Empat Bulan, 30 Ton Ikan Mati Massal di Danau Maninjau
Sejak awal 2021, sedikitnya 30 ton ikan mati massal dalam keramba jaring apung di Danau Maninjau, Agam, Sumatera Barat, dan berkemungkinan terus bertambah.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kematian massal ikan dalam keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terus terjadi. Sejak awal 2021 atau empat bulan terakhir, sedikitnya 30 ton ikan mati dan berkemungkinan terus bertambah. Kematian ikan akibat keracunan belerang dan material sisa pakan yang naik ke permukaan saat cuaca buruk serta jumlah keramba yang melebihi daya dukung danau.
Kejadian terbaru kematian massal ikan di Danau Maninjau adalah sejak Jumat (23/4/2021). Data Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, hingga Minggu (25/4/2021) 10 ton ikan yang mati dari puluhan petak keramba di danau yang berada di Kecamatan Tanjung Raya itu. Rinciannya, 7 ton ikan nila dan 3 ton ikan mas majalaya.
”Lokasi kematian ikan, yaitu Jorong Galapuang, Nagari Tanjung Sani; dan Jorong Tanjung Sani, Nagari Sungai Batang,” kata Edi Netrial, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, ketika dihubungi dari Padang, Rabu (28/4/2021).
Edi melanjutkan, ikan yang mati itu rata-rata sudah siap panen. Ada yang 15 hari, 10 hari, dan 5 hari menjelang dipanen, ada pula yang siap panen. Kerugian pemilik keramba diperkirakan Rp 202 juta dengan perhitungan harga ikan nila Rp 19.000 per kilogram dan ikan mas majalaya Rp 23.000 per kilogram.
Menurut Edi, jumlah ikan yang mati tersebut masih mungkin bertambah. Sebab, cuaca ekstrem, yaitu hujan dan angin kencang, masih sering terjadi di sekitar Danau Maninjau. Ia mengimbau agar para pemilik keramba segera memanen ikan yang masih hidup sehingga kerugian tidak bertambah.
Camat Tanjung Raya Handria Asmi mengatakan, pada Rabu ini, kematian massal ikan sudah berhenti. Terakhir kali ikan mati massal pada Senin (26/4/2021). ”Cuaca hari ini cukup bersahabat bagi petani keramba. Cuaca cerah, angin kencang pun tidak ada,” kata Handria.
Handria mengimbau para pemilik keramba untuk tidak membuang ikan ke tengah maupun tepian danau karena akan membuat danau semakin tercemar. Pemilik diminta sedapat mungkin mengangkat ikan dari keramba dan menguburnya di darat.
Arus balik
Edi menjelaskan, kematian ikan terjadi akibat belerang dan sisa pakan ikan yang mengendap di dasar danau. Cuaca ekstrem memicu arus balik air danau yang mengangkat material di dasar danau itu ke permukaan. Material tersebut mengandung karbon dioksida dan amoniak sehingga mengurangi kadar oksigen terlarut dan menyebabkan kematian ikan.
Di sisi lain, jumlah keramba di danau yang termasuk 15 danau prioritas nasional ini juga masih melebihi daya dukung danau. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Kelestarian Kawasan Danau Maninjau, daya dukung danau maksimal hanya 6.000 petak keramba berukuran 5 x 5 meter.
Edi mengatakan, jumlah keramba saat ini 17.563 petak dengan jumlah keramba aktif sebanyak 12.000 petak. ”Susah menguranginya, masyarakat bergantung hidup dari sana. Tapi, kami tetap menyosialisasikan agar jumlah keramba dikurangi,” kata Edi.
Kejadian kematian massal ikan keramba ini merupakan yang ketiga kali di Danau Maninjau dalam tahun 2021. Pada akhir Januari hingga awal Februari 2021, menurut Edi, sekitar 15 ton ikan mati. Awal April 2021, sekitar 5 ton ikan mati. Sekarang sedikitnya ada 10 ton.
Dalam catatan Kompas (11/2/2021), fenomena serupa di Danau Maninjau juga terjadi awal tahun 2020 dengan pemicu sama. Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan kala itu mencatat, hingga 7 Februari 2020 jumlah ikan yang mati mencapai 79,5 ton. Sebagian besar ikan yang mati merupakan jenis ikan nila dan ikan mas majalaya.
Kematian ikan budidaya keramba jaring apung di Danau Maninjau sudah menjadi persoalan menahun. Pada Januari-Agustus 2016, jumlah ikan mati di Danau Maninjau mencapai 620 ton (Kompas, 2/10/2016). Sementara periode 2008-2016 sebanyak 32.803 ton. Kematian ikan di Danau Maninjau setidaknya sudah dilaporkan sejak 1997. Kompas pada 1 November 1997 mencatat, ikan yang mati tahun itu sekitar 950 ton.