Meski telah sepakat menolak praktik tambang emas liar, masyarakat tak berdaya karena sebagian alat berat dikawal masuk dalam pengawalan yang diduga dilakukan oknum aparat.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Masifnya praktik tambang emas ilegal di wilayah Pelepat, Kabupaten Bungo, Jambi, meresahkan masyarakat. Upaya adat menjaga hutan dan sungai dari kerusakan lingkungan terhadang aktivitas sejumlah oknum aparat yang diduga mengawal praktik tambang liar.
Camat Pelepat, Abasri, menceritakan, masyarakat resah karena tak berdaya menahan masuknya alat-alat berat yang masif menambang emas di wilayah adat itu. ”Masyarakat menolak tambang liar, tetapi desakan petambang dari luar masuk ke wilayah kami sangat besar,” ujarnya, Rabu (5/5/2021).
Meski telah sepakat menolak praktik tambang emas liar, lanjutnya, masyarakat mengeluhkan adanya alat-alat berat yang dibawa masuk dalam pengawalan orang-orang tak dikenal. Karena menuai ancaman, masyarakat mengalah demi keselamatan.
Hari ini saya akan panggil yang terkait dan meminta keterangan. Kalau ada yang terbukti terlibat, pasti kami tindak. (Zulkifli)
Mereka lalu melaporkan kejadian-kejadian itu ke pemerintah daerah setempat. Diperkirakan, ada lebih dari 50 alat berat masuk ke wilayah itu untuk menambang emas di Dusun Batu Kerbau.
Adapun forum komunikasi pemangku kepentingan di wilayah itu juga telah sepakat menolak tambang emas liar. ”Surat pernyataan bersama ini ditandatangani semua kepala desa. Ada 15 desa,” katanya.
Akhir pekan lalu, operasi pemberantasan tambang emas liar di Batu Kerbau kembali digelar. Namun, saat petugas masuk, tidak ditemukan alat berat sehingga tim kembali pulang. Satu hari setelahnya, Selasa (4/5/2021), sekitar pukul 03.00, pekerja tambang ditemukan kembali membawa masuk alat berat ke wilayah adat dusun itu. Alat berat melintasi Dusun Rantau Keloyang, lalu melewati pos jaga perusahaan sawit setempat untuk menuju hutan adat di Dusun Batu Kerbau.
Mengetahui informasi masuknya alat berat menuju lokasi tambang ilegal, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi Komisaris Besar Sigit Dany mengatakan, tim Polres Bungo langsung mengecek ke lokasi. Alat berat yang dimaksud sudah berada di wilayah Batu Kerbau, lengkap dengan peralatan tambang dan jeriken-jeriken berisi bahan bakar minyak. Dari laporan yang diperoleh pihaknya, alat berat itu dikawal oleh seorang oknum TNI berinisial Serda Zul yang bertugas di Komando Distrik Bungo Tebo.
Komandan Distrik Militer 0416/Bungo Tebo Letnan Kolonel Inf Arianto membenarkan informasi tersebut. Pihaknya masih perlu mengecek kebenarannya. ”Saya sudah dapatkan infonya. Makanya kami cek,” katanya.
Ditelusuri
Ia melanjutkan, tujuan masuknya alat berat ke Batu Kerbau masih ditelusuri. Namun, sebagai langkah antisipasi kejahatan, alat berat dikeluarkan dari lokasi dengan berkoordinasi bersama pihak kepolisian setempat.
Komandan Resor Militer 042/Garuda Putih Brigadir Jenderal Zulkifli juga mengaku telah mendapatkan laporan perihal keterlibatan oknum aparat dalam jajarannya yang mengawal praktik tambang emas liar. Pihaknya menindaklanjuti laporan-laporan itu. ”Hari ini saya akan panggil yang terkait dan meminta keterangan. Kalau ada yang terbukti terlibat pasti kami tindak,” katanya.
Zulkifli memastikan tidak akan membiarkan jika ada anggotanya bermain dalam praktik-praktik ilegal. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan kepolisian untuk bekerja sama memberantas kejahatan lingkungan.
Sebagaimana diketahui, masifnya praktik tambang emas liar itu telah mencemari Sungai Pelepat yang merupakan hulu Sungai Batanghari. Menurut Abasri, tambang liar yang mengeruk sungai dan tebing-tebingnya telah mencemari air sungai yang merupakan sumber kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Air sungai yang semula jernih kini keruh. Dalam kondisi sekarang, memasuki musim kemarau, air sungai itu surut drastis. Akibatnya, keruhnya air tampak semakin pekat.
Maraknya aktivitas itu di wilayah Bungo juga merusak ekosistem sungai pada lima sungai primer beserta 50-an anak sungainya, mulai dari hulu ke hilir. Aktivitas itu, antara lain, didapati menyebar di hulu Sungai Pelepat, Senamat, Batangbungo, Batangtebo, dan Batangjujuhan.
Hasil uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo tahun 2019 menunjukkan, kadar kekeruhan air melampaui ambang batas pada seluruh sungai primer di Bungo. Kekeruhan melampaui ambang batas terpantau di Batang Bungo, Batang Tebo, Batang Jujuhan, Batang Senamat, dan Pelepat.
Dari sampel yang diambil pada 15 lokasi, kadar kekeruhan tinggi terpantau seluruhnya di atas 25 Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Angkanya beragam, bahkan hingga di atas 100 NTU.