Takjil yang Tewaskan Bocah 10 Tahun di Bantul Mengandung Racun
Berawal dari paket takjil misterius, di Bantul, seorang anak berusia 10 tahun tewas. Aparat kepolisian memastikan takjil misterius yang disantap mengandung racun. Penyelidikan atas kasus tersebut masih terus berlangsung.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Sebuah paket takjil misterius menewaskan seorang anak berusia 10 tahun di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pekan lalu. Dari hasil uji laboratorium, sampel takjil terbukti mengandung racun. Aparat kepolisian terus mendalami kasus untuk mengungkap dalang utama.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor (Polres) Bantul Ajun Komisaris Ngadi menyampaikan, pihaknya telah menerima hasil uji laboratorium kasus takjil misterius. Terdapat racun jenis C yang terkandung dalam makanan yang diuji sampelnya tersebut.
”Positif mengandung racun jenis C. Itu ada di bumbu makanan dan makanan (takjil) sate tersebut,” kata Ngadi, saat dihubungi, Kamis (29/4/2021).
Ngadi menyatakan, racun jenis C bebas beredar dan mudah diperoleh masyarakat. Biasanya, kandungan tersebut terdapat pada racun tikus. Adapun racun tersebut ada yang berwujud padat dan cair.
Kasus takjil misterius bermula dari kematian seorang anak bernama Naba Faiz Prasetya (10) di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY, Minggu (25/4/2021). Ia meninggal dunia setelah menyantap takjil berupa sate ayam yang dibawa ayahnya, Bandiman (47), yang bekerja sebagai tukang ojek daring.
Perempuan itu memintanya untuk mengirimkan sebungkus sate kepada seorang pria bernama Tomi yang tinggal di Kecamatan Kasihan, Bantul.
Awalnya, Bandiman memperoleh pesanan luring (offline) dari seorang perempuan tak dikenal. Perempuan itu memintanya untuk mengirimkan sebungkus sate kepada seorang pria bernama Tomi yang tinggal di Kecamatan Kasihan, Bantul. Menurut Bandiman, perempuan itu memesan secara luring karena mengaku tak punya aplikasi ojek daring.
”Saya minta Rp 25.000, tetapi dikasihnya Rp 30.000. Katanya kembaliannya dibawa saja,” ujar Bandiman.
Bandiman diberi pesan oleh perempuan itu bahwa paket berasal dari Hamid. Berbekal nomor ponsel Tomi, Bandiman bergegas mengirimkan paket. Sewaktu tiba, Tomi tidak berada di rumah. Bandiman hanya menemui istri Tomi. Saat dihubungi, Tomi mengaku tidak mengenal pengirim sehingga tak mau menerima paket tersebut.
”Katanya, paket buat bapak (Bandiman) saja. Buat buka. Lalu, saya pulang ke rumah. Sampai rumah sekitar pukul 16.45,” kata Bandiman.
Selanjutnya, sate yang dibawa Bandiman disantap putranya, Naba, dan Titik Rini (33). Keduanya menyantap sate dengan bumbu dan lontong. Belum banyak dilahap, keduanya mengeluhkan sate terasa pahit dan muntah-muntah. Titik disebut belum sempat menelan sate dan langsung memuntahkannya.
Mereka langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Namun, nyawa Naba tak tertolong. Sementara Titik berhasil ditangani dan sudah kembali ke rumahnya.
Sebenarnya, Bandiman sempat mencicipi sate itu sebanyak dua tusuk. Namun, sate tidak ikut dilumuri bumbu kecap. Setelah menyantap sate, tidak ada efek samping yang terjadi pada Bandiman. ”Harapan saya kepada para penegak hukum, khususnya polisi, agar menuntaskan dengan setuntas-tuntasnya,” kata Bandiman.
Terkait hal itu, Ngadi menyebutkan, aparat kepolisian masih terus melakukan penyelidikan atas kasus ini. Demi mengungkap identitas pengirim, ia mengumpulkan rekaman kamera pemantau (CCTV) dari sekitar tempat kejadian. Diharapkan, pelaku dapat teridentifikasi lewat beragam rekaman tersebut.
Lebih lanjut, Ngadi menambahkan, pihaknya telah memeriksa sedikitnya empat hingga enam saksi mengenai kasus tersebut. Saksi yang diperiksa terdiri dari korban hingga sasaran kiriman paket.