Masyarakat menyuarakan kesedihan, tetapi juga menaruh harapan KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam tetap dapat ditemukan. Semua menaruh hormat pada 53 patriot, awak KRI Nanggala.
Oleh
TIM KOMPAS
·7 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Rasa sedih sekaligus haru menggambarkan suasana hati masyarakat di Indonesia setelah mengetahui status pencarian Kapal Selam KRI Nanggala-402 telah dinyatakan memasuki fase tenggelam, Sabtu (24/4/2021). Pesan untuk tetap menjaga harapan, sekecil apapun, hingga berakhirnya masa pencarian kapal selam berikut 53 awak kapal berdatangan dari tokoh-tokoh maupun masyarakat umum.
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menaikkan status pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan utara Pulau Bali, dari tahap hilang kontak atau sub-missed ke tahap tenggelam atau sub-sunk. Pencarian akan terus dilakukan hingga seluruh awak kapal selam KRI Nanggala dapat dievakuasi.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dalam jumpa pers di Bali, Sabtu (24/4), mengatakan, operasi pencarian terhadap KRI Nanggala telah memasuki hari ketiga sejak dinyatakan hilang kontak, Rabu (21/4) dini hari di perairan sisi utara Pulau Bali. Sabtu pagi juga merupakan batas akhir life support berupa ketersediaan oksigen bagi kru KRI Nanggala, yakni 72 jam.
“Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti otentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala,” ujar Hadi, yang saat memberi pernyataan pers didampingi Kapolri Jenderal (Pol) Listo Sigit Prabowo dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.
Sebelum menutup jumpa pers, Hadi mengungkapkan rasa kehilangan yang besar atas kejadian ini. Sebagai Panglima TNI dan atas nama seluruh prajurit serta keluarga besar TNI, ia menyampaikan rasa prihatin yang mendalam dan berdoa supaya proses pencarian terus bisa dilaksanakan. Bukti-bukti yang semakin kuat juga agar bisa segera ditemukan.
“Saya mohon doa restu dari seluruh rakyat Indonesia,” tuturnya.
Hormat pada 53 patriot
Usai jumpa pers berlangsung, lini masa Twitter mulai diramaikan dengan kicauan tentang doa dan harapan terbaik bagi seluruh awak kapal KRI Nanggala. Hingga pukul 22.00, setidaknya ada tiga kata kunci dan tagar atau tanda pagar yang terkait KRI Nanggala masuk trending topics Twitter di Indonesia.
Tagar tersebut ialah #KRINanggala402, #KRINaggala402, dan kata kunci "on ethernal patrol". Akumulasi jumlah cuitan dari tiga kata kunci dan tagar itu hampir mencapai 400.000. Sebagian pesan yang disampaikan netizen di jagat Twitter itu berisi pesan keharuan, rasa hormat kepada para patriot, serta ucapan penguatan bagi keluarga yang sedang menunggu kejelasan kondisi awak KRI Nanggala.
"Jikalau mereka pergi berpatroli dan tidak pernah kembali, mereka tidak bisa dikatakan \'hilang\'. Karena berdasar kamus para pelaut, tak ada kapal selam yang dikatakan \'hilang\', mereka hanya sedang melakukan \'patroli laut selamanya\'," cuit salah seorang pengguna Twitter.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani mengungkapkan kesedihan atas belum ditemukannya KRI Nanggala. Ia berharap pencarian terus dilakukan optimal untuk mengetahui kondisi kapal selam tersebut beserta 53 awaknya. Seluruh masyarakat Indonesia, lanjut Puan, turut mendoakan agar proses pencarian berjalan lancar.
“Doa terbaik untuk seluruh patriot awak KRI Nanggala, penjaga kedaulatan NKRI. Semoga kapal ditemukan dan awaknya selamat,” ujar Puan.
Ketabahan keluarga
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas tragedi tenggelamnya kapal KRI Nanggala. Ia berharap agar seluruh keluarga dari awak kapal senantiasa diberi kesabaran.
“Tenggelamnya kapal tersebut tidak hanya merupakan duka keluarga, tetapi juga duka bagi seluruh bangsa Indonesia,” tuturnya. Menurut Mu’ti, pemerintah sudah selayaknya memberikan penghargaan kepada para awak kapal selam tersebut.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Marsudi Syuhud mengatakan, sesungguhnya, tugas menjaga negara merupakan sebuah kewajiban bersama. Jika tugas menjaga negara menjadi kewajiban bersama, maka semua yang dilakukan awak kapal KRI Nanggala dalam menjaga negara akan dicatat amal kebaikannya. Ketika para awak kapal tengah menjalankan tugas wajib itu, lanjut Marsudi, betapapun itu sebuah kejadian yang tidak diharapkan, semua pihak harus ikhlas.
Dia berharap seluruh keluarga dapat bersabar sampai akhir pencarian kapal KRI Nanggala. Semua harus dihadapi dengan cara bersabar.
“Sabar dan ikhlas karena sesungguhnya beliau yang bertugas itu kalau dia melakukan kebaikan sebuah menjaga negara, menjaga negara yang membawa maslahat besar sekali bagi jutaan penduduk Indonesia,” kata Marsudi.
Sekretaris Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Paulus Christian Siswantoko mengatakan, hingga hari ini, semua pihak masih berharap agar para awak kapal KRI Nanggala dapat diselamatkan. Apalagi, berdasarkan pernyataan KSAL, ada kemungkinan kapal selam tidak mengalami mati listrik (black out).
“Meski harapan itu kecil, tetapi yang kecil itu bisa (diharapkan) menjadi kenyataan,” ujar Siswantoko.
Dalam kondisi kepiluan saat ini, jika segala upaya telah dilakukan dan pada akhirnya seluruh unsur gabungan tidak mampu menyelamatkan kapal selam beserta para awak, maka keluarga diharapkan bisa menerima kenyataan ini secara tabah dan kuat. Sebab, anggota keluarga yang ada di kapal selam sedang menjalankan tugas mulia untuk turut menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
“Ini merupakan bakti kepada negara yang sungguh-sungguh luar biasa, termasuk rasa cinta terhadap sesama warga negara. Menjaga keutuhan bangsa ini merupakan pengorbanan yang sungguh mulia, sungguh agung, dan sungguh luar biasa,” tutur Siswantoko.
Mengalami retakan
Dalam usaha pencarian, unsur TNI AL menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti tenggelamnya KRI Nanggala. Serpihan yang ditemukan di antaranya, pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, botol berisi gemuk pelumas (grease) periskop kapal selam, serta perlengkapan salat awak kapal KRI Nanggala.
Dalam jumpa pers, KSAL Laksamana Yudo Margono menyampaikan, komponen pelurus torpedo, misalnya, tak akan terangkat dan keluar dari kapal selam apabila tidak terjadi tekanan dari luar atau terjadi keretakan pada peluncur torpedo. Atas dasar itu, Yudo menegaskan, fase tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala diperkirakan akibat mengalami keretakan, bukan karena ledakan.
Yudo menyatakan, keberadaan barang-barang yang ditemukan terapung, sudah dievaluasi para ahli, termasuk dari mantan anak buah kapal KRI Nanggala, dan komunitas kapal selam. Barang-barang yang ditemukan di perairan utara Bali diyakini berada dalam KRI Nanggala.
“Barang-barang ini adalah milik KRI Nanggala dan barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum, dan di sekitar radius 10 mil laut, tidak ada kapal lain yang melintas,” kata Yudo.
Yudo juga mengatakan, operasi pencarian dan pertolongan terhadap KRI Nanggala terus dilanjutkan. TNI AL bersama unsur-unsur yang terlibat upaya pencarian dan penyelamatkan menyiapkan prosedur evakuasi medis bagi awak kapal maupun prajurit TNI yang berada di KRI Nanggala itu.
“Akan disiapkan evakuasi terhadap anak buah kapal yang kemungkinan masih ada yang selamat. Evakuasi ke Surabaya atau ke Banyuwangi,” kata Yudo. “Tim gabungan SAR masih terus berjuang dengan keras,” ujarnya menambahan.
Upaya SAR terhadap KRI Nanggala digelar jajaran TNI Angkatan Laut dengan didukung sejumlah instansi, di antaranya, Polri, Basarnas, Badan Keamanan Laut RI, dan KNKT. Upaya pencarian dan pertolongan terhadap kapal selam itu juga mendapat dukungan dari luar negeri, antara lain, dari Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia serta Australia.
Yudo mengungkapkan, Basarnas dan instansi terkait serta pihak dari luar negeri akan berjuang keras karena kedalaman laut yang terdeteksi mencapai 850 meter. Menurut Yudo, kondisi tersebut sangat riskan dan memiliki kesulitan yang tinggi, baik untuk remotely operated vehicle (ROV), maupun proses pengangkatan nanti.
“Dengan kesulitan ini, kami tetap jalankan untuk prosedur pengangkatan dan evakuasi berikutnya,” ujarnya.
Untuk upaya evakuasi, Yudo mengungkapkan ada dua skenario yang telah disiapkan. Pertama, dengan metode dihembus. Metode ini ialah memasukkan selang pada pipa yang terdapat pada kapal selam. Embusan udara yang dialirkan ke pipa akan mengangkat naik kapal selam tersebut. Cara kedua, dengan menggunakan robot DSAR 6 milik MV Swift Rescue. Kapal tersebut memiliki kapal selam mini (DSAR 6) yang akan terpasang ke kapal selam untuk evakuasi awak kapal.
Yudo mengungkapkan, jika kapal dalam kondisi mati listrik maka ketersediaan oksigen hanya cukup 72 jam. Namun, jika sistem kelistrikan masih nyala, maka ketersediaan oksigen dapat bertahan hingga 5 hari. Ia mengaku tidak dapat menentukan situasi pasti kapal KRI Nanggala. Namun, berdasarkan informasi tim Komando Pasukan Katak (Kopaska), saat kapal selam masuk air, lampu masih hidup. Bahkan, isyarat-isyarat untuk peran menyelam dan perang tempur masih terdengar dari kapal penjejak Kopaska yang berjarak 50 meter dari KRI Nanggala.
“Kalau black out, kemampuan hanya 72 jam. Tetapi kalau kelistirkan ternyata hidup, bisa bertahan 5 hari,” ujarnya. (BOW/COK/GER/PDS)