Sebanyak 158 Pos Penyekatan Mudik di Jabar Dioperasikan Besok
Sejumlah 158 pos penyekatan mudik Lebaran di Jawa Barat dioperasikan mulai besok, Kamis (6/5/2021). Ribuan ruang karantina di desa dan kelurahan disiapkan untuk mengisolasi pemudik yang lolos sampai ke kampung halaman.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Petugas operasi gabungan Satgas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Bogor saat melakukan penyekatan kendaraan menuju arah Puncak di Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/3/2021).
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 158 pos penyekatan mudik Lebaran di Jawa Barat segera dioperasikan pada 6-17 Mei 2021. Pemerintah desa dan kelurahan menyiapkan ruang karantina untuk mengisolasi pemudik yang lolos sampai ke kampung halaman.
Pos penyekatan tersebar di perbatasan daerah di jalan arteri dan tol. Pos tersebut akan dijaga petugas dinas perhubungan, polisi, TNI, dan satpol PP untuk mencegah pelaku perjalanan yang nekat mudik.
”Ada 158 titik penyekatan, termasuk jalan-jalan tikus, dan sudah diatur sedemikian rupa oleh petugas,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil seusai Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lodaya 2021 di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (5/5/2021).
Gubernur Jabar Ridwan Kamil (baju putih) saat menjadi inspektur upacara Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Lodaya 2021 di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (5/5/2021).
Selain sebagai tujuan mudik, Jabar juga menjadi pelintasan warga dari DKI Jakarta dan Banten menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Agar penyekatan berjalan optimal, Kamil meminta petugas bersiaga 24 jam.
”Karena ada perbincangan di media sosial, para pemudik curi-curi waktu ketika penjaga tengah beristirahat. Jadi, (petugas) harus dibagi dalam 3 sif dalam 24 jam,” ucapnya.
Meskipun pemerintah telah melarang mudik, sejumlah warga diprediksi tetap nekat mudik menjelang Lebaran. Kamil meminta pemerintah desa dan kelurahan menyiapkan tempat karantina bagi pemudik untuk mencegah penularan Covid-19.
Selain sebagai tujuan mudik, Jabar juga menjadi pelintasan warga dari DKI Jakarta dan Banten menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Agar penyekatan berjalan optimal, Kamil meminta petugas bersiaga 24 jam.
”Kepala desa, RT/RW sudah menyiapkan ruang-ruang karantina untuk memastikan orang yang datang itu bisa dikarantina selama lima hari,” ucapnya.
Kamil mengimbau masyarakat mematuhi kebijakan larangan mudik. Sebab, tingginya mobilitas warga saat Lebaran berpotensi menularkan Covid-19 kepada keluarga di kampung halaman.
Survei Kementerian Perhubungan mengindikasikan animo masyarakat untuk mudik masih tinggi. Sebanyak 33 persen warga, yakni 81 juta warga, akan mudik Lebaran jika tak ada larangan dari pemerintah. Sementara jika pemerintah melarang mudik, 11 persen atau 27 juta warga ingin tetap mudik (Kompas, 8/4/2021).
Berdasarkan survei itu, Jabar menjadi tujuan mudik terbanyak kedua sebesar 23 persen. Jumlah itu masih di bawah Jateng sebesar 37 persen. Sementara Jawa Timur menjadi tujuan mudik terbanyak ketiga sebesar 14 persen.
Kepala Satpol PP Jabar Ade Afriandi menyatakan sudah mengeluarkan surat edaran kepada kepala desa se-Jabar untuk melaksanakan kewajiban karantina bagi pelintas batas wilayah. Posko pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro pun dioptimalkan untuk menyosialisasikan protokol kesehatan.
”Kami berharap desa dan kelurahan mengarahkan supaya para pemudik yang sudah memasuki wilayahnya untuk melakukan karantina,” ujarnya.
Kompas
Petugas Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merapikan kasur di rumah isolasi Covid-19, Rabu (24/6/2020). Fasilitas itu disiapkan sebagai tempat isolasi warga yang pulang kampung dari zona merah jika reaktif tes cepat (rapid test).
Sebelumnya, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jabar Bambang Tirtoyuliono menyampaikan, pemerintah desa hingga perangkat RT dan RW sangat berperan dalam mencegah penularan Covid-19. Oleh sebab itu, ketersediaan ruang isolasi sangat penting untuk mengantisipasi penularan virus korona baru melalui pemudik.
”Semua desa di Jabar (5.312 desa) sudah memiliki posko Covid-19. Kalau untuk ruang isolasi itu baru sekitar 1.000-an desa yang memilikinya. Sukarelawan juga sudah terbentuk,” katanya.
Hingga Rabu pukul 14.00, terdapat 284.835 kasus Covid-19 di Jabar. Jumlah kasus itu tertinggi kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Kepatuhan masyarakat untuk tidak mudik dan kesadaran melakukan karantina diharapkan menekan potensi penularan Covid-19.