Menjaga Nyala Asa Putra dan Putri Patriot Nanggala
Tanpa kehadiran sosok sang ayah, kehidupan yang dijalani anak-anak prajurit KRI Nanggala-402 di kemudian hari tak akan mudah. Mereka butuh dukungan dari sejumlah pihak guna menata masa depan.
Oleh
Runik Sri Astuti/Angger Putranto/Ambrosius Harto Manumoyoso/Agnes Swetta Pandia
·4 menit baca
Duka mendalam masih menyelimuti keluarga dari 53 prajurit di KRI Nanggala-402. Namun, masa depan anak-anak dan keluarga yang ditinggalkan para patriot bangsa itu tidak boleh suram.
Sheva Naufal Zidane (18) terlihat tegar meski duka terpancar dari wajahnya. Pelajar sekolah menengah atas itu, Senin (26/4/2001), ramah menerima para tamu yang datang silih berganti menyampaikan ucapan belasungkawa dan menyuntikkan semangat yang menguatkan.
Sheva adalah putra pertama pasangan Kolonel Laut Harry Setyawan dan Winny Widayati (45). Harry merupakan Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Komando Armada II, yang gugur bersama tenggelamnya KRI Nanggala-402. Keluarga yang dikaruniai empat anak ini tinggal di rumah dinas TNI AL di Desa Tebel, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kebanggaan Sheva kepada sosok sang ayah membuat ia bertekad untuk mengikuti jejak sebagai prajurit TNI. ”Rencana masuk akademi militer setelah lulus sekolah tahun ini,” ujar Sheva, Senin.
Sementara itu, di sebuah rumah di Desa Kragan, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, seorang bayi mungil terlelap dalam gendongan ibunya. Bayi berusia 18 hari yang diberi nama Elzayn Virendra itu adalah putra pasangan Sertu Elektro Rusdiansyah Rahman dan Gresilia (26). Rusdiansyah merupakan juru pompa di KRI Nanggala-402.
Gresilia sangat terpukul dengan kepergian suaminya. Perempuan yang menikah pada Juni 2020 dan berencana menggelar resepsi pada Juni 2021 ini mengaku terus memikirkan nasib anaknya yang akan tumbuh dan berkembang tanpa pendampingan dari Rusdiansyah.
Sebagai ibu rumah tangga yang mengandalkan penghasilan dari suami, Gresilia bingung menghidupi keluarganya kelak. Dia sempat jadi guru honorer di sekolah dasar swasta sebelum pandemi. Namun, masa kontraknya tak diperpanjang karena pembelajaran tatap muka ditiadakan.
Asa Mega Dhian Pratiwi juga serasa tenggelam bersama kepergian sang suami, Serda Pandu Yudha Kusuma, operator senjata di KRI Nanggala. Saat menikah dua bulan silam, bidan di Puskesmas Klatak itu membayangkan bisa membangun keluarga kecil bahagia bersama Pandu. Namun, belum sampai dikaruniai buah hati, sang suami tercinta gugur saat menunaikan tugas di KRI Nanggala-402. ”Saya dan Mas Pandu sudah janjian, besok kalau punya anak akan diberi nama Nanggala,” ujar Mega di tengah isak tangisnya.
Duka masih membayang, kegamangan akan masa depan keluarga dan anak-anak yang ditinggalkan awak KRI Nanggala kini di depan mata. Semua personel KRI Nanggala merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Merekalah yang berjuang mencari nafkah, sementara kebanyakan istri prajurit ini bertanggung jawab mengurus keluarga, terutama anak-anak. Tidak banyak istri prajurit yang bekerja.
Tanpa kehadiran sosok sang ayah, kehidupan yang dijalani anak-anak para prajurit KRI Nanggala di kemudian hari tak akan mudah. Mereka butuh dukungan dari sejumlah pihak guna menata masa depan.
Bantuan pemerintah
Terkait dengan hal itu, Presiden Joko Widodo menyatakan, pemerintah akan menjamin pendidikan putra-putri dari keluarga prajurit KRI Nanggala-402 hingga jenjang S-1. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam kunjungan ke rumah keluarga korban Nanggala-402 di Sidoarjo mengatakan, selain memberi dukungan moral, pihaknya juga akan membantu memudahkan akses pendidikan bagi anak-anak para prajurit yang gugur dalam tugas.
Tanpa kehadiran sosok sang ayah, kehidupan yang dijalani anak-anak para prajurit KRI Nanggala di kemudian hari tak akan mudah. Mereka butuh dukungan dari sejumlah pihak guna menata masa depan.
Adapun Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, ada beasiswa dan bantuan uang tunai Rp 100 juta per anak untuk keluarga awak Nanggala dan istri prajurit yang sedang hamil. ”Pemerintah kabupaten/kota terbuka untuk memberi penghargaan kepada keluarga,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berjanji membantu memperkuat ekonomi keluarga para prajurit. Kebijakan itu diambil karena dari 53 awak kapal selam, 47 di antaranya warga Jatim dan mereka tumpuan ekonomi keluarga.
Bantuan juga dijanjikan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat mengunjungi Mega bersama Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi Letnan Kolonel Laut Eros Wasis. ”Kami upayakan Mbak Mega bisa jadi PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja),” kata Ipuk.
Kepedulian juga datang dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Pihaknya menyiapkan beasiswa bagi 12 anak kru kapal selam yang tercatat sebagai warga Surabaya.
Wali Kota Bogor Bima Arya juga berjanji memberikan beasiswa kepada dua anak Letnan Kolonel Laut Irfan Suri, salah satu kru KRI Nanggala. ”Kami siap membantu,” kata Bima saat mengunjungi Amalia A Yuni, istri Irfan Suri, di rumahnya di Bogor.
Selain beragam bantuan itu, upaya pendampingan dan pemulihan trauma keluarga atas musibah KRI Nanggala juga diberikan Polda Lampung dan Pemkot Surabaya. Dukungan penuh bagi keluarga prajurit KRI Nanggala sangat berarti agar mereka bisa tetap menatap masa depan yang cerah.