Pascabencana longsor dan banjir bandang di Adonara, NTT, perekonomian di sana kembali bergeliat. Aliran barang ke pasar semakin lancar setelah sejumlah jembatan penghubung tersambung. Omzet penjualan pun meningkat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Setelah dilanda banjir bandang dan longsor yang mengakibatkan lebih dari 70 orang meninggal dan kerusakan di berbagai lokasi, kini kondisi perekonomian di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mulai bangkit. Sejumlah akses utama, baik jalan maupun jembatan, telah tersambung sehingga mobilitas orang dan barang mulai lancar.
Menurut pantauan Kompas di Pasar Waiwerang, Minggu (18/4/2021), sejumlah pedagang mulai berjualan di lapak yang berada tak jauh dari lokasi banjir bandang. Pasar Waiwerang merupakan pasar tradisional terbesar dan menjadi pusat ekonomi yang paling ramai di Pulau Adonara.
Zaitun (51), pedagang bawang dan berbagai bumbu dapur, mengatakan, ia mulai berjualan sejak empat hari terakhir. Tingkat penjualan barang belum seramai kondisi sebelumnya. Lebih dari satu pekan, ia tidak berjualan lantaran harus membersihkan rumahnya yang terendam banjir. Banyak barang jualannya rusak.
”Sebelum bencana, dalam satu hari penghasilan yang saya dapat sampai Rp 3 juta, sekarang dalam satu hari dapat sampai Rp 1,7 juta. Ke depan, penjualan akan semakin bagus karena saat ini bulan Ramadhan. Orang-orang banyak yang belanja,” kata pedagang asal Bima, Nusa Tenggara Barat, itu.
Arus mobilitas orang dan barang ke Waiwerang juga semakin meningkat setelah jembatan utama di Waiwerang yang putus telah tersambung menggunakan jembatan bailey. Jembatan itu menjadi akses bagi lima dari delapan kecamatan di Adonara. Lewat jembatan itu, puluhan ribu orang dengan mudah ke Waiwerang.
Agnes Perada (54), warga Kampung Witihama, mengatakan, dengan tersambungnya jembatan, mereka kini dengan mudah membawa komoditas, seperti kelapa, pisang, jagung, dan sayur-sayuran, untuk dijual di Waiwerang. Selama lebih dari satu pekan, para petani tidak datang ke pasar. ”Saat bencana, banyak hasil kebun petani rusak,” katanya.
Sejumlah toko dan kios di Waiwerang sudah dibuka. Pedagang asongan juga mulai menjajakan barang di beberapa sisi jalan hingga malam hari. Harga barang, seperti premium yang sebelumnya Rp 30.000 untuk ukuran 1,6 liter, kini sudah turun hingga Rp 15.000, meski masih lebih mahal sekitar Rp 4.000 dari harga standar.
Sementara itu, sejumlah perkampungan di Pulau Adonara masih terisolasi. Akses jalan tertutup material banjir dan longsor. Di Kecamatan Wotan Ulumado, dua desa masih terisolasi, yakni Demondei dan Kawela. Akses ke Demondei terputus di lebih dari dua titik dengan kedalaman jurang mencapai belasan meter. Perlu dibangun jembatan di lokasi itu.
Adapun di Kawela, jalan sepanjang lebih dari 4 kilometer tertutup timbunan longsor. Perjalanan mencapai ke sana hanya bisa ditembus sepeda motor dengan waktu tempuh lebih dari dua jam. ”Kemarin orang sakit dari Kawela dibawa ke Puskesmas Baniona dengan cara dipikul beramai-ramai,” kata Muhamad Don Soge, relawan bencana setempat.
Selain dua desa itu, 12 desa di Kecamatan Adonara Tengah juga masih terisolasi. Akses masuk ke sana tertutup dari dua sisi, yakni perbatasan dengan Kecamatan Adonara Barat dan Kecamatan Adonara Timur. Saat ini, ekskavator digerakkan ke sejumlah lokasi untuk memindahkan material banjir bandang dan longsor.
Piter Ebak (59), warga Desa Horowura, Kecamatan Adonara Tengah, mengatakan, perkampungan di sana baru bisa ditembus sepeda motor. ”Jadi barang kebutuhan, seperti beras, diangkut dengan sepeda motor. Belum ada helikopter yang menjangkau ke sana,” katanya.