Aktivitas Tiga Gunung Api di NTT Berpotensi Meningkat, Warga Diminta Waspada
Aktivitas tiga gunung di Nusa Tenggara Timur berpotensi meningkat. Warga diminta terus waspada menghadapi kemungkinan terburuk.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Masyarakat di sekitar tiga gunung api di Nusa Tenggara Timur diminta tetap waspada. Aktivitas gunung-gunung itu berpotensi meningkat. Selain rentan terdampak awan panas dan banjir lahar hujan, warga juga rawan terpapar hujan abu.
Dua gunung ada di Flores Timur, yaitu Lewotobi Perempuan (1.703 meter di atas permukaan laut) dan Lewotobi Laki-laki (1.584 mdpl). Keduanya disebut gunung kembar karena memiliki puncak berbeda yang berdekatan. Selain itu, ada Gunung Lewotolok (1.423 mdpl) di Lembata.
Data Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, status Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-laki sejauh ini masih Normal. Namun, Bupati Flores Timur Antonius Gege Hadjon di Larantuka, Rabu (21/4/2021) malam, mengatakan, mendapat informasi dari pos pengamatan gunung itu bahwa aktivitas gunung berpotensi meningkat sejak dua hari lalu.
”Lima kecamatan di sekitar gunung-gunung itu diminta waspada. Kecamatan itu adalah Wulanggitang, Ile Bura, Tite Hena, Demong Pagong, dan Solor Barat,” katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday mengatakan, Gunung Lewotolok tercatat tiga kali mengeluarkan awan panas dan abu vulkanik serta material batu. Data PVMBG, gunung ini berstatus Siaga, seperti Merapi (DI Yogyakarta-Jawa Tengah) dan Sinabung (Sumatera Utara).
Erupsi terakhir, Senin (19/4/2021) pukul 11.01 Wita dengan ketinggian kolom abu teramati lebih kurang 1.500 mdpl atau sekitar 2.923 mdpl. Kolom abu ini berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal, condong ke arah selatan dan barat daya. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplituda maksimum 8 milimeter dan durasi sekitar 52 detik.
”Sebagian besar warga kebetulan sedang mengungsi di rumah keluarga dan posko pengungsian akibat badai Seroja. Namun, bagi warga lain untuk tetap waspada, terutama dalam radius 3 km seperti di Desa Jontona. Potensi ancaman bahaya longsor material lapuk yang dapat disertai awan panas, hujan abu, dan banjir lahar hujan,” kata Langoday.
Sementara itu, pelaksana tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Timur Isyak Nuka mengatakan, personel tim pencarian korban hilang pascabadai Seroja yang dipimpin Basarnas di Kupang dan Maumere sudah ditarik, Rabu (21/4/2021). Mereka telah mencari selama 21 hari, tapi tidak berhasil menemukan semua korban hilang.
”Pencarian bagi 48 korban itu tetap dilanjutkan Pemda Flores Timur, Alor, dan Pemda Lembata. Mereka dibantu anggota keluarga dan masyarakat setempat. Pencarian lanjut ini sesuai permintaan dari keluarga korban,” kata Isyak.
Selain korban hilang, bencana Seroja juga menewaskan 181 orang dan 257 orang luka-luka. Saat ini, lebih kurang 27.000 jiwa masih mengungsi di rumah warga dan di fasilitas yang disiapkan pemerintah.
Terkait perbaikan jaringan telekomunikasi, Juru Bicara Posko Tanggap Darurat Bencana Siklon Tropis Seroja Marius Jelamu mengatakan, 68 persen atau 35.789 pelanggan di NTT mulai menikmati jaringan telekomunikasi. Dia mengatakan, aktivitas layanan internet di sebagian besar pulau di NTT terbilang normal sejak 21 April 2021.
Jelamu mengatakan, hanya Pulau Sabu Raijua yang masih mengalami gangguan sekitar 70 persen. Perbaikan di Lembata mencapai 92 persen, Flores (90 persen), dan Rote Ndao (85 persen). ”Kita harapkan jaringan telekomunikasi cepat pulih seperti sediakala sehingga bisa memperlancar komunikasi antara warga dari pulau ke pulau,” kata Jelamu.
Telekomunikasi ini sangat penting bagi masyarakat kepulauan seperti NTT. Tidak hanya mempermudah atau memperlancar komunikasi, tetapi memperlancar usaha ekonomi keluarga atau perusahaan, kegiatan belajar mengajar secara daring, dan usaha lain.