Tiga Korban Meninggal Ditemukan di Lokasi Longsor PLTA Batang Toru
Tiga korban meninggal ditemukan dari lokasi longsor di PLTA Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Diperkirakan sedikitnya sembilan korban lainnya tertimbun longsor, termasuk tenaga kerja dari China.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
SIPIROK, KOMPAS — Tim SAR gabungan menemukan tiga korban meninggal dari lokasi longsor di Pembangkit Listrik Tenaga Air Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Jumat (30/4/2021). Diperkirakan sedikitnya sembilan korban lainnya tertimbun longsor, termasuk seorang tenaga kerja asing dari China.
”Hujan deras turun dalam tiga hari belakangan sehingga terjadi longsor di Batang Toru pada Kamis (29/4/2021) malam,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan Ismut Siregar, Jumat.
Ismut mengatakan, longsor terjadi di jalan proyek yang dibuka oleh perusahaan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru yang saat ini masih dalam tahap konstruksi. Pengembang PLTA itu adalah PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE).
Longsor terjadi tepatnya di Jalan R17 K4+100 Bridge 6, Kecamatan Batang Toru. Longsor menimbun jalan proyek dan sebuah kedai kopi yang berada di bawah jalan itu yang ditempati warga bernama Anius Waruwu.
Kepala Kantor SAR Medan Toto Mulyono mengatakan, pihaknya langsung menerjunkan tim dari Pos SAR Parapat dan Pos SAR Sibolga menuju lokasi longsor di jalan akses proyek PLTA Batang Toru. Pencarian pun dilakukan bersama aparat BPBD Tapanuli Selatan, kepolisian, dan TNI.
Toto mengatakan, diperkirakan 12 orang tertimbun longsor. Mereka terdiri dari 9 warga setempat dan 3 pegawai perusahaan dari PT Shino Hydro, salah satu perusahaan kontraktor di PLTA Batang Toru. Satu di antara pegawai perusahaan itu merupakan tenaga kerja asing dari China.
Pada Jumat, kata Toto, tim SAR gabungan menemukan tiga korban meninggal, yakni seorang perempuan dewasa serta dua anak laki-laki dan perempuan. Beberapa bagian tubuh korban tidak utuh. Pada Jumat sore, tim kembali menemukan bagian tubuh yang diduga merupakan bagian dari tiga korban tersebut.
Mereka tersapu tanah longsor saat sedang mengecek situasi banjir lumpur. (Firman Taufick)
Direktur Komunikasi dan Hubungan Eksternal PT NSHE Firman Taufick mengatakan, pada Kamis sore terjadi banjir lumpur di lokasi proyek PLTA Batang Toru. Tiga karyawan mereka pun mengecek kondisi tersebut ke lapangan dengan menggunakan mobil. ”Mereka tersapu tanah longsor saat sedang mengecek situasi banjir lumpur,” kata Firman dalam keterangan tertulisnya.
Firman menyebut, satu di antara mereka berhasil menyelamatkan diri, yakni Xie, tenaga kerja asing dari China, dengan melompat dari mobil saat melihat ada longsor. Dua karyawan lainnya masih hilang, yakni Dolan Sitompul dan Long Quan (warga negara China).
Firman pun membenarkan bahwa lokasi longsor tersebut berada di lokasi proyek PLTA Batang Toru. Namun, ia menyatakan warung kopi bukan lokasi proyek, tetapi berbatasan langsung dengan lokasi proyek.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara Doni Latuparisa mengatakan, longsor di kawasan PLTA Batang Toru yang sampai memakan korban jiwa harus diusut tuntas penyebabnya.
Sikap Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan yang sangat buru-buru menyatakan longsor tidak berkaitan dengan aktivitas PLTA Batang Toru juga disesalkan. Seharusnya dilakukan kajian yang memadai terlebih dahulu. Pada Desember 2020, menurut Doni, seorang operator alat berat ekskavator juga hilang di proyek itu.
”Sejak awal, Walhi sudah mengajukan gugatan hukum terhadap izin pembangunan PLTA Batang Toru karena sangat berpotensi menyebabkan bencana ekologis,” kata Doni.
Menurut Doni, longsor tersebut menunjukkan perusahaan tidak mempunyai langkah mitigasi bencana yang memadai. Selain bencana longsor, daerah itu juga sangat rawan bencana gempa. Ia pun mendorong agar pemerintah segera mengevaluasi secara menyeluruh proyek tersebut, khususnya terkait mitigasi bencana.
Sebelumnya, longsor juga pernah terjadi pada Jumat (4/12/2020). Seorang operator ekskavator PT NSHE, Afwan Ritonga (38), bersama ekskavatornya terkena longsor dan jatuh ke jurang Sungai Batang Toru sedalam sekitar 200 meter.
Firman Taufick dalam keterangannya kepada wartawan secara daring saat itu mengatakan, kecelakaan terjadi pada pukul 15.32 di titik R26, Kelurahan WEK 1, Kecamatan Batang Toru. Saat kejadian, Afwan tengah membersihkan material longsoran yang terjadi Kamis malam di parit R26 setelah hujan deras turun di kawasan itu. Namun, terjadi longsor susulan sehingga ekskavatornya terdorong dan jatuh ke jurang Sungai Batang Toru (Kompas.id, 5/12/2020). Pencarian korban dilakukan dalam beberapa hari.