetapi ada pula yang menyerahkan langsung ke warga yang terdampak bencana, tetapi tetap dicatat di posko.
Satu-satunya kabupaten di NTT yang tidak terdampak sesuai laporan Pemprov, yakni Sumba Barat Daya (SBD). Meski demikian, Moses Meje Rihi (48), warga SBD, membantah hal itu. Kerusakan akibat badai di daerah itu cukup parah, tetapi pemkab setempat tidak menyampaikan laporan apa pun ke posko provinsi.
”Ada dugaan hubungan kurang harmonis antara bupati SBD dan gubernur terkait kebijakan pengangkatan Sekda SBD oleh bupati yang sempat viral di media sosial,” kata Moses.
Jumlah korban meninggal dunia 182 orang, korban hilang 47 orang, dan korban luka-luka 115 orang. Jumlah pengungsi 53.877 jiwa, tersebar di Posko penampungan 6.454 orang dan pengungsi mandiri 47.423 orang. Total rumah warga yang rusak 53.432 unit dengan rincian rusak berat 6.407 unit, sedang 7.130 unit, dan rusak ringan 39.895 unit.
Fasilitas umum dan fasilitas sosial yang rusak 3.518 unit, berupa gedung sekolah, rumah sakit, puskesmas, infrastruktur jalan, jembatan, dan kantor-kantor pemerintah.
Tanggap darurat
Meski masa tanggap darurat sudah selesai, penanganan dampak bencana tetap jalan. Kini, pemprov dan pemkab/pemkot masuk masa transisi untuk rekonstruksi atau rehabilitasi selama enam bulan ke depan. Jika ada kabupaten yang masih melanjutkan masa tanggap darurat, dilanjutkan.
”Kita harap semua kerusakan itu didata, seperti perahu nelayan, alat tangkap, ternak, dan sejenisnya sehingga bisa diagendakan untuk penanganan ke depan. Data ini sangat penting karena tanpa data kita tidak bisa mengambil kebijakan untuk menangani kerusakan yang ada,” katanya.
Sejumlah lembaga keagamaan di Kupang terus mendistribusikan bantuan. Anggota Tim Posko Bencana Seroja Keuskupan Agung Kupang (KAK), Ursula G Lio, misalnya, mengatakan, posko KAK tetap dibuka sampai dengan semua bantuan selesai didistribusikan.
Hingga kini, masih ada ratusan bahkan ribuan kepala keluarga di desa-desa terpencil yang berlum terjangkau bantuan. Tim KAK setiap hari bergerak ke sejumlah pulau, seperti Sabu Raijua, Alor, Lembata, Rote, dan Adonara, untuk mendistribusikan bantuan dari penderma.
Ketua DPD WKRI NTT ini mengatakan, masih banyak warga di Pulau Sabu tidur dalam rumah yang atapnya sudah rebah di tanah. Mereka melubangi atap yang terbuat dari ilalang untuk masuk-keluar. Siang hari mereka berada di ladang, malam hari mereka masuk ke dalam rumah yang gelap itu, tanpa listrik.
”Sekarang tim dari KAK tidak hanya fokus pada bahan pokok, tetapi juga bahan bangunan berupa seng, kayu, paku, semen, dan tripleks. Meski rumah rusak berat akan dibangun pemerintah, tetapi tim KAK mengupayakan agar mereka bisa tinggal di rumah sederhanya yang lebih nyaman,” kata Ursula.
Gereja Kristen Masehi Injili di Timor (GMIT) pun demikian. Tim Posko Bencana Seroja setiap hari berjalan ke sejumlah pulau di NTT mengantar bantuan bahan pokok, pakaian layak pakai, seng, tripleks, dan bahan bantuan lain.