Waspadai Penggunaan Alat Tes Antigen Bekas, Masyarakat Didorong Aktif Bertanya
Penggunaan alat tes antigen bekas pakai sangat membahayakan sehingga patut diwaspadai. Masyarakat didorong aktif bertanya kepada petugas untuk memastikan kebaruan alat tes Covid-19 sebelum digunakan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penggunaan alat bekas pakai untuk tes usap antigen di Laboratorium Kimia Farma Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, sangat membahayakan sehingga patut diwaspadai semua pihak. Masyarakat didorong aktif bertanya kepada petugas terkait alat tes Covid-19 sebelum digunakan.
Inisiator Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, Erry Riyana Hardjapamekas, mengatakan, praktik tersebut merupakan kejahatan luar biasa di tengah upaya meningkatkan kapasitas tes untuk menekan penularan Covid-19. Ia berharap Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengampanyekan gerakan berani bertanya kepada petugas tes.
”Masyarakat harus berani bertanya mengenai kebaruan alat yang dimasukkan ke organ tubuhnya. Petugas pun mesti memperlihatkan saat membuka (kemasan) alatnya,” ujarnya dalam peluncuran tes diagnostik cepat antigen di Jawa Barat melalui aplikasi Zoom, Kamis (29/4/2021).
Sebelumnya, Polda Sumut membongkar praktik penggunaan alat tes antigen di Bandara Kualanamu, Selasa (27/4/2021). Hingga Rabu malam, polisi menangkap tujuh orang. Namun, aparat belum menetapkan statusnya.
Lima orang di antaranya merupakan petugas laboratorium Kimia Farma Bandara Kualanamu. Sementara dua orang lainnya adalah manajer bisnis merangkap kepala layanan dan analis pelaksana di Laboratorium Kimia Farma Jalan RA Kartini Medan.
”Tindakan ini (penggunaan alat tes antigen bekas) gabungan dari kebodohan, kebutuhan, dan ketidakpedulian. Tindakan tegas dari pemerintah dan penegak hukum sangat penting,” ujar Erry.
Tindakan tegas terhadap pelanggaran tersebut perlu disebarkan kepada petugas pemeriksaan tes Covid-19 di seluruh Indonesia. Hal ini diharapkan menjadi peringatan keras sehingga pelanggaran serupa tidak terulang.
Praktik penggunaan alat tes antigen bekas merupakan kejahatan luar biasa di tengah upaya meningkatkan kapasitas tes untuk menekan penularan Covid-19.
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, untuk mencegah penggunaan alat tes bekas, pihaknya memonitor dan mengevaluasi laboratorium pemeriksaan tes secara berkala.
”Kalau ditemukan mutu pelayanan yang kurang baik, kami akan menegur, bahkan bisa mencabut izin penggunaan alat laboratorium tersebut,” ucapnya.
25.000 alat tes antigen
Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia menyalurkan 25.000 alat tes antigen kepada delapan daerah di Jabar. Daerah itu adalah Kabupaten Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, dan Kabupaten Sumedang. Selain itu, ada juga Kota Bogor, Depok, dan Kota Bekasi.
Dana penyediaan alat ini bersumber dari donasi masyarakat melalui Gerakan Indonesia Kita dan platform urunan Kitabisa.com sebesar Rp 4,2 miliar. Bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelacakan kasus Covid-19.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengapresiasi donasi tersebut. Menurut dia, hal itu sebagai bentuk bela negara sejumlah donatur dalam mengendalikan pandemi Covid-19.
Kamil menyebutkan, saat ini, penambahan kasus Covid-19 di Jabar 8.000-9.000 kasus per minggu. Jumlah itu turun dibanding Januari lalu. Saat itu, penambahan kasusnya di atas 20.000 kasus per minggu.
Akan tetapi, menurut Kamil, penurunan kasus tersebut jangan sampai membuat lengah sehingga melonggarkan protokol kesehatan. ”Kelengahan akan menyebabkan kasus tidak terkendali. Kasus di India sudah kita lihat. Diumumkan seolah-olah sudah menang melawan Covid-19, masyarakatnya euforia. Sekarang kasus harian di sana naik tiga kali lipat,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kamil mengingatkan masyarakat tidak mengendurkan protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Sementara pemerintah berupaya meningkatkan tes, pelacakan, dan penanganan kasus Covid-19.
”Pada momen mudik (Lebaran 2021) ada potensi kasus Covid-19 meningkat. Tahun lalu pemudik dari Jakarta pulang ke Ciamis. Dia menularkan virus ke orangtuanya yang akhirnya meninggal. Kami tidak mau terulang lagi di tahun ini,” ucapnya.