Pandemi, puasa, dan vaksinasi menjadi kendala penjaringan darah transfusi di Kabupaten Malang dan Blitar. PMI mencari cara untuk menambah stok darah yang menipis.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Selama Ramadhan dan mendekati Lebaran, persediaan darah di Kabupaten Malang dan Blitar, Jawa Timur, kian menipis. Sebagai alternatif, Palang Merah Indonesia setempat mewajibkan resipien membawa donor pengganti ketika melakukan transfusi.
Kepala Bagian Pelayanan Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang Sri Hartami, Selasa (4/5/2021), mengatakan, sejak pekan lalu pihaknya telah menerapkan kebijakan donor pengganti.
”Donor pengganti diterapkan agar kita tidak kosong stok sama sekali. Antisipasi kami seperti itu karena saat ini sulit sekali mendapatkan donor. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di sini saja, tetapi juga di daerah lain,” katanya.
Menurut Hartami, ada beberapa hal yang menyebabkan stok darah menipis. Pertama, jumlah donor turun akibat puasa. Kedua, situasi masih pandemi sehingga banyak calon donor masih khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan. Ketiga, donor terkendala oleh vaksinasi Covid-19 yang baru saja dilakukan.
Selama pandemi, jumlah darah yang masuk ke PMI Kabupaten Malang turun sekitar 60 persen. Jika sebelum pandemi ada 2.000-2.500 kantong darah yang masuk ke PMI Kabupaten Malang setiap bulan, selama pandemi maksimal hanya 1.200 kantong. Sementara itu, kebutuhan terhadap darah bisa mencapai 2.600 kantong per bulan.
Menyangkut vaksin, Hertami mencontohkan, prajurit TNI dari salah satu batalion di Malang sebenarnya dijadwalkan melakukan donor darah besok. Namun, karena banyak dari mereka yang baru saja mendapatkan vaksinasi, kegiatan itu akhirnya belum bisa dilakukan saat ini.
”Donor darah mensyaratkan batas waktu dua pekan setelah seseorang menerima vaksinasi kedua. Sebelum dua minggu, tidak bisa,” kata Hertami.
Kondisi serupa juga terjadi di Blitar. Kepala Unit Donor Darah PMI Kabupaten Blitar Christine Indrawati mengatakan, persediaan darah di tempatnya per 4 Mei pagi tinggal 5 kantong untuk golongan darah A, 27 kantong B, 2 kantong O, dan 12 kantong untuk AB. Adapun pada sore hari bertambah menjadi 11 untuk A, 34 B, 12 AB, dan 18 O.
”Kondisi di tempat kami juga sama. Ini siklus tahunan saat bulan puasa sampai H+7 pasti kondisinya tipis sekali,” katanya.
Untuk menjaring masyarakat yang ingin mendonorkan darahnya, PMI Kabupaten Blitar menyiapkan paket sembako selama Ramadhan, berupa gula dan minyak goreng. Paket tambahan ini diberikan selain paket regular yang selama ini diberikan kepada pendonor, seperti susu dan makanan ringan.
PMI Kabupaten Blitar juga mengeluarkan imbauan melalui media sosial agar warga memiliki keinginan untuk mendonorkan darah. Cara ini cukup efektif karena beberapa hari lalu ada tambahan pendonor. Jika biasanya di bulan puasa pada masa pandemi hanya ada 2-3 orang, kemarin bisa menjaring 9-10 orang.
Langkah lainnya adalah PMI Kabupaten Blitar mencoba minta bantuan ke Komando Distrik Militer Blitar dan Kepolisian Resor Blitar. Jelang puasa lalu, PMI dapat 91 kantong dari polres setempat.
Kondisi di tempat kami juga sama. Ini siklus tahunan saat bulan puasa sampai H+7 pasti kondisinya tipis sekali.
”Juga ke kelompok donor gereja, wihara, juga kami minta bantuan. Memang ada kendala mereka baru saja vaksin. Ternyata itu berpengaruh. Ini kami juga coba pendekatan ke sekolah-sekolah, di sana ada kader PMI yang khusus donor darah, ini kami minta jawil teman-temannya siapa tahu bersedia berdonor,” katanya.
Sebagai gambaran, dalam kondisi normal, PMI Kabupaten Blitar biasanya mendapatkan 900-1.000 kantong darah per bulan. Namun, selama pandemi, jumlahnya menyusut menjadi 600 kantong. Adapun kebutuhan darah fluktuatif. Jika permintaan banyak, PMI Blitar biasa meminta bantuan ke PMI tetangga.
”Kalau kondisinya seperti saat ini, sama-sama membutuhkan, sedangkan PMI lain juga stoknya menipis, tentu menjadi kendala tersendiri,” ucapnya.