Sumut mengantisipasi varian baru virus Covid-19 dari India. Pintu masuk internasional kini dijaga ketat. Protokol kesehatan menjadi langkah penting mencegah masuknya varian baru Covid-19.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sumatera Utara mengantisipasi masuknya varian baru virus Covid-19 dari India yang mempunyai daya tular lebih tinggi. Pintu masuk internasional pun kini dijaga ketat. Protokol kesehatan menjadi salah satu langkah penting mencegah masuknya varian baru Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, hingga kini belum terdeteksi adanya varian Covid-19 dari India (B.1.617) di Sumut. ”Varian baru yang sudah ditemukan di Sumut adalah B.1.1.7 yang bermutasi di Inggris. Kasusnya saat ini sudah sembuh,” kata Alwi, Rabu (5/5/2021).
Alwi mengatakan, saat ini Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melakukan penjagaan ketat di semua pintu masuk internasional, baik dari jalur laut maupun jalur udara. Saat ini, warga negara asing yang memiliki riwayat perjalanan dari India selama 14 hari terakhir dilarang masuk ke Indonesia.
WNA yang bisa masuk ke Indonesia pun hanya yang memenuhi kriteria tertentu, antara lain telah memiliki izin khusus dari kementerian. WNI yang masuk ke Indonesia pun wajib menjalani isolasi lima hari.
Ketua Tim Penanganan Penyakit Infeksi Emerging Satgas Covid-19 Sumut Restuti Hidayani Saragih mengatakan, saat ini sudah semakin banyak varian Covid-19 yang sudah masuk ke dalam negeri. Karena itu, masuknya varian baru ke Sumut bisa saja terjadi dari transmisi antardaerah.
Restuti mengatakan, semakin banyak varian yang masuk ke Sumut akan semakin sulit penanganannya. ”Karena itu, pembatasan mobilitas warga sangat penting dilakukan saat ini, khususnya pada libur Lebaran ini,” kata Restuti.
Restuti pun berharap agar masyarakat benar-benar mematuhi larangan mudik yang sudah disampaikan pemerintah. Warga pun diminta tidak menciptakan kerumunan selama libur Lebaran, termasuk di tempat wisata.
Cahyono Bayu Aji (43), warga Medan, mengatakan, ia mengalami gejala Covid-19 sejak awal April dan curiga terinfeksi varian Covid-19 baru. ”Saya menjalani sekali tes usap antigen dan dua kali tes PCR semua hasilnya negatif, tetapi hasil foto CT Scan paru menunjukkan indikasi Covid-19 yang sangat kuat,” kata Bayu.
Melihat foto CT Scan paru yang berembun, dokter yang memeriksa Bayu pun meyakini Bayu terinfeksi Covid-19. Bayu pun mengalami gejala demam, batuk, dan sesak napas. Istrinya pun positif Covid-19 dan dirawat di rumah sakit.
Bayu pun diberikan obat oleh dokter dan diminta isolasi mandiri di rumah karena tes PCR-nya menunjukkan negatif meskipun paru-paru bermasalah. Setelah sekitar dua minggu, kondisinya membaik, termasuk paru-parunya.
”Saya lalu tes PCR lagi setelah kondisi membaik, tetapi justru hasilnya positif,” kata Bayu. Karena itu, ia mencurigai dirinya terpapar virus Covid-19 varian baru. Namun, hingga saat ini belum ada pemeriksaan resmi dari laboratorium jenis virus yang menginfeksinya.
Tekan angka kematian
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, saat ini pihaknya mengantisipasi melonjaknya jumlah pasien Covid-19. Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di Sumut kini sudah 64 persen. Sejumlah ruang isolasi Covid-19 di Sumut pun sudah penuh, seperti RS Murni Teguh dan RSUP H Adam Malik.
Angka kematian di Sumut mencapai 3,3 persen dan ini harus diturunkan.
Dengan kondisi rumah sakit yang sudah hampir penuh, kata Edy, ia pun bertemu dengan sejumlah manajemen rumah sakit di Sumut. ”Angka kematian di Sumut mencapai 3,3 persen dan ini harus diturunkan,” kata Edy Rahmayadi dalam siaran pers yang diterima Kompas. Angka itu lebih tinggi dari angka nasional, yakni 2,73 persen.
Edy mengatakan, pemerintah akan menyiapkan cadangan ruang isolasi apabila diperlukan. Ia meminta agar penanganan pasien tidak hanya di satu rumah sakit tertentu saja, tetapi tersebar di sejumlah rumah sakit yang tersedia.
Direktur Operasional RS Murni Teguh Jong Khai mengatakan, ruang isolasi Covid-19 di rumah sakit tersebut saat ini penuh. Ia berharap ada sinergi antar-rumah sakit agar pasien Covid-19 yang tidak tertampung bisa langsung dikirim ke rumah sakit lain.
Direktur Utama RSUP H Adam Malik Zainal Safri mengatakan, kematian yang tinggi bisa disebabkan oleh keterlambatan pasien dibawa ke rumah sakit. ”Ada pasien yang datang ke rumah sakit memang kondisinya sudah berat. Ada juga kiriman dari luar Kota Medan,” ujar Zainal.
Ia mengusulkan, ada tim besar dari berbagai rumah sakit agar bisa saling membantu dalam menangani pasien yang kritis dan membutuhkan pertolongan segera.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, per 4 Mei, kasus positif di Sumut 29.653 kasus. Sebanyak 26.375 di antaranya telah sembuh dan 976 meninggal. Dengan demikian, kasus aktif ada 2.302, baik yang dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri.