Gempa M 6,1 Guncang Nias Barat, PVMBG Ingatkan Kerentanan Longsor di Perbukitan
Gempa M 6,1 di Nias Barat, Sumatera Utara, tidak berpotensi tsunami. Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengingatkan kerentanan longsor di perbukitan akibat guncangan gempa itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gempa M 6,1 mengguncang Nias Barat, Sumatera Utara, Selasa (20/4/2021) pukul 06.58. Meskipun berpusat di laut, gempa tidak berpotensi tsunami. Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi mengingatkan kerentanan longsor di perbukitan akibat guncangan gempa itu.
Pusat gempa berada pada 140 kilometer barat daya Pulau Nias dengan kedalaman 16 km. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini memiliki mekanisme pergerakan sesar turun atau normal fault.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menyampaikan, Pulau Nias disusun morfologi dataran pantai, lembah, dan perbukitan. Kondisi batuannya berumur pra-tersier (batuan metamorf dan meta sedimen), tersier (batuan sedimen), serta endapan kuarter (aluvial pantai, sungai, dan rawa). Batuan berumur pra-tersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan serta endapan kuarter pada umumnya bersifat urai, lepas, belum kompak sehingga memperkuat efek guncangan.
”Selain itu, morfologi perbukitan yang tertutup batuan yang mengalami pelapukan akan rentan terjadi gerakan tanah (longsor) dipicu guncangan gempa kuat dan curah hujan tinggi,” katanya di Bandung, Jawa Barat.
Belum ada laporan kerusakan akibat tersebut. Namun, masyarakat diimbau tetap mewaspadai potensi gempa susulan yang diperkirakan berkekuatan lebih kecil.
Berdasarkan peta prakiraan potensi gerakan tanah PVMBG pada April 2021, terdapat enam kecamatan di Nias Barat yang mempunyai potensi gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi. Keenam kecamatan itu adalah Lahomi, Lolofitu Moi, Mandrehe, Mandrehe Utara, Sirombu, dan Ulu Moro’o.
Di kawasan berpotensi menengah, gerakan tanah dapat terjadi saat curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, dan tebing jalan. Sementara pada daerah dengan potensi tinggi, kawasan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Berdasarkan peta prakiraan potensi gerakan tanah PVMBG pada April 2021, terdapat enam kecamatan di Nias Barat yang mempunyai potensi gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi.
Berdasarkan catatan Kompas, gempa pernah memicu longsor di sejumlah daerah. Salah satunya gempa M 5,4 yang mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Timur, pada Maret 2019.
Akibat gempa itu, tebing di utara air terjun Tiu Kelep, Desa Senaru, Lombok Utara, longsor. Tiga orang tewas, lima orang luka berat, dan 22 orang luka ringan dalam kejadian itu.
Berdasarkan informasi dari Pos Pengamatan Gunung Sinabung di Simpang Empat, Kabupaten Karo, guncangan gempa tidak dirasakan di sana. Namun, stasiun seismik pemantau gunung itu merekam getaran dengan intensitas I-II MMI (Modified Mercalli Intensity).
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa dirasakan di Nias Barat dengan skaa II-III MMI. Gempa juga dirasakan hingga Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang (Sumatera Barat) serta Aceh Singkil dalam skala II MMI.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas tektonik pada lempeng Samudra Hindia (outer rise),” tulis Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno.
Masyarakat diimbau menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Selain itu, memastikan kestabilan bangunan untuk menghindari bahaya saat terjadi gempa susulan.