Wakil Ketua DPR RI Dorong Badai Seroja di NTT Jadi Bencana Nasional
Sejumlah pihak, termasuk Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin, mendorong agar pemerintah pusat menetapkan status kebencanaan di NTT menjadi bencana nasional.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
BETUN, KOMPAS — Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin ikut mendorong penetapan status bencana nasional di Nusa Tenggara Timur. Bencana yang dipicu siklon tropis Seroja itu terjadi di 18 dari 23 kabupaten/kota di NTT dengan korban meninggal ratusan orang, puluhan ribu bangunan rusak, serta ribuan hektar areal pertanian terdampak. Kini, penetapan status bencana nasional ada di tangan pemerintah pusat.
Lewat pesan singkat pada Kamis (22/4/2021), Azis menyatakan salah satu alasan perlu penetapan status bencana nasional. ”Setuju (ditetapkan sebagai bencana nasional). Bendungan di Sumba Timur yang mengairi 1.440 hektar (lahan) pertanian masyarakat merupakan salah satu yang harus segera diperbaiki,” katanya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, tak hanya lahan pertanian, 18.009 unit rumah di Sumba Timur juga terdampak.
Azis mendapatkan laporan itu ketika ia bersama rombongan berkunjung ke Sumba Timur pasca-kejadian bencana. Dalam pertemuan dengan pemerintah daerah setempat dan sejumlah tokoh masyarakat serta penyintas banjir di Sumba Timur, Azis berjanji akan menyuarakan harapan masyarakat kepada pemerintah pusat di Jakarta. Harapan itu terkait percepatan pemulihan pascabencana.
Setuju ditetapkan sebagai bencana nasional. Bendungan di Sumba Timur, yang mengairi 1.440 hektar lahan pertanian, harus segera diperbaiki.
Saat ditanya apakah usulan penetapan status bencana nasional itu telah ia sampaikan kepada pemerintah pusat, Azis menjawab, penetapan itu merupakan kewenangan pemerintah pusat. ”Keputusan ada di tangan pemerintah,” katanya.
Sebagaimana laporan BNPB, bencana banjir dan longsor di NTT akibat siklon tropis Seroja menyebabkan 179 orang meninggal dan 45 orang masih dalam pencarian. Puluhan ribu unit bangunan berupa rumah penduduk dan fasilitas umum rusak. Bencana itu terjadi di 18 daerah dari total 23 kabupaten/kota di NTT. Selain itu 15.500 hektar areal pertanian rusak.
Usulan penetapan status bencana nasional itu salah satunya datang dari Penjabat Bupati Malaka Viktor Manek. Menurut dia, perlu sumber daya lebih besar lewat pelibatan sejumlah kementerian dan lembaga di tingkat pusat untuk menangani bencana di Malaka dan NTT pada umumnya. ”Sejak awal bencana, saya sudah meminta agar kondisi ini ditetapkan sebagai bencana nasional,” kata Viktor.
Kehilangan sumber pangan
Di Malaka, sebanyak 11 orang meninggal, 428 unit rumah rusak berat, dan 3.848 rusak ringan. Tak hanya itu, 2.014 hektar tanaman pertanian rusak. Juga 4.326 ekor hewan peliaraan hanyut dan mati di antaranya 207 ekor sapi, 1.086 ekor babi, dan 244 ekor kambing.
Saluran Bendungan Benanain yang menjadi sumber pengairan untuk 6.000 hektar lahan di Malaka juga ambruk. Malaka merupakan salah satu lumbung pangan di NTT, juga menyuplai pangan ke Timor Leste.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, warga kini kehilangan sumber pangan dan terancam akan mengalami krisis pangan dalam waktu dekat. Pemerintah perlu menyiapkan langkah untuk mengantisipasi hal tersebut.
”Jagung ini tidak bisa dimakan lagi,” ujar Eviana Nahak (34), petani di Malaka, sambil menunjukkan satu bulir jagung yang sebagian bijinya hancur akibat terendam air.
Di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, hingga kini sejumlah desa masih terisolasi. Jalan tertutup material longsor dan sejumlah jembatan putus. ”Kalau hanya menunggu pemerintah daerah, sepertinya sulit. Perlu kehadiran pemerintah pusat untuk mempercepat pemulihan lewat penetapan status kebencanaan menjadi bencana nasional,” kata Muhamad Don Soge, sukarelawan bencana di Adonara.
Adonara menjadi daerah dengan dampak terparah serta korban terbanyak di NTT. Sebanyak 71 orang meninggal dan dua orang belum ditemukan. Sebelumnya, Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli meminta Presiden Joko Widodo agar menetapkan status kebencanaan di NTT sebagai bencana nasional. Presiden mengunjungi lokasi bencana di Adonara pada 9 April lalu.