Warga Adonara Bergerak Perbaiki Jaringan Pipa Air Bersih
Warga terdampak bencana di Adonara, NTT, bergerak memperbaiki jaringan perpipaan yang rusak diterjang banjir bandang dan longsor. Mereka menyambung pipa menggunakan ruas bambu kemudian dibelit dengan ban bekas.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Warga di Pulau Adonara, tepatnya Desa Kawela, Kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami krisis air bersih lantaran jaringan perpipaan putus disapu banjir bandang dan longsor. Warga bergerak memperbaiki jaringan dengan peralatan seadanya, seperti menggunakan ruas bambu yang dibelit dengan irisan ban dalam sepeda motor.
Pantauan Kompas pada Jumat (16/4/2021), jaringan perpipaan yang putus panjangnya sekitar 2 kilometer. Di beberapa ruas pipa yang putus, warga menyambungnya dengan cara membelit ujung pipa menggunakan irisan ban dalam sepeda motor. Mereka membelit berlapis-lapis agar air tidak bocor.
Untuk ruas pipa yang hanyut, warga menyambungnya menggunakan ruas bambu kemudian dilapisi lagi dengan irisan karet ban dalam. Di beberapa ruas patahan, sambungan menggunakan bambu tidak sempurna sehingga terdapat kebocoran. Debit air yang mencapai perkampungan pun sangat sedikit.
Muhamad Don Soge (35), warga setempat, mengatakan, aliran air sempat terhenti selama tiga hari. Warga kemudian berjalan mencari air hingga ke kampung-kampung tetangga yang berjarak lebih dari satu kilometer. Selain swadaya menyambung jaringan perpipaan dengan bambu dan irisan ban dalam, warga juga meminta bantuan pipa dari pihak ketiga.
”Ada sumbangan dari seorang pastor Katolik dari tetangga Klukeng Nuking dan juga dari komunitas Kontas dan Titehena di Jakarta,” kata Soge. Total sumbangan pipa yang sudah diterima sepanjang 400 meter sehingga mereka masih kekurangan sekitar 1.600 meter.
Menurut dia, pemerintah dari tingkatan desa hingga kabupaten sangat lamban merespons kerusakan jaringan perpipaan. Pemerintah lebih fokus menangani lokasi bencana yang ada korbannya, seperti di Desa Nelelamadike, Waiburak, Oyangbarang, dan Kelurahan Waiwerang.
Warga bergotong royong memperbaiki jaringan perpipaan yang rusak.
Sekitar lima kilometer dari lokasi kerusakan jaringan perpipaan itu, tepatnya antara Desa Pandai dan Desa Demondei, warga bergotong royong memperbaiki jaringan perpipaan yang rusak. Mereka membawa generator set dan peralatan las untuk menyambung pipa. Aliran air sempat terhenti dua hari, kemudian kini lancar.
”Proses penyambungan sempat terkendala material lumpur dan batu yang menutup jaringan pipa. Penyambungan ini juga melibatkan warga dari Desa Terong (desa yang berjarak sekitar 5 kilometer) yang selama ini ikut menikmati air tersebut,” kata Eman Lagadoni, warga Desa Pandai.
Pada saat bersamaan pihak Puskemas Baniona menguji kualitas air di beberapa desa di Kecamatan Wotan Ulumado. Di Desa Oyangbarang, pihak puskesmas menyatakan bahwa kondisi air belum bisa dikonsumsi karena airnya berwarna. Pemeriksaan itu dilakukan pada Kamis (15/4/2021).
Air berwarna lantaran tercampur material lumpur akibat banjir dan longsor. ”Dengan ini disampaikan kepada masyarakat bahwa hasil pemeriksaan air menunjukkan air tidak layak dikonsumsi”. Demikian penggalan surat edaran yang dikeluarkan Kepala Puskesmas Baniona Thomas Tupen Beda.
Sementara itu, Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli mengatakan, pihaknya masih fokus pada pembukaan jalur yang masih terisolasi. Ihwal sejumlah kendala penanganan bencana, termasuk penanganan air bersih, hal itu menjadi bahan evaluasi. Menurut dia, kejadian bencana memerlukan penanganan bertahap.
Bencana banjir dan longsor di Adonara terjadi akibat siklon tropis Seroja yang menghantam Nusa Tenggara Timur pada 4 April lalu. Akibatnya, 49.512 jiwa mengungsi dan 181 orang meninggal. ”Korban meninggal sebelumnya 179 jiwa. Saat ini ada 47 orang masih dinyatakan hilang dan 250 orang luka-luka. Rumah rusak berat mencapai 17.124 unit, rusak sedang 13.652 unit, dan rusak ringan 35.733 unit,” kata Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, seperti ditulis Kompas, Jumat (16/4/2021).