Kurangi Pencemaran Lingkungan, Jawa Barat Kelola Sampah Berbasis Aplikasi
Untuk mengurangi pencemaran lingkungan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengelola sampah berbasis aplikasi digital. Sampah dari rumah warga dijemput oleh pemulung dan diantarkan ke pabrik daur ulang.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Jawa Barat memproduksi 35.000 ton sampah per hari. Namun, baru sekitar 40 persen yang bisa dikelola. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan, Pemerintah Provinsi Jabar menerapkan pengelolaan sampah berbasis aplikasi digital untuk didaur ulang.
Sistem pengelolaan sampah ini bekerja sama dengan aplikasi Octopus yang dapat diunduh di gawai. Sampah plastik di rumah-rumah warga akan dijemput oleh pemulung atau pengumpul dan diantarkan ke pabrik daur ulang di Kabupaten Bandung Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pengelolaan sampah melalui Octopus menerapkan konsep ekonomi sirkular. Selain membiasakan warga memilah sampah, juga memberikan manfaat ekonomi.
”Dengan memilah dan memilih sampah, kita dapat penghasilan sekaligus menyelamatkan lingkungan,” ujarnya seusai meluncurkan program ”Kelola Sampah Berbasis Digital Menuju Jabar Juara”, di Kota Bandung, Rabu (5/5/2021).
Kamil menuturkan, sampah yang dikumpulkan dapat digunakan kembali setelah didaur ulang. Dengan demikian, program tersebut melibatkan banyak pihak dari proses pengumpulan, distribusi, produksi, hingga konsumsi.
Aplikasi Octopus dianggap menyederhanakan proses pengelolaan sampah. Masyarakat dapat memanggil pemulung terdekat untuk menjemput sampah plastik ke rumah.
”Jadi, tinggal unduh aplikasinya. Terus nanti seperti order online, pelestari atau pemulungnya yang akan datang ke rumah untuk mengambil sampahnya dan melakukan bid (penawaran),” katanya.
Sampah yang dikumpulkan dapat digunakan kembali setelah didaur ulang. Dengan demikian, program tersebut melibatkan banyak pihak dari proses pengumpulan, distribusi, produksi, hingga konsumsi.
Pemulung kemudian mengantarkan sampah ke PT Namasindo Plas di Bandung Barat untuk didaur ulang. Perusahaan ini juga telah mengelola sampah plastik dari Bali dan Makassar (Sulawesi Selatan).
Menurut Kamil, kolaborasi dengan Octopus menjadi langkah awal dalam menyempurnakan pengelolaan sampah di Jabar. Sebab, warga dimudahkan menyetorkan sampah.
Kamil menambahkan, untuk saat ini, pemakaian aplikasi Octopus di Jabar baru diterapkan di Kota Bandung. Penggunaannya akan terus diperluas sehingga dapat diakses di 27 kabupaten/kota di Jabar.
”Saya menitipkan, karena ini baru di Bandung, kepada kepala dinas dalam waktu enam bulan bisa sempurna (diterapkan) di seluruh daerah se-Jabar,” ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayaningtyas mengatakan, dari produksi 35.000 ton sampah per hari di Jabar, 40 persen di antaranya adalah sampah anorganik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai. Oleh sebab itu, sampah ini perlu diminimalkan pemakaiannya atau didaur ulang sehingga dapat digunakan kembali.
”Kami mengajak semua pihak berkolaborasi mengurangi sampah di sumbernya dan penanganannya sampai ke hilir,” ujarnya.
Prima mengatakan, pihaknya juga telah mengembangkan tujuh bank sampah induk di sejumlah kabupaten/kota. Ketujuh bank sampah itu diharapkan dapat terhubung melalui aplikasi Octopus sehingga memudahkan pendistribusian sampah untuk didaur ulang.