Sampah plastik menjadi persoalan daerah bahkan masalah global. Mengatasi persoalan yang ditimbulkan sampah plastik, dibutuhkan kesadaran dan kepedulian bersama.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sampah plastik menjadi persoalan daerah bahkan masalah global. Penggunaan plastik sekali pakai secara besar-besaran menimbulkan permasalahan lingkungan, bahkan berdampak terhadap keamanan pangan dan kesehatan manusia. Mengatasi persoalan yang ditimbulkan sampah plastik membutuhkan kesadaran dan kepedulian bersama.
Demikianlah benang merah dari pemaparan sejumlah narasumber dalam konferensi pers di Denpasar, Bali, Minggu (18/4/2021), serangkaian acara menyambut penayangan film dokumenter berjudul Pulau Plastik dan sekaligus kampanye bersama bertajuk ”#BergerakuntukMasaDepan” terkait peringatan Hari Bumi Sedunia 2021. Adapun film Pulau Plastik akan ditayangkan di bioskop di Bali mulai 22 April 2021.
Para pembicara, di antaranya, Vice President Marketing and Promotion, Content and Entertainment Business, Visinema Pictures Chyntia Kartika Sari, pendiri Akarumput Lakota Moira selaku co-producer film Pulau Plastik, Senior Communication Officer Kopernik Andre Dananjaya selaku co-producer, Chief Operating Officer Kopernik Ewa Wojkowska selaku produser eksekutif, dan pendiri Watchdoc Dandhy Dwi Laksono sebagai salah satu sutradara film Pulau Plastik.
Selain itu, tiga figur pegiat lingkungan, yang menjadi tokoh protagonis dalam film dokumenter berjudul Pulau Plastik, yakni musisi Gede Robi Supriyanto, Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira, dan Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi, juga hadir dan menjadi pembicara dalam konferensi pers bersama menjelang penayangan film Pulau Plastik di Denpasar, Minggu (18/4/2021).
Isu sampah plastik di Bali dan di Indonesia juga mendapat sorotan pihak internasional, terutama mengenai pembuangan sampah plastik ke laut. Pencemaran sampah plastik di laut Bali menjadi isu nasional. Sementara itu, Indonesia pernah disebut sebagai negara kedua terbesar penyumbang sampah ke laut.
Dalam konferensi pers di Denpasar, Minggu (18/4/2021), Tiza menyatakan, pemerintah sudah menerbitkan regulasi mengenai pengelolaan sampah. Di tingkat daerah, menurut Tiza, semakin banyak pemerintah daerah yang mengeluarkan peraturan mengenai penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Tiza menyebutkan, sekitar 40 daerah di Indonesia sudah memiliki peraturan mengenai pembatasan dan pelarangan penggunaan kantong plastik. Hasil survei pada tahun 2020 juga mengindikasikan terjadinya pengurangan penjualan plastik sekali pakai. ”Regulasi akan berjalan apabila masyarakat juga mendukung,” kata Tiza dalam konferensi pers itu.
Musisi Robi Navicula menyatakan, sampah plastik menjadi fenomena gunung es dari permasalahan terkait pengelolaan sampah. Robi Navicula mendorong edukasi tentang tata kelola sampah diberikan di sekolah-sekolah. Menurut Robi Navicula, persoalan sampah juga menjadi persoalan personal karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Dokumenter
Lakota Moira mengungkapkan, Bali mengalami dampak negatif dari masalah sampah plastik, terutama menyangkut isu kepariwisataan. Film berjudul Pulau Plastik mengangkat persoalan sampah plastik yang mencemari lingkungan. Bali merupakan jendela Indonesia bagi kalangan internasional.
”Saya percaya Bali juga mempunyai kearifan lokal dan kebijakan yang dapat menjadi solusi bagi masalah ekologi,” kata Lakota. ”Saya juga percaya daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki kebijakan lokalnya sendiri,” ujar Lakota, menambahkan.
Film Pulau Plastik akan ditayangkan di Bali mulai Kamis (22/4/2021). Serangkaian peluncuran film dokumenter itu dilaksanakan pula sejumlah kegiatan berkaitan kampanye dengan tajuk ”#BergerakuntukMasaDepan” mulai Minggu (18/4/2021) sampai Rabu (21/4/2021). Kegiatan yang dilangsungkan, antara lain, temu wicara, diskusi, dan konser musik.
Saya percaya Bali juga mempunyai kearifan lokal dan kebijakan yang dapat menjadi solusi bagi masalah ekologi.
Ewa Wojkowska dari Kopernik mengatakan, film Pulau Plastik semula digarap sebagai serial dengan tujuan mengampanyekan kepedulian atas persoalan sampah plastik dan membangun kesadaran bersama untuk terlibat aktif dalam mengubah kondisi dari darurat sampah plastik. Melalui film, menurut Ewa, kampanye diharapkan menjangkau kalangan lebih luas, bahkan sampai ke level nasional. ”Semakin banyak yang peduli, kami berharap semakin banyak pula yang mau beraksi,” kata Ewa.
Sutradara film Pulau Plastik Dandhy mengungkapkan, pemutaran film dokumenter itu di bioskop menjadi strategi memperluas khalayak penonton. Menurut Dhandy, film dokumenter masih jarang diputar di bioskop. Melalui film berjudul Pulau Plastik itu, Dhandy juga berharap film itu menjadi bentuk kolaborasi untuk mengubah keadaan terkait sampah plastik.
Chyntia menerangkan, film Pulau Plastik ditayangkan di bioskop di Bali mulai Kamis (22/4/2021) sampai Minggu (25/4/2021). Selanjutnya film berjudul Pulau Plastik akan ditayangkan di sejumlah kota, mulai dari Surabaya, Yogyakarta, Makassar, sampai ke wilayah Jabodetabek dan Bandung.
Chyntia menambahkan, film Pulau Plastik bukan hanya menyajikan persoalan sampah plastik sebagai pencemar lingkungan yang juga berdampak buruk terhadap kehidupan dan kesehatan manusia, melainkan film itu juga menampilkan pilihan solusi dan upaya menanggulangi persoalan sampah plastik.