Surabaya Karantina Pemudik Mancanegara di Asrama Haji Sukolilo
Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur, akan menjadi lokasi karantina pertama bagi pemudik dari mancanegara dalam pemeriksaan Covid-19. Pemudik harus karantina atau isolasi lanjutan di kabupaten/kota tujuan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan Asrama Haji Sukolilo sebagai lokasi karantina dan tes usap Covid-19 terhadap pemudik dari mancanegara. Pemudik yang positif Covid-19 harus dirawat di Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya. Pemudik yang negatif Covid-19 diantar atau dijemput aparatur kabupaten/kota tujuan.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim turut melibatkan personel TNI dan Polri untuk mulai mengetatkan pemeriksaan terhadap pemudik dari mancanegara yang mendarat di Bandar Udara Juanda Surabaya di Sidoarjo. Pemudik ialah warga Indonesia yang bekerja di luar negeri dan habis kontrak sehingga harus pulang. Selain itu, warga asing yang bekerja atau memiliki urusan amat penting di Indonesia sehingga harus datang ke negeri ini.
”Mereka harus diperiksa dan ditelusuri riwayat perjalanannya apakah pernah ke negara-negara yang terjangkit varian baru virus korona, misalnya India, atau tidak,” kata Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Jatim Heru Tjahjono di Surabaya, Selasa (27/4/2021). Jika ada yang berasal dari negara-negara berisiko tadi, penanganannya akan lebih ketat dalam pemeriksaan, tes, dan tindakan karantina, isolasi, dan ataupun perawatan.
Heru mengatakan, Satgas Jatim telah menunjuk Asrama Haji Sukolilo sebagai lokasi karantina pemudik atau penumpang internasional. Di sejumlah kabupaten/kota di Jatim, ada yang menyiapkan tempat khusus serupa terutama bagi pemudik yang terlebih dahulu tiba.
Mereka harus diperiksa dan ditelusuri riwayat perjalanannya apakah pernah ke negara-negara yang terjangkit varian baru virus korona, misalnya India, atau tidak.
Pemerintah telah mengeluarkan aturan larangan atau peniadaan mudik dan bepergian dalam masa Lebaran kurun 6-17 Mei 2021. Larangan diperkuat dengan pengetatan mobilitas masyarakat selama 14 hari sebelum dan 7 hari sesudah kurun waktu itu. Pengetatan dan larangan berlaku kurun 22 April-24 Mei 2021.
Seusai memantau pengetatan di Juanda, Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Mayor Jenderal Suharyanto mengatakan, pengetatan mobilitas masyarakat telah berlaku. Untuk itu, petugas dilibatkan untuk memperkuat pemeriksaan terutama pemudik dari mancanegara. Setelah diperiksa, pemudik dibawa ke asrama haji untuk karantina setidaknya lima hari dan tes usap PCR.
”Yang negatif akan diantar oleh kendaraan yang telah disiapkan pemerintah atau dijemput aparatur daerahnya,” kata Suharyanto. Pemudik yang negatif Covid-19 nantinya harus menjalani karantina lagi setidaknya tiga hari di kabupaten/kota tujuan dan mungkin menjalani serangkaian tes kesehatan sebelum dibolehkan pulang.
Untuk pemudik yang positif Covid-19 akan ditangani di RS Lapangan sampai dinyatakan boleh keluar. Pemudik itu nantinya dijemput oleh aparatur daerah untuk menjalani masa isolasi tambahan di fasilitas yang telah disediakan setidaknya 5 hari atau sesusai dengan keputusan tim dokter RS Lapangan. Selanjutnya bergantung penilaian satgas kabupaten/kota apakah pemudik boleh kembali ke kampung halaman atau masih harus menjalani serangkaian tes.
Kepala Kepolisian Daerah Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta menambahkan, petugas telah mulai mengetatkan mobilitas masyarakat antardaerah dalam wilayah provinsi tersebut. Dalam masa pengetatan, pemeriksaan terhadap masyarakat yang bepergian lintas kabupaten/kota akan terjadi meski belum seluruh daerah menerapkannya.
”Petugas juga terus sosialisasi tentang protokol kesehatan dan larangan mudik 6-17 Mei 2021 dan pengetatan mobilitas,” kata Nico.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, sepekan terakhir kasus pandemi Covid-19 melandai, tetapi belum bisa disebut mereda. Melandai karena penambahan kasus harian berada dalam kisaran 236-303. Situasi ini jauh di bawah awal 2021 yang tembus 700 kasus per hari.
Menurun
Kesembuhan harian 212-263 orang. Penambahan kasus baru per hari masih lebih tinggi daripada kesembuhan sehingga wabah belum bisa dikatakan mereda. Selasa ini, yang masih dirawat di seluruh fasilitas termasuk rumah sakit, asrama, gedung, atau mandiri se-Jatim berjumlah 1.950 orang menurun tajam dari hari sebelumnya yang 2.155 orang.
Di Surabaya, situasi wabah juga melandai. Sepekan terakhir, penambahan kasus harian 16-26 orang atau turun tiga kali lipat dari awal tahun. Dalam sepekan terjadi penambahan 115 kasus baru. Yang sembuh 17-27 orang per hari atau sepekan totalnya 121 orang. Dalam seminggu ini, menurut data, pasien Covid-19 yang meninggal dari Surabaya hanya 1 orang.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, situasi wabah yang melandai harus disyukuri, tetapi jangan sampai membuat aparatur terlena. Dalam masa Ramadhan dan Idul Fitri, mobilitas masyarakat dikhawatirkan meningkat karena ada yang ingin mudik atau silaturahim. Peningkatan pergerakan itu masih berpotensi terjadi meski aparatur mulai melakukan pengetatan aturan di perbatasan antardaerah.
”Kami akan antisipasi apabila dampak pengetatan dan larangan membuat mobilitas warga di dalam wilayah Surabaya justru meningkat,” ujar Eri. Antisipasi itu ialah meningkatkan patroli dan razia di ruang publik yang berpotensi mendatangkan kerumunan.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, sampai saat ini program vaksinasi Covid-19 terus dilaksanakan. Di Surabaya, yang sudah menerima vaksinasi sebanyak 778.571 orang.