Sepanjang Tahun 2021, Delapan Warga Aceh Tewas Dibunuh
Delapan orang tewas dibunuh sepanjang tahun 2021. Perempuan masih menjadi sasaran pembunuhan ini.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sepanjang tahun 2021, delapan orang tewas dibunuh di Aceh. Persoalan ekonomi, narkoba, dan relasi sosial yang buruk menjadi pemicunya.
Pada Rabu (14/4/2021), pembunuhan terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang. Korbannya adalah RB (61), perempuan asal Desa Bundar, Kecamatan Karang Baru. Dia meninggal di rumahnya sendiri di tangan AB (18) dan BW (17). AB tidak lain adalah cucu korban.
Kepala Polres Aceh Tamiang Ajun Komisaris Besar Ari Lasta Irawan, yang dihubungi pada Kamis (15/4/2021), mengatakan, AB mencekik neneknya hingga tewas. Setelah membunuh, pelaku mengambil Rp 500.000 dan satu cincin emas. ”Pelaku sudah ditangkap pada Rabu sore. Barang bukti satu buah cincin emas masih disimpan pelaku,” kata Ari.
Sebelumnya, pada 7 Maret 2021, pembunuhan terjadi di Aceh Tenggara. S (19) dibunuh SN (25), temannya, di kebun jagung. Jasad korban baru ditemukan sebulan kemudian. SN kini telah ditangkap polisi.
Kapolres Aceh Tenggara Ajun Komisaris Besar Wanito Eko Sulistyo mengatakan, sebelum pembunuhan, korban dan pelaku sama-sama mengonsumsi sabu. Namun, di tengah pengaruh narkotika, keduanya cekcok akibat permasalahan jual beli gawai.
Sementara di Kabupaten Aceh Jaya, S (32) membunuh cucu tirinya yang baru berusia 36 hari. Dia memberikan bayi itu obat tidur. S mengaku malu karena cucunya lahir dari luar nikah.
Catatan Kompas sepanjang 2021, terjadi tujuh pembunuhan di tujuh kabupaten. Jumlah korban delapan orang dan tersangka 10 orang. Empat korban adalah seorang perempuan, tiga laki-laki, dan satu bayi. Sementara ini, pelaku semuanya laki-laki. Mereka telah ditangkap untuk kemudian diadili.
Pengajar Ilmu Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh, Endang Setianingsih, mengatakan, pelaku biasanya beraksi saat terdorong beban dalam diri yang tidak bisa dikendalikan. Beban bisa jadi karena ekonomi, dendam, atau frustrasi.
Menurut Endang, pelaku kekerasan kemungkinan besar pernah menjadi korban kekerasan pada masa lampau. Pengaruh narkoba juga memicu seseorang melakukan kekerasan.
Endang berpendapat, pada era digital kepekaan sosial mulai memudar sehingga rasa saling peduli juga lemah. Relasi sosial di dalam keluarga dan lingkungan warga harus dijalin erat agar ada rasa saling peduli.
Direktur Flower Aceh, LSM perempuan, Riswati, mengatakan, perempuan sebagai individu yang lemah dari segi fisik sering menjadi korban kekerasan laki-laki. Kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap ibu rumah tangga di Aceh Timur menunjukkan perempuan masih menjadi sasaran kekerasan.
Riswati mengatakan, perlindungan terhadap perempuan masih lemah. Dalam komunitas warga, perempuan kerap dikesampingkan dan haknya kerap diabaikan.