Pemprov Jatim Jembatani Talenta Milenial dengan Perusahaan
Sebanyak 1.000 talenta milenial telah dihasilkan dari program Millennial Job Center Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Tahun ini diproyeksikan bisa menghasilkan 3.000 talenta lagi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur berusaha menjembatani talenta-talenta milenial dengan perusahaan dari berbagai sektor melalui program Millennial Job Center atau MJC. Sejauh ini sudah ada sekitar 1.000 talenta yang telah dilibatkan.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, tahun ini MJC diproyeksikan bisa menghasilkan 3.000 talenta. ”Kami berharap pihak swasta juga ikut berpartisipasi sehingga jumlah talenta yang terlibat bisa meningkat,” ujarnya.
Emil mengatakan hal itu saat menghadiri Festival Talenta Milenial 2021 di Malang, Jawa Timur, Jumat (23/4/2021) sore. Hadir pada kesempatan ini sejumlah perusahaan di Jawa Timur, mulai dari perbankan, air mineral, hingga pariwisata. Selain itu, ikut dalam MJC talenta yang bergerak dalam beberapa bidang, seperti pembuatan video, desain, dan digital marketing.
Menurut Emil, zaman telah berubah. Era digital meniscayakan perusahaan yang dulu menganggap keberadaan hal-hal seperti animasi, video promo, desain grafis, dan digital marketing bukan sebagai kebutuhan primer, saat ini bergantung kepada mereka.
”Tanpa mereka, perusahaan tidak bisa jualan. Sebab, sekarang era market place, saingannya makin terbuka. Maka, kita harus melakukan transformasi bisnis kepada UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) di Jatim. Siapa yang jadi agen perubahan? Ya, talenta MJC ini. Kita butuh pasukan yang siap membantu usaha di Jatim,” katanya.
Di sisi lain, kata Emil, perusahaan besar dan menengah ternyata juga senang bisa membantu memberdayakan para talenta. Hal ini menjadi sinergi perusahaan besar dengan pelaku UMKM. Dan, pihaknya berusaha memfasilitasi melalui MJC karena ke depan perusahaan banyak yang tidak lagi membutuhkan pegawai tetap, tetapi mencari jasa pekerja lepas profesional.
”Ini yang kita ingin persiapkan. Kita juga punya yang konvensional melalui Balai Latihan Kerja (BLK). Kita buat BLK yang intensif. Artinya sampai tiga bulan sehingga lulusannya bukan hanya mampu secara teknis tetapi juga punya karakter etos kerja yang teruji. Nah, dua-duanya ini kita dorong,” katanya.
Disinggung sejauh mana para talenta terserap pasar kerja, Emil mengatakan konsep terserap pasar adalah saat mereka bisa mencari klien sendiri. Sejauh ini ada talenta yang ditarik oleh perusahaan, ada pula yang mereka tetap menjadi pekerja lepas namun memiliki banyak klien. Ada juga klien yang membutuhkan talenta yang sama berulang-ulang.
Diakui Emil pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri untuk menjembatani para talenta milenial. Selain pandemi, tantangan lainnya adalah transformasi ini membutuhkan prosesnya. Tidak bisa langsung mengubah pola pikir pengusaha untuk memanfaatkan apa yang dibuat oleh para talenta.
Emil menyinggung daerah seperti Malang bisa menjadi salah satu barometer dari talenta milenial. Pasalnya, daerah ini memiliki banyak kampus, tempat wisata, dan usaha yang berkembang.
Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Tonny Prasetyo mengatakan. pihaknya telah memanfaatkan talenta, salah satunya untuk promosi. Menurut Tonny, pihaknya memiliki 38 cabang di Jatim dan telah melibatkan talenta dari MJC untuk membuat promosi produk.
”Masing-masing daerah, MJC dari masing-masing cabang kami libatkan itu juga. Ke depan kami ada laku pandai, mudah-mudahan MJC juga bisa kerja sama dengan kami sebagai agen laku pandai. Dengan demikian, selain bisa menjadi freelancer, mereka juga ada bisnis sampingan,” katanya.
Pada kesempatan ini, Emil dan Tonny juga menandatangani letter of interest kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Bank Jatim dalam rangka pengembangan MJC.