Setelah empat hari ditemukan terdampar, bangkai paus sperma di perairan Cirebon, Jawa Barat, akhirnya dikuburkan, Selasa (13/4/2021). Mamalia raksasa itu sudah mengeluarkan bau tak sedap.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Bangkai paus sperma (Physeter macrocephalus) yang ditemukan di perairan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (10/4/2021) dini hari, baru dievakuasi ke darat pada Selasa (13/4/2021) untuk dikuburkan. Nelayan menilai penanganan mamalia berukuran raksasa itu lambat.
Setelah terdampar empat hari di laut Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan, Cirebon, mamalia laut itu dievakuasi ke darat pada Selasa siang. Sedikitnya tiga perahu nelayan menarik paus yang diperkirakan seberat 20 ton itu.
Sebelum ditarik ke daratan, sekitar 200 meter dari garis pantai, paus sepanjang 17,2 meter dengan diameter tubuh 4,6 meter tersebut dilapisi terpal dan drum agar mengapung. Paus yang diperkirakan sudah dewasa itu lalu ditarik menggunakan tali tambang dengan bantuan alat berat.
Selama evakuasi lebih dari lima jam, tercium bau tak sedap. Nelayan dan warga menutup hidungnya. Petugas evakuasi dari Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Serang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, dan sejumlah nelayan mengenakan alat pelindung diri.
Sebelum paus dikuburkan, tim FKH Unair melakukan nekropsi dengan mengambil beberapa sampel organ paus, seperti jantung dan gigi, untuk diteliti lebih lanjut. Hingga Selasa sore, paus sudah berada di daratan, tetapi belum sepenuhnya dikubur. Adapun lubang kubur dengan kedalaman 7 meter dan panjang 20 meter sudah disiapkan. Warga berharap paus segera dikubur.
”Nelayan belum banyak melaut karena paus belum dikubur. Baunya itu mengganggu kalau lagi cari ikan,” kata Rata (41), nelayan di Bungko. Sebab, posisi paus berada di dekat lokasi penangkapan ikan dan jalur keluar masuk nelayan.
Menurut dia, nelayan sudah berupaya menarik paus itu ke darat, tetapi ketersediaan alat terbatas. Alat berat baru muncul pada hari keempat penemuan paus. Itu pun didatangkan dari Indramayu, sekitar 6 jam perjalanan laut.
Awalnya, penanganan bangkai paus itu dilakukan dengan penenggelaman di kedalaman 20 meter. Namun, setelah musyawarah, petugas dan warga memutuskan mamalia itu dikubur.
Kalau ditenggelamkan, nanti alat tangkap nelayan juga tersangkut tubuh paus.
Sejumlah nelayan juga memercayai, paus yang baru pertama kali terdampar di Bungko itu harus dikuburkan sebagai bentuk penghormatan. Warga bahkan sempat menabur kembang saat penemuan paus itu. ”Kalau ditenggelamkan, nanti alat tangkap nelayan juga tersangkut tubuh paus,” kata Sukiya, tokoh nelayan Bungko.
Anhar Muslim, Pelaksana Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Serang KKP, mengatakan telah berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Cirebon untuk mempercepat evakuasi. Namun, hingga Selasa sore, tidak tampak perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Cirebon.
Selain itu, ukuran paus yang besar juga menjadi kendala evakuasi. Apalagi, kedalaman lokasi paus terdampar hanya 1,5 meter. ”Kemarin, saya dan tim mengumpulkan alat-alat agar paus mengapung. Kalau langsung ditarik, pausnya kandas,” ujarnya.
Setelah paus dikubur, pihaknya akan memasang penanda agar masyarakat tidak terlalu dekat dengan lokasi tersebut. Menurut Anhar, bangkai mamalia laut itu bisa memicu virus dan bakteri yang berbahaya bagi manusia.
Pihaknya juga bekerja sama dengan FKH Unair untuk mengidentifikasi penyebab kematian dan mengapa paus terdampar. Menurut dia, area lintasan paus sperma biasanya dari perairan Australia menuju Nusa Tenggara Timur dan Papua, bukan Laut Jawa. ”Nanti hasilnya akan dirilis oleh KKP,” ucapnya.