Cegah Abrasi, Daerah Pesisir Sumbar Didorong Perkuat Vegetasi Pantai
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mendorong daerah kawasan pesisir di Sumatera Barat memperkuat vegetasi pantai untuk mencegah abrasi.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana mendorong daerah kawasan pesisir di Sumatera Barat untuk memperkuat vegetasi pantai untuk mencegah abrasi. Peraturan daerah ataupun peraturan kepala daerah diperlukan agar upaya tersebut berjalan secara berkelanjutan.
Kepala BNPB Doni Monardo di Padang, Kamis (15/4/2021), mengatakan, penanggulangan abrasi di Pantai Padang jangan berhenti hanya sampai pembangunan tanggul laut dan pemecah ombak. Mengadakan atau memperkuat vegetasi pantai juga mesti dilakukan untuk melindungi pantai dari ancaman abrasi.
”Melalui pertemuan (rapat mitigasi bencana) di Painan, siang, kami membahas agar seluruh kawasan pesisir barat Sumbar ini, pantainya bisa ditanami dengan vegetasi yang punya kekuatan baik. Misalnya pohon pinago, waru, ketapang, cemara udang, dan beringin,” kata Doni saat memantau tanggul laut yang dibangun di sekitar Monumen Merpati Perdamaian, Pantai Muaro Lasak, Kamis.
Sebelumnya, Sumbar membangun 879 meter tanggul laut dan 146 meter pemecah ombak di tiga lokasi Pantai Padang untuk penanggulangan abrasi. Pembangunan infrastruktur tersebut menghabiskan anggaran sekitar Rp 19 miliar yang bersumber dari dana siap pakai/dana darurat bencana BNPB.
Doni juga menyarankan kepada Gubernur Sumbar agar pemerintah daerah di kawasan pesisir untuk membuat peraturan, baik peraturan daerah maupun peraturan kepala daerah. Dengan demikian, upaya membangun ekosistem di kawasan pantai itu bisa berkelanjutan. ”Jadi, tidak sekadar tanam, lantas dibiarkan,” ujarnya.
Menurut Doni, penanggulangan abrasi tidak cukup dengan membangun tanggul laut dan pemecah ombak. Infrastruktur ini diperkirakan hanya bisa bertahan selama 30 tahun. Vegetasi pantai diperlukan untuk mencegah abrasi dalam jangka panjang. Vegetasi pantai bisa melindungi pantai dari gelombang besar dan menambah pasir secara alami.
Doni mengaku telah menyaksikan bencana abrasi yang terjadi di Pariaman. Sebagian besar pantai di Pariaman sudah hilang karena dihantam gelombang besar Samudra Hindia. ”Tinggal beberapa jenis pohon yang bertahan, salah satunya pinago. Makanya pinago menjadi (salah satu) pilihan (untuk ditanam)," ujarnya.
Doni kemudian bercerita tentang Pantai Padang yang merupakan tempat ia dan teman-temannya bermain saat duduk di bangku SMP dan SMA di Padang. Pada masa itu, bibir Pantai Padang berada puluhan meter dari lokasi bibir pantai saat ini.
Pada masa itu, bibir Pantai Padang berada puluhan meter dari lokasi bibir pantai saat ini. (Doni Monardo)
”Sekarang (pantai puluhan meter itu) habis sama sekali. Juga sudah dipasang pemecah ombak, ternyata habis setelah 30 tahun. Tahun 2000 dibangun lagi. (Tanggul laut dan pemecah ombak) ini pun kami duga akan seperti itu. Mungkin hanya bisa bertahan 30 tahun,” ujar Doni.
Selain kepada pemerintah daerah, Doni juga meminta peran serta masyarakat untuk menjaga ekosistem di kawasan pantai. Masyarakat diminta turut serta merawat tanaman di sepanjang pantai, jangan menebang dan merusaknya.
”Semakin banyak tanaman di pantai, akan membuat pantai semakin tahan terhadap abrasi dan arah ke laut juga akan bertambah pasirnya secara alami,” kata Doni.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan, ke depan pemprov mendorong kabupaten/kota di kawasan pesisir untuk mengadakan vegetasi pantai. Ada tujuh daerah di kawasan pesisir Sumbar, yaitu Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Pesisir Selatan, Agam, Pasaman Barat, dan Kepulauan Mentawai.
”Ke depan akan ada penanaman-penanaman (pohon waru, cemara udang, pinago, dan lainnya). Kami harapkan dukungan anggaran dari kabupaten/kota dalam penanaman ini akan lebih baik,” kata Mahyeldi.
Selain mencegah abrasi, keberadaan vegetasi pantai juga bisa mereduksi energi tsunami. Hal ini sangat penting karena kawasan pesisir Sumbar merupakan daerah dengan risiko tinggi bencana gempa dan tsunami, salah satunya potensi gempa magnitudo 8,9 dari Megathrust Mentawai.
Selain penanaman pohon, kata Mahyeldi, upaya pembabatan hutan mangrove dan vegetasi pantai untuk pembukaan tambak dan kegiatan lainnya juga mesti dikendalikan. ”Itu nanti kami sepakati, buat pengendalian melalui peraturan sehingga itu bisa terkendali. Yang sudah ada dijaga, yang kosong kami tanam,” ujarnya.
Dari catatan Kompas, 8 November 2019, upaya penanaman ribuan pohon, seperti cemara udang, di pesisir Sumbar pernah dilakukan pada akhir Maret 2019. Alih-alih tumbuh, sebagian besar pohon tersebut mati karena tidak dirawat. Di kawasan Pantai Padang, lebih dari separuh pohon menyisakan batang kering ataupun terperosok ke laut akibat abrasi.
Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Erman Rahman mengatakan, upaya menanam pohon ini sudah dimulai oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Pariaman, Selasa (6/4/2021). Gerakan ini mesti diikuti pula oleh daerah lainnya. Banyaknya pohon di kawasan pesisir bisa menyelamatkan masyarakat dari ancaman tsunami.
Terkait upaya penanaman yang belum berhasil pada akhir Maret 2019, Erman mengatakan, dulu programnya berorientasi pada target, bukan kualitas. Selain itu, lokasi penanaman pohon juga mesti dipetakan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
Sebagai contoh, Pantai Padang, selain tempat wisata juga merupakan tempat nelayan beraktivitas. Di beberapa titik, pohon yang ditanam menghambat aktivitas nelayan. ”Ke depan, kami lebih fokus pada kualitas, bukan target. Bagaimana yang ditanam itu bisa tumbuh,” kata Erman.