Cakupan Vaksinasi di Sumsel Rendah karena Keterbatasan Vaksin
Empat bulan berjalan, proses vaksinasi di Sumatera Selatan masih terkendala kurangnya pasokan vaksin. Padahal, antusiasme warga untuk divaksinasi cukup tinggi meskipun saat ini memasuki bulan Ramadhan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Empat bulan berjalan, proses vaksinasi di Sumatera Selatan masih terkendala kurangnya pasokan vaksin. Hal ini menyebabkan cakupan vaksinasi masih rendah. Padahal, antusiasme warga untuk divaksinasi cukup tinggi meskipun saat ini memasuki bulan Ramadhan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Fery Yanuar, Rabu (21/4/2021), di Palembang, menuturkan, proses vaksinasi di Sumsel masih terus berjalan. Bahkan, antusiasme warga untuk mengikuti vaksinasi sangat tinggi.
Hanya saja, pasokan vaksin yang diterima tidak sebanding dengan lonjakan permintaan. ”Banyak surat permohonan dari sejumlah instansi yang meminta untuk vaksinasi, namun karena pasokan vaksin terbatas kami harus memilih skala prioritas,” katanya.
Pemberian vaksin juga harus sesuai dengan instruksi dan pedoman dari Kementerian Kesehatan, yakni untuk kaum lanjut usia, tenaga kesehatan, dan petugas pelayanan publik utamanya guru.
Guru menjadi salah satu kelompok masyarkat yang diprioritaskan mendapat vaksinasi karena adanya rencana pembukaan belajar mengajar secara tatap muka pada Juli 2021 mendatang. Adapun warga lansia menjadi prioritas karena merupakan kaum rentan.
Hingga kini, menurut Fery, dari 1,2 juta orang yang menjadi sasaran vaksinasi di tiga kelompok masyarakat tersebut, cakupan vaksinasi di Sumsel untuk dosis kedua baru mencapai 36 persen. Yang paling rendah adalah kaum lansia sebesar 2,62 persen, petugas pelayan publik 19,72 persen, dan tenaga kesehatan mencapai 83,48 persen.
Fery menjelaskan, masih rendahnya cakupan vaksinasi untuk kaum lansia disebabkan oleh kondisi kesehatan para lansia yang memang tidak stabil kondisi kesehatan kelompok masyarakat yang lain. ”Ada beberapa kaum lansia yang tidak bisa divaksin karena terkendala kondisi kesehatan,” ujar Fery.
Adapun untuk tenaga kesehatan, kendala yang dihadapi adalah sistem registrasi yang masih bermasalah dan kondisi kesehatan yang kurang memadai. Adapun petugas pelayan publik terkendala pasokan vaksin. Bahkan, pegawai BUMN/BUMD belum bisa dilayani karena keterbatasan vaksin tersebut.
Fery menjelaskan, hingga kini jumlah vaksin yang diterima Sumsel mencapai 181.000 dosis yang digunakan untuk 340.000 orang. Pekan depan, menurut Fery, akan ada vaksin yang didatangkan ke Sumsel berjumlah 14.000 dosis untuk 7.000 orang. Jumlah itu masih jauh dari kebutuhan vaksin di Sumsel.
Vaksin Sinovac itu akan disebarkan ke empat wilayah, yakni kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Musi Rawas, Empat Lawang, dan Pagar Alam. Keempat daerah ini adalah mereka yang kurang mendapatkan pasokan vaksin pada termin ketiga.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, menuturkan, kondisi vaksinasi memang masih berjalan, tetapi masyarakat harus tetap mengendepankan protokol kesehatan dengan ketat. ”Yang sudah divaksin saja belum tentu bebas sepenuhnya dari Covid-19, karena itu kewaspadaan diperlukan,” ungkapnya.
Apalagi, jelang Idul Fitri mobilitas warga Sumsel diperkirakan meningkat karena masih adanya izin untuk mudik di dalam area Sumsel. ”Kalau pengawasan lengang, risiko penularan akan semakin tinggi,” ucap Iche.
PPKM diperpanjang sepekan
Terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru memutuskan untuk memperpanjang penerapannya sampai 26 April 2021. Alasannya, kondisi pandemi Covid-19 belum membaik dan untuk menerapkan aturan dari pemerintah pusat. ”Saya menghormati keputusan dari pemerintah pusat, tetapi untuk di Sumsel masih boleh pulang kampung,” ucapnya.
Walau demikian, Herman masih memperbolehkan warga Sumsel untuk pulang kampung asal menerapkan protokol kesehatan. ”Ibadah tarawih dan Shalat Id masih diperbolehkan asal menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.