Kelompok kriminal bersenjata kembali menebar teror di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak. Mereka menembak Kepala Badan Intelijen Nasional Daerah Papua Brigadir Jenderal I Gusti Putu Danny Nugraha di Kampung Dambet.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
NABIRE, KOMPAS — Kepala Badan Intelijen Nasional Daerah Papua Brigadir Jenderal I Gusti Putu Danny Nugraha gugur dalam kontak tembak dengan kelompok kriminal bersenjata di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Minggu (25/4/2021). Putu tertembak di bagian kepala.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Ignatius Yogo Triyono saat dihubungi, Minggu, membenarkan insiden tersebut. Korban bersama jajarannya diserang kelompok kriminal bersenjata (KKB) saat sedang melakukan observasi lapangan di Kampung Dambet. Putu tertembak di kampung itu pada pukul 15.30 WIT. Saat ini jenazah korban masih berada di Beoga.
”Kami masih menyelidiki penyebab insiden penembakan ini terjadi. Hingga kini kami masih kesulitan menghubungi anggota di sana,” kata Ignatius.
Ia menyatakan TNI AD akan mengevakuasi jenazah Putu ke Timika pada Senin (26/4/2021). ”Saya akan ke Timika untuk memonitor proses evakuasi jenazah Putu dari Beoga ke Timika,” tambahnya.
Sementara itu, Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri saat dihubungi menyatakan telah menginstruksikan seluruh jajarannya bersiaga untuk menghadapi KKB di Beoga. ”Saya telah memerintahkan anggota untuk menindak tegas KKB. Kejadian penembakan di Beoga tidak boleh terulang lagi,” kata Mathius.
Saya telah memerintahkan anggota untuk menindak tegas KKB. Kejadian penembakan di Beoga tidak boleh terulang lagi. —Mathius Fakhiri
KKB menebar aksi teror di Kabupaten Puncak dalam tiga pekan terakhir. Sebelumnya kelompok itu menembak mati dua guru, yaitu Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden. Oktovianus adalah guru kelas di SD Jambul, sedangkan Yonatan adalah guru matematika di SMP Negeri 1 Beoga.
Oktovianus ditembak KKB pada Kamis (8/4/2021) di Kampung Julukoma, Distrik Beoga. Sementara Yonatan ditembak mati pada Jumat (9/4/2021) di ibu kota Distrik Beoga. KKB juga membakar beberapa unit rumah guru dan sejumlah ruangan di tiga sekolah, yakni SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga dan SMA Negeri 1 Beoga.
Kemudian KKB juga menembak mati seorang pengojek sepeda motor bernama Udin seusai mengantar penumpang di Kampung Eromaga pada Rabu (14/4/2021). KKB pun menembak seorang pelajar SMA Negeri 1 Ilaga bernama Ali Mom pada Kamis (15/4/2021).
Dari catatan Kompas dan data Polda Papua dari Januari hingga April tahun 2021, KKB telah melakukan 13 penyerangan yang menyebabkan aparat keamanan dan warga menjadi korban. Empat anggota TNI dan enam warga sipil meninggal dunia. Sementara satu anggota TNI dan seorang warga yang terluka.
Sebelumnya Subkoordinator Bagian Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Wilayah Papua, Melchior Weruin mengungkapkan, semakin meluasnya cakupan serangan KKB yang adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan semakin brutal memiliki pesan. Aksi itu sebagai bentuk penolakan sejumlah kebijakan pemerintah dalam beberapa tahun menjelang berakhir regulasi otonomi khusus di Papua.
Regulasi yang ditolak OPM meliputi penambahan pasukan setelah dibentuknya Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III sejak tahun 2019, penolakan evaluasi otonomi khusus, penolakan hadirnya blok tambang emas Wabu di Intan Jaya dan penolakan rencana pemekaran wilayah.
”Semakin meningkatnya serangan KKB ke pekerja kemanusiaan dan fasilitas publik karena hadirnya organisasi OPM baru yang sulit dikendalikan. Rata-rata umur mereka dari 17 tahun hingga 25 tahun dan telah memegang senjata api,” kata Melchior.