Pengetatan pemudik di Karawang, Jawa Barat, dilakukan di sejumlah titik perbatasan, terutama Kabupaten Bekasi. Beberapa pemudik dari arah Jakarta diminta putar balik di perbatasan Karawang saat malam menjelang sahur.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Pengetatan pemudik di Karawang, Jawa Barat, dilakukan di sejumlah titik perbatasan, terutama Kabupaten Bekasi. Beberapa pemudik dari arah Jakarta diminta putar balik di perbatasan Karawang saat malam menjelang sahur.
Karawang berada di jalur pelintasan yang dilewati jalur pantura dan sejumlah jalan tol yang memungkinkan banyak pergerakan warga. Kabupaten ini menjadi titik pertama masuk dari warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menuju ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pengamatan yang dilakukan mulai Jumat (23/4/2021) hingga Sabtu (1/5/2021) di ruas jalan arteri pantura, sejumlah kendaraan roda dua berpelat nomor non-T (daerah Karawang, Subang, dan Purwakarta) melaju kencang pada malam hari. Beberapa membawa tas dan tumpukan barang yang diletakkan pada bagasi depan motor. Banyak truk dan mobil bak yang berseliweran melaju di sekitar Simpang Jomin. Kendaran bermuatan besar ini dari atau menuju pintu Gerbang Tol Cikampek via Cikopo.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Karawang Ade Safrudin, Sabtu (1/5/2021), mengatakan, dalam dua hari terakhir ini ditemui beberapa pengendara yang nekat mudik pada saat menjelang sahur. ”Ada saja pemudik mencuri start sebelum diterapkan penyekatan. Mereka melakukan perjalanan menjelang sahur,” kata Ade.
Pada Lebaran tahun 2020, berdasarkan pantauan pihaknya, kepadatan kendaraan terjadi pada malam hari hingga subuh. Pemudik menyiasati berangkat mulai sore hari sampai subuh dengan harapan tidak ada petugas yang berjaga. Kala itu, petugas gabungan berjaga selama 24 jam untuk menghalau pemudik di setiap perbatasan wilayah di Karawang. Mereka yang nekat diminta untuk putar balik.
Tahun ini larangan mudik Lebaran diberlakukan pada 6-17 Mei 2021. Aturan ini berlaku bagi semua warga yang melakukan perjalanan ke berbagai daerah dengan transportasi apa pun. Upaya ini diharapkan bisa mencegah terjadinya lonjakan kasus setelah libur panjang.
”Mereka yang diperbolehkan masuk ke Karawang adalah karyawan atau pekerja industri yang bekerja di Karawang. Hal ini dibuktikan dengan kartu identitas dan kartu pengenal perusahaan,” kata Ade.
Karawang merupakan jalur pelintasan yang memungkinkan banyak pergerakan warga. Banyak karyawan yang bekerja di Karawang berasal dari luar kota. Mereka berisiko terpapar Covid-19 di kampung halaman saat kembali masuk bekerja. Untuk itu, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengimbau agar warga dan perantau menahan diri tidak mudik terlebih dulu.
Karawang berbatasan langsung dengan sejumlah kabupaten di Jawa Barat, yakni Kabupaten Bekasi, Purwakarta, Bogor, dan Subang. Di Karawang, penyekatan bakal dilakukan di 15 titik, antara lain pos pantau di Tanjungpura yang berbatasan dengan Bekasi, Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok (perbatasan Bekasi), Gerbang Tol Karawang Barat (perbatasan Bekasi), Gerbang Tol Kalihurip, Curug (perbatasan Purwakarta), Pangkalan (perbatasan Bogor), dan Pasar Cilamaya (perbatasan Subang).
Kepala Polres Karawang Ajun Komisaris Besar Rama Samtama Putra menyampaikan, titik penyekatan ini akan dijaga sedikitnya 2.000 orang, gabungan dari sejumlah instansi. Pada tahap pengetatan yang berlangsung sejak 22 April lalu, pihaknya memberhentikan kendaraan secara acak atau sampling. Tes antigen secara acak juga dilakukan untuk memastikan pengendara tidak terpapar Covid-19.
Peniadaan mudik bagi warga luar wilayah Karawang akan dilakukan mulai 6 Mei 2021. Petugas akan bekerja lebih ekstra untuk memastikan tidak ada pemudik yang lolos memasuki daerah Karawang. ”Mereka yang tidak membawa kelengkapan surat akan diputar balik dan tidak diperkenankan masuk Karawang,” kata Rama.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Karawang Ajun Komisaris Rizky Adi Saputra menambahkan, pengawasan yang lebih ketat akan dilakukan di perbatasan Bekasi-Karawang. Terlebih Karawang merupakan titik pertama masuk warga Jabodetabek menuju pantura Jawa atau tol Trans-Jawa.
Penyekatan di tol
Penyekatan di gerbang tol juga menjadi salah satu fokus yang dilakukan oleh petugas. PT Jasa Marga, pengelola sejumlah tol di Jawa Barat, mendukung pengendalian transportasi saat Lebaran dengan mengikuti arahan pusat.
Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur mengatakan, pada periode mudik Lebaran, biasanya volume lalu lintas akan meningkat signifikan. Akan tetapi, pada Lebaran tahun ini, volume lalu lintas diprediksi lebih rendah dari normal karena pemerintah telah menetapkan kebijakan peniadaan mudik.
Meski volume lalu lintas tidak setinggi biasanya, Subakti menyebutkan, pihaknya tetap akan memberikan kinerja terbaik dalam pelayanan, pengendalian transportasi, dan pencegahan Covid-19 di jalan tol. Misalnya, penerapan ketat protokol kesehatan dan prosedur yang berlaku di lokasi gerbang tol, jalur, check point, dan area istirahat, dengan memastikan penerapan jaga jarak fisik.
Upaya meningkatkan pelayanan juga dilakukan Jasa Marga dengan pengendalian operasional dan terintegrasi melalui Jasa Marga Tollroad Command Center (JMTC). Jasa Marga juga bekerja sama dengan Indonesia Flying Club (IFC) untuk melakukan pemantauan sekaligus uji coba patroli udara menggunakan pesawat Cessna.
”Upaya tersebut untuk memperoleh informasi kondisi lalu lintas secara aktual. Bersama Basarnas, kami berencana melakukan simulasi penyelamatan korban melalui udara sebagai salah satu upaya antisipasi dan persiapan penanganan kecelakaan lalu lintas serta peningkatan kemampuan petugas rescue,” ucap Subakti dalam keterangan tertulis.