Aceh Usulkan Teuku Abdul Hamid Azwar sebagai Pahlawan Nasional
Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1945, TAHA telah aktif di dunia milter. Ia menjadi salah satu tokoh pembentukan Angkatan Pemuda Indonesia, cikal bakal lembaga militer Indonesia, yang kini menjadi TNI.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Aceh mengusulkan almarhum Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Teuku Abdul Hamid Azwar sebagai calon pahlawan nasional. Sebagai mantan prajurit militer yang berperang pada masa kemerdekaan, Teuku Abdul Hamid Azwar dianggap layak disemati gelar tersebut.
Asisten III Gubernur Aceh Kamaruddin Andalah dalam seminar daring ”Pengusulan Teuku Abdul Hamid Azwar sebagai Pahlawan Nasional”, Jumat (16/4/2021), menuturkan, Teuku Abdul Azwar Hamid atau sering disebut TAHA sangat layak diusulkan sebagai calon pahlawan nasional. Seminar tersebut digelar oleh Dinas Sosial Aceh.
Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1945, TAHA telah aktif di dunia militer. Ia menjadi salah satu tokoh pembentukan Angkatan Pemuda Indonesia, cikal bakal TNI. (Kamaruddin Andalah)
”Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1945, TAHA telah aktif di dunia militer. Ia menjadi salah satu tokoh pembentukan Angkatan Pemuda Indonesia (API),” kata Kamaruddin.
API cikal bakal lembaga militer Indonesia. Dalam perjalanan API berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), selanjutnya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), dan kini menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
TAHA pernah menduduki sejumlah jabatan strategis di TRI, salah satunya Kepala Staf V Komandemen Sumatera. TAHA dikenal lihai dalam penyediaan logistik untuk perjuangan.
Kamaruddin mengatakan, sebagai pemimpin pasukan perang, TAHA berkali-kali terjun langsung dalam pertempuran melawan pasukan Jepang. Salah satu pertempuran heroik yang pernah dilakoninya ialah saat berperang melawan satu batalyon tentara Jepang di Krueng Panjo, Aceh Timur. Kala itu TAHA dan pasukannya berhasil menghalau pasukan Jepang yang ingin memasuki Aceh dari Medan.
TAHA lahir di Banda Aceh, 23 Oktober 1916, dan wafat pada 7 Oktober 1996 di rumah sakit Singapura. TAHA dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta. Jejak perjuangan dan kontribusi TAHA untuk negara masih terekam hingga kini. TAHA ikut menyumbang emas untuk pembelian pesawat pertama RI dan menyumbang kapal untuk kepentingan prajurit.
Setelah kemerdekaan, bersama Bung Hatta, dia membentuk Central Trading Company (CTC) di Bukittinggi pada 1947 dan dipercaya sebagai pemimpin di perusahaan itu. CTC merupakan perusahaan pertama milik negara yang bergerak dalam usaha ekspor impor. Perusahaan itu berkembang pesat dan memiliki sejumlah cabang di berbagai daerah. TAHA bisa dikatakan sosok yang sukses sebagai pemimpin pasukan dan sukses dalam bisnis.
TAHA juga salah seorang sosok penting di balik berdirinya PT Sarinah, 1962. Sarinah menjadi ritel modern pertama di Indonesia yang hingga kini masih eksis di Jakarta.
Dinas Sosial telah mengirimkan berkas pengusulan TAHA sebagai calon pahlawan nasional ke Kementerian Sosial RI. ”Banyak pahlawan kemerdekaan dari Aceh. Kita akan mengusulkan satu per satu,” kata Kamaruddin.
Baru delapan orang yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional, yakni Sultan Iskandar Muda, Teungku Chik di Tiro, Cut Nyak Dhien, Teuku Umar, Cut Nyak Meutia, Laksamana Malahayati, Teuku Nyak Arief, dan Mr Teuku Muhammad Hasan.
Direktur Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Joko Irianto mengatakan, berkas telah diterima. Tim khusus dari Kemensos akan melakukan kajian kelengkapan dan kelayakan. Penetapan pahlawan nasional dilakukan oleh Presiden RI.
Pakar Sejarah dari Universitas Syiah Kuala, Adli Abdullah, mengatakan, TAHA telah berkontribusi besar terhadap perjuangan negara. Menurut Adli, TAHA sangat layak diberi gelar pahlawan nasional.