Tambang Emas Liar Kian Parah di Sarolangun, Lubuk Bedorong Banjir
Jika dulu kucing-kucingan, para petambang emas liar di wilayah Limun, Kabupaten Sarolangun, Jambi, kini beroperasi terang-terangan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Masifnya tambang emas liar di wilayah Limun, Kabupaten Sarolangun, Jambi, terus menggerogoti hutan-hutan penyangga hulu sungai. Setelah hujan yang turun sejak Kamis (22/4/2021) pagi, banjir pun melanda menjelang sore.
Sejak pukul 15.00, Sungai Sipa dan Sungai Limun meluap. Dusun-dusun di kawasan hulu yang bermuara ke Sungai Batanghari itu digenangi banjir. Genangan terus merambat mendekati permukiman yang letaknya di atas tebing sungai.
”Kalau hujan masih turun terus, kami khawatir banjir akan semakin parah,” kata Zawawi, Ketua Pengelola Hutan Desa Lubuk Bedorong, Limun.
Masyarakat pengelola hutan sejak lama menolak masuknya tambang emas liar di sana. Apalagi, praktik itu telah menggunakan alat-alat berat untuk menambang emas skala besar.
Warga berulang kali melaporkannya kepada aparat penegak hukum, baik di Polsek Limun, Polres Sarolangun, maupun Polda Jambi. Aparat sempat menggiring keluar para pekerja tambang dan alat beratnya dari hutan. Namun, tak lama berselang, tambang liar malah semakin parah.
Menurut Zawawi, pantauan terakhir, sekitar 30 alat berat dikerahkan para pemilik modal menyebar di hutan dan sungai. Belakangan, jumlahnya terus bertambah. Para pemodal bahkan terang-terangan memasok bahan bakar minyak dalam truk-truk besar untuk menyuplai kebutuhan alat berat para petambang itu. ”Kalau sekarang, sudah tak terhitung lagi jumlah petambang yang masuk, sudah ratusan orang,” katanya.
Warga juga berupaya menghentikan aktivitas ilegal itu. Lebih dari tiga kali alat berat milik petambang liar dibakar oleh masyarakat. Belakangan, upaya warga mengusir petambang liar berbuntut ancaman hukum dan nyawa dari para pemodal tambang.
Masifnya tambang emas liar juga memperparah konflik. Rabu (21/4/2021) malam lalu, seorang petambang tewas ditikam pekerja tambang lainnya. Penyebabnya, mereka diduga saling berebut lokasi tambang.
Pelaku pembunuhan, kata Kepala Polres Sarolangun Ajun Komisaris Besar Sugeng Wahyudiono, masih dalam pengejaran. ”Namanya sudah kami kantongi, tetapi masih dicari,” katanya. Terkait aktivitas tambang yang marak di wilayahnya, Sugeng mengaku kesulitan mengatasi.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi Komisaris Besar Sigit Dany menjelaskan, selama ini praktik tambang emas liar di wilayah itu kucing-kucingan. Saat aparat keluar dari lokasi, petambang masuk kembali. Belum lagi aparat selalu dihadapkan pada resistensi petambang dengan alasan mereka bergantung secara ekonomi pada sektor itu.
Menurut dia, diperlukan langkah lebih menyeluruh. Tak hanya penegakan hukum, tetapi juga penanganan dampak sosial dan ekonominya. Pemerintah daerah harus serius turun tangan mengatasi masalah itu. ”Seharusnya ada jaring sosial dan fungsi pencegahan yang berjalan untuk menopang masyarakat,” katanya.