Perayaan Meugang di Aceh, Harga Daging Sapi Melonjak
Di Banda Aceh, pada Senin (12/4/2021), harga daging sapi lokal dijual Rp 150.000 hingga Rp 170.000 per kilogram, sedangkan pada hari biasa sekitar Rp 120.000 per kg.
Oleh
ZULKARNAIN
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Perayaan tradisi meugang di Provinsi Aceh dengan mengonsumsi daging sapi memicu kenaikan harga daging. Pemerintah kesulitan mengantisipasi kenaikan harga daging sebab harga ditentukan oleh pasar.
Di Banda Aceh, pada Senin (12/4/2021), harga daging sapi lokal dijual Rp 150.000 hingga Rp 170.000 per kilogram. Di Kabupaten Aceh Selatan dikabarkan harga daging Rp 200.000 per kilogram. Padahal, pada hari biasa harga daging Rp 120.000 per kilogram. Meski demikian, animo pembeli tidak surut sebab daging tersebut untuk merayakan meugang.
Tradisi meugang dirayakan warga Aceh untuk menyambut Ramadhan. Mereka memasak ragam menu berbahan daging. Momen meugang paling ditunggu sebab semua anggota keluarga akan berkumpul menyantap makan siang bersama. Tradisi itu dirayakan secara turun-temurun.
Oleh karena itu, permintaan daging melonjak. Pasar daging dadakan muncul di banyak tempat. Tingginya permintaan memengaruhi kenaikan harga.
Momen meugang paling ditunggu sebab semua anggota keluarga akan berkumpul menyantap makan siang bersama. Tradisi itu dirayakan secara turun-temurun.
Hamdani (52), pedagang daging di Banda Aceh, menuturkan, kenaikan harga daging karena harga sapi di tingkat peternak naik. ”Kami hanya dapat untung Rp 3 juta-Rp 5 juta dari satu ekor sapi,” kata Hamdani.
Di Aceh, umumnya penjualan daging bukan peternak sapi. Para penjual daging membeli sapi dari peternak. Peternak menjadi pihak pertama yang menentukan harga jual sapi.
Hamdani mengatakan, pada hari meugang tahun ini dia memotong satu ekor sapi dengan harga Rp 38 juta. Dengan taksiran daging yang diperoleh 150 kilogram, tulang belulang 150 kilogram, serta organ dalam, Hamdani memperkirakan total penjualan sekitar Rp 42 juta. Setelah dipotong modal Rp 38 juta, artinya keuntungan Hamdani Rp 4 juta.
”Kadang ada yang rugi. Kalau tidak ramai pembeli, terpaksa turunkan harga,” kata Hamdani.
Jefri (33), warga di Banda Aceh, mengatakan, meski harga daging tergolong tinggi, meugang harus dirayakan. Baginya, meugang hari sakral yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh Mimi Asri mengatakan, secara hukum pasar harga barang akan naik saat permintaan tinggi. Namun, seharusnya pemerintah mengantisipasi sejak awal agar harga tidak melonjak tinggi.
”Kenaikan sedikit, wajar. Tetapi jika naik nyaris separuh harga, biasa tidak wajar,” kata Mimi.
Mimi mengatakan, para peternak sapi memanfaatkan momentum meugang untuk melepaskan sapi dengan harga tinggi. Dalam setahun ada tiga kali perayaan meugang.
Menurut Mimi, selama ini pemerintah sudah mengeluarkan beberapa regulasi agar harga daging bisa stabil. Namun, sosialisasi dan pengawasan dari hulu hingga hilir masih lemah.
Kepala Dinas Peternakan Aceh Rahmandi mengatakan, tahun ini 15.622 ekor sapi disembelih untuk perayaan meugang. Pihaknya memastikan sapi yang disembelih saat meugang dalam keadaan sehat.
Rahmandi mengatakan, secara umum kenaikan harga daging meugang masih dalam batas normal dan tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.