Dua Jalan Layang di Kota Bandung Diresmikan, Butuh Angkutan Massal agar Efektif Urai Kemacetan
Dua jalan layang di Kota Bandung, Jawa Barat, diresmikan, Kamis (22/4/2021). Namun, infrastruktur ini belum efektif mengurai kemacetan. Dibutuhkan dukungan angkutan massal untuk mengurangi kepadatan kendaraan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan dua jalan layang (fly over) di Kota Bandung, Kamis (22/4/2021). Namun, penambahan infrastruktur jalan membutuhkan dukungan angkutan massal agar lebih efektif dalam mengurangi kemacetan.
Kedua jalan layang sepanjang masing-masing 480 meter itu berada di Jalan Jakarta dan Jalan Laswi. Proses pembangunannya selama dua tahun dengan total anggaran Rp 63 miliar bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jabar.
Jalan Jakarta dan Jalan Laswi merupakan titik kemacetan di Bandung. Kedua jalan layang itu diharapkan mengurangi antrean kepadatan kendaraan saat lampu merah.
”Dahulu (antrean) padat sekali. Sekarang lancar dan relatif lebih nyaman,” ujarnya. Kedua infrastruktur ini telah diuji coba sejak 15 Desember 2020.
Sejumlah proyek pembangunan jalan layang lainnya juga sedang disiapkan. Dua di antaranya terletak di Jalan Kopo dan Jalan Pelajar Pejuang yang juga menjadi lokasi rawan macet.
Menurut Kamil, bertambahnya jumlah penduduk membuat lalu lintas di Bandung semakin padat. Oleh karena itu, diperlukan penambahan jalan layang untuk mengurangi beban kemacetan.
”Membangun jalan (layang) jangan sampai dua tahun, satu tahun satu proyek. Perbaiki perencanaan dan pelelangan sehingga jumlah yang dibangun lebih banyak,” ucapnya.
Jalan Jakarta dan Jalan Laswi merupakan titik kemacetan di Bandung. Kedua jalan layang yang diresmikan itu diharapkan mengurangi antrean kepadatan kendaraan saat lampu merah.
Berdasarkan pengamatan Kompas, kepadatan kendaraan masih terjadi di ujung jalang layang, terutama saat pagi dan sore hari. Selain karena tingginya volume kendaraan, juga disebabkan angkutan yang berhenti di bahu jalan di akses keluar sehingga menghambat arus lalu lintas.
Kamil menuturkan, pihaknya bersama pemerintah pusat sedang mengupayakan beberapa program angkutan massal dan angkutan berbasis rel. Program tersebut sudah masuk dalam rencana strategis Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
”Pelan-pelan akan disempurnakan sehingga kenyamanan di kota ini dalam bergerak dan mobilitas menjadi lebih baik,” ucapnya.
Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jabar, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, juga Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk merealisasikan rencana pembangunan jalan layang lainnya.
”Ada juga rencana pembangunan tol dalam kota NS (nort-south) Link. Ini semua untuk mendukung kelancaran lalu lintas,” ujarnya.
BRT Bandung Raya
Selain menambah fasilitas jalan, Oded mengatakan, pihaknya juga sedang menyiapkan angkutan massal. Hal ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga upaya mengurai kemacetan lebih optimal.
”Pengembangan BRT (bus rapid transit) sedang dibahas. Bandung dengan kapasitas jalan terbatas dan kecil sangat membutuhkannya,” katanya.
BRT akan menghubungkan kawasan Bandung Raya yang meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, serta Kota Bandung dan Cimahi. Sistem transportasi terintegrasi diharapkan mendukung mobilitas di kawasan yang dihuni sekitar 10 juta penduduk itu.
Sebelumnya, Direktur Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Ahmad Yani mengatakan, pengembangan BRT diharapkan rampung dan dioperasikan pada 2023. ”Yang paling penting nanti integrasi dengan moda lain, dengan kereta api, kereta cepat, dan lain sebagainya,” ujarnya (Kompas.id, 2/3/2021).