Vaksin Terbatas, Penyuntikan Dosis Pertama di Sumsel Dihentikan
Karena keterbatasan vaksin, Pemprov Sumsel menunda penyuntikan vaksinasi dosis pertama. Keterbatasan ini menghambat upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi yang kini masih rendah, utamanya bagi kaum lansia.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Karena keterbatasan vaksin, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menunda penyuntikan vaksinasi Covid-19 dosis pertama. Vaksinasi akan kembali dilanjutkan ketika ada pasokan baru. Fokus saat ini adalah menyelesaikan penyuntikan dosis kedua dengan vaksin yang masih tersedia.
”Saat ini tidak ada lagi vaksinasi untuk penyuntikan dosis pertama karena vaksin sudah habis. Sekarang fokusnya adalah vaksinasi untuk penyuntikan dosis kedua,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy saat menghadiri pencanangan vaksinasi begerak yang diinisiasi oleh Polda Sumatera Selatan, Senin (26/4/2021).
Mengantisipasi masalah ini, ujar Lesty, pihaknya sudah menyurati Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk meminta penambahan vaksin lagi. ”Namun, keputusan tetap dikembalikan kepada Kemenkes,” ujarnya.
Saat ini, penyaluran vaksin tidak lagi dipusatkan di gudang vaksin milik Pemprov Sumsel, tetapi sudah langsung didistribusikan ke kabupaten/kota yang membutuhkan. PT Bio Farma menyalurkan vaksin ke subdistributor pihak ketiga. Subdistributor inilah yang akan menyalurkan vaksin ke daerah.
Penyaluran vaksin, kata Lesty, juga sangat bergantung pada seberapa masif daerah tersebut melakukan vaksinasi. ”Jika masih banyak penumpukan vaksin, penyaluran vaksin akan ditunda. Sebaliknya, jika vaksin sudah disalurkan, sesegera mungkin akan dikirim,” katanya.
Hingga kini, total vaksin yang diterima oleh Sumatera Selatan sebanyak 681.200 dosis yang digunakan untuk 340.600 orang. Vaksin itu telah disalurkan ke sejumlah kelompok masyarakat, seperti tenaga kesehatan, petugas pelayan publik, dan kaum lanjut usia (lansia).
Berdasarkan situs Sumsel Tanggap Covid-19, cakupan vaksinasi untuk kelompok tenaga kesehatan adalah yang tertinggi. Dari total sasaran vaksinasi 49.007 orang, penyuntikan dosis pertama sudah mencapai 92,24 persen, sementara untuk dosis kedua baru mencapai 84,06 persen.
Sementara, untuk kelompok petugas pelayan publik, baru mencapai 47,43 persen (penyuntikan dosis pertama) dan 23,97 persen (penyuntikan dosis kedua) dari sasaran vaksinasi 439.477 orang. Cakupan vaksinasi yang terendah adalah kelompok lansia. Dari total sasaran 720.076 orang, yang telah menjalani penyuntikan dosis pertama mencapai 6,31 persen dan penyuntikan dosis kedua hanya 3,06 persen.
Lesty menjelaskan, rendahnya cakupan vaksinasi lansia disebabkan oleh banyak faktor, seperti individu yang enggan untuk divaksinasi, ada penentangan dari keluarga, dan juga kondisi kesehatan warga lansia yang tidak memenuhi syarat untuk divaksinasi. ”Padahal, vaksinasi terhadap lansia sangat penting karena kasus orang tanpa gejala di Sumsel cukup tinggi,” ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Fery Yanuar menuturkan, keterbatasan vaksin membuat pihaknya harus menyusun skema prioritas. ”Kami mengikuti arahan dari Kemenkes mengenai siapa saja yang bisa divaksin,” ujarnya.
Setidaknya dalam sehari, minimal lima warga lansia harus didata agar bisa divaksin.
Walau jumlah vaksinasi terbatas, Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal Eko Indra Heri telah mengistruksikan jajarannya untuk menggiatkan vaksinasi, utamanya bagi para lansia yang masih rendah cakupan vaksinasinya. Polda pun telah menyiapkan dua mobil vaksinasi bergerak untuk menjangkau mereka yang tidak bisa divaksinasi.
Eko menuturkan, sejak tiga minggu lalu, dirinya sudah memerintahkan jajaran polsek (kepolisian tingkat kecamatan) untuk mendata warga lansia yang belum divaksin di wilayahnya. ”Kita menjemput bola. Setidaknya dalam sehari, minimal lima warga lansia harus didata agar bisa divaksin,” ujar Eko. Sebanyak 169 vaksinator akan dikerahkan untuk melaksanakan vaksinasi berjalan ini.
Sejak program ini dicanangkan, setidaknya 8.772 warga lansia telah divaksin di seluruh wilayah Sumsel, terutama di Palembang dan Ogan Komering Ilir. Sejumlah kendala dialami petugas di lapangan, mulai dari banyak kaum lansia yang enggan karena takut atau keluarganya tidak mendukung.
Mengantisipasi masalah itu, ujar Eko, petugas akan melakukan sosialisasi, termasuk memberi bahan kebutuhan pokok agar warga termotivasi. ”Ke depan, mobil vaksinasi bergerak ini akan ditambah menjadi empat unit sehingga bisa digunakan untuk menjangkau mereka yang tidak terjangkau,” kata Eko.
Lesty mengutarakan, agar program vaksinasi bergerak ini bisa beroperasi, pihaknya sudah mengalokasikan sepertiga dari jumlah vaksin yang masih tersedia untuk digunakan bagi program vaksinasi berjalan ini. ”Mudah-mudahan dalam waktu dekat akan ada lagi vaksin yang datang ke Sumsel,” ujarnya.