Sembilan Jam Perjalanan, Bantuan Pembaca ”Kompas” Tiba di Malaka
Bantuan dari pembaca harian ”Kompas” bagi korban bencana siklon tropis Seroja tiba di Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur, Jumat malam.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
BETUN, KOMPAS — Bantuan dari pembaca harian Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang dikirimkan bagi penyintas bencana telah tiba di Betun, ibu kota Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (23/4/2021) malam. Bantuan tersebut sebagai bentuk solidaritas pembaca harian Kompas bagi para korban yang terdampak siklon tropis Seroja pada awal April lalu.
Malaka menjadi kabupaten/kota kelima di NTT yang dibantu pembaca Kompas. Sebelumnya, bantuan sudah disalurkan bagi para penyintas bencana serupa di Kabupaten Flores Timur, Lembata, Alor, dan Kupang. Daerah-daerah dimaksud terdampak siklon tropis Seroja cukup parah, dari total 18 kabupaten/kota terdampak.
Rendra Sanjaya, perwakilan Yayasan DKK, menuturkan, barang bantuan itu terdiri dari bahan makanan, pakaian, peralatan mandi, kasur, dan perlengkapan perempuan, serta perlengkapan bayi. Barang bantuan untuk Malaka dibelanjakan di Kupang, ibu kota NTT, yang terpaut jarak sekitar 274 kilometer.
Ada tim yang bertugas mengantar langsung ke lokasi.
Barang bantuan lalu diangkut menggunakan truk dengan lama perjalanan sekitar 9 jam. Lama perjalanan ini hampir dua kali lipat daripada biasanya. Sebab, jalur tercepat melalui pantai selatan Pulau Timor tidak bisa dilewati lantaran jembatan penghubung Jembatan Benenai dalam kondisi miring. Jembatan sepanjang hampir 300 meter itu nyaris ambruk diterjang banjir.
Menurut Rendra, bantuan tersebut sebagai ungkapan solidaritas para pembaca Kompas kepada penyintas bencana. ”Semoga bantuan ini bermanfaat bagi korban,” ucapnya. Bukan baru kali ini saja, bantuan dari pembaca Kompas sudah sering diberikan kepada korban bencana di daerah lain di Indonesia.
Emanuel Manek, Kepala Bidang Bencana Dinas Sosial Kabupaten Malaka, yang menerima bantuan itu, menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembaca Kompas. Bantuan sangat dibutuhkan penyintas yang sebagian kini masih tinggal di lokasi pengungsian.
Bantuan itu segera disalurkan ke sejumlah lokasi terdampak. Sebanyak 32.318 jiwa terdampak dan 5.300 orang di antaranya mengungsi. Para korban tersebar di 34 desa di 9 kecamatan. ”Bantuan terus berdatangan dan penyaluran dari pos bantuan mencapai 90 persen. Ada tim yang bertugas mengantar langsung ke lokasi,” ujarnya.
Bencana pangan
Banyak penyintas banjir di Malaka kini mengkhawatirkan kondisi mereka pascatanggap darurat berakhir. Ini setelah sejumlah tanaman pertanian di daerah itu hancur diterjang banjir. Di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, warga mengais jagung tersisa di antara endapan lumpur. Mereka kupas kulitnya lalu dijemur.
”Kami tidak tahu nanti mau makan apa karena jagung rusak semua,” ujar Theresia Seran (40), warga. Lebih dari 1 hektar tanaman jagung miliknya habis disapu banjir. Hanya sebagian kecil jagung yang tersisa.
Ia berharap pemerintah membantu mereka pada masa sulit yang diperkirakan terjadi pada pertengahan tahun. Rawan pangan kini hadir di depan mata. Selain bantuan beras, diperlukan pula program padat karya di daerah itu yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga ekonomi bangkit.
Di Malaka, sebanyak 2.014 hektar tanaman pertanian rusak. Juga 4.326 ekor hewan peliharaan hanyut dan mati, di antaranya 207 ekor sapi, 1.086 ekor babi, dan 244 ekor kambing. Saluran Bendungan Benanain yang menjadi sumber pengairan untuk 6.000 hektar lahan pun jebol.