Penerbangan Langsung Ekspor Perikanan dari Semarang Segera Diwujudkan
Menurut data BKIPM Semarang, pada triwulan I-2021, diekspor 10.006 ton komoditas atau produk perikanan senilai Rp 742 miliar. Angka itu menurun dari periode sama 2021, tetapi tetap dinilai tinggi dan membawa harapan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Ekspor perikanan dari Jawa Tengah kembali menggeliat setelah sempat tersendat ketiadaan layanan transportasi selama pandemi Covid-19. Diharapkan menopang pemulihan ekonomi nasional, layanan penerbangan langsung yang mengangkut produk perikanan dari Kota Semarang segera diwujudkan.
Menurut data Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, pada triwulan I-2021, telah diekspor 10.006 ton komoditas atau produk perikanan senilai total Rp 742 miliar. Tiga komoditas utama dengan nilai terbesar adalah rajungan (Rp 351 miliar), udang (Rp 140 miliar), dan surimi (Rp 88 miliar). Adapun Amerika Serikat, Jepang, dan China menjadi tiga negara tujuan ekspor dengan nilai terbesar.
Angka tersebut menurun jika dibandingkan triwulan I-2020, yakni 14.530 ton dengan nilai Rp 774 miliar. Namun, dengan sejumlah kendala dan keterbatasan di tengah pandemi Covid-19, angka ekspor itu tetap dinilai tinggi. Sektor kelautan dan perikanan tetap menghadirkan semangat dan harapan terhadap upaya percepatan pemulihan ekonomi, baik Jateng maupun nasional.
”Di tengah pandemi Covid-19, alhamdulillah kita masih punya potensi besar (dari ekspor perikanan). Ini dapat menggerakkan roda ekonomi. Mudah-mudahan tetap berjalan baik, melalui sinergi serta ketaatan dan kepatuhan pelaku usaha dalam mengekspor,” ujar Kepala BKIPM Semarang R Gatot Perdana di sela-sela ekspor raya di Semarang, Rabu (14/4/2021).
Pada ekspor raya di Semarang, Rabu, dilepas 584,4 ton komoditas atau produk perikanan dari Jateng senilai Rp 52,2 miliar. Komoditas yang diekspor antara lain daging rajungan pasteurisasi, surimi, cumi-cumi, dan udang. Adapun negara tujuannya adalah AS, Australia, China, Vietnam, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hong Kong.
Gatot menuturkan, sejumlah kendala dalam setahun terakhir mencakup minimnya moda transportasi serta ketersediaan bahan baku. Namun, pada Februari-Maret 2021, kendala tersebut perlahan teratasi dan kondisi kembali kondusif.
Terkait transportasi, salah satu upaya mendukung peningkatan ekspor ialah dengan menyiapkan direct call atau penerbangan langsung yang mengangkut produk perikanan dari Semarang. ”Ada maskapai yang sudah siap dan ada persetujuan dari bandara. Eksportir pun siap. Menurut rencana ke Singapura, berikutnya ke Jepang. Ini akan segera diimplementasikan,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang melepas sejumlah kontainer pada ekspor raya perikanan di Semarang, Rabu, menuturkan, transportasi memang masih menjadi kendala, terlebih ada sejumlah negara yang masih tertutup. Namun, sejumlah upaya yang terus dilakukan diharapkan menjadi satu semangat dan inspirasi.
Masih tingginya nilai ekspor, menurut Ganjar, menjadi penanda kebangkitan dari produk laut di Jateng. ”Banyak teman pengusaha yang memproduksi produk perikanan berkualitas tinggi, contohnya pada surimi. Harapannya, ini menjadi patokan. Misalkan ada yang mau ekspor, ini lho, ada standarnya. Rajungan juga bagus,” ucapnya.
Mulai pulih
Gunawan, Direktur PT Golden Snack Mas Sejahtera, yang antara lain mengekspor kerupuk ikan, mengatakan, beberapa waktu lalu memang sempat ada kendala pada kontainer untuk pengiriman. ”Namun, sekarang sudah mulai banyak lagi. Kami juga melakukan perluasan tempat pengolahan dengan pindah (dari Semarang) ke Kawasan Industri Kendal,” ujarnya.
Bambang Supriyadi selaku eksportir dari PT Karya Mina Putra, Rembang, juga mengatakan, salah satu masalah ekspor belakangan adalah keterbatasan kontainer yang membuat pengiriman beberapa kali tertunda. Biasanya dalam sekali pengiriman digunakan satu kontainer atau setara 25 ton berisi berbagai macam ikan ke China. Ia pun berharap situasi kembali normal.
Pelepasan ekspor produk perikanan di Jateng ialah bagian dari ekspor serentak di sejumlah daerah di Indonesia sebagai penanda dimulainya Bulan Mutu Karantina 2021. Total ada 157 jenis ikan hidup, segar, beku, dan produk olahan yang diekspor ke 40 negara. Total volume ekspor mencapai 11.637 ton atau senilai Rp 1,012 triliun.
”Saya meyakini kegiatan ini menjadi bagian dari upaya kita memotivasi semangat memajukan sektor kelautan dan perikanan lebih maju. Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dalam keterangannya.
Wahyu meminta jajarannya memfasilitasi para pelaku usaha perikanan agar eksis di pasar dunia, baik dalam pendampingan, sertifikasi, pemetaan potensi pasar, maupun penjaminan kualitas. Hal tersebut bagian dari upaya pemerintah dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional sekaligus menciptakan iklim usaha dan investasi yang lebih baik.