”Hulu Pulu”, Pameran Lukisan Hasil Eksplorasi Relief Yeh Pulu
Perupa, yang juga Rektor ISI Denpasar, I Wayan Adnyana menggelar pameran tunggal bertajuk ”Hulu Pulu” di Arma Ubud, Gianyar, mulai Senin (12/4/2021). Lukisan merupakan hasil eksplorasi kreatif atas relief Yeh Pulu.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Melalui pameran tunggalnya bertajuk ”Hulu Pulu” di Museum Seni Agung Rai (Arma) Ubud, Gianyar, perupa dan juga akademisi I Wayan Adnyana menampilkan puluhan lukisan yang merupakan hasil eksplorasi kreatifnya selama lima tahun atas relief di Pura Yeh Pulu, Gianyar. Secara kreatif, Adnyana mendekonstruksi tema dari pahatan relief arkeologi yang berusia ratusan tahun ke atas kanvas.
I Wayan ”Kun” Adnyana menggelar pameran tunggalnya itu di Arma Ubud mulai Senin (12/4/2021) sampai Selasa (11/5/2021). Lukisan-lukisan yang dihadirkan dalam pameran tersebut dihasilkan Kun Adnyana, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar periode 2021-2025, dalam rentang waktu mulai 2017. Pameran lukisan ”Hulu Pulu” di Arma Ubud menjadi seri dari rangkaian pameran dengan tema relief Yeh Pulu sejak 2017.
Kun Adnyana meneliti secara mendalam ikonografi dari pahatan relief Yeh Pulu dan menjelajahinya dalam konteks seni lukis kontemporer. Ia kemudian mendekonstruksi dan menarasikan ulang relief Yeh Pulu melalui garis, gambar, dan juga puisi dalam karya lukisannya.
”Yeh Pulu merupakan sederet metafora baru, hasil interpretasi ikonografis relief Yeh Pulu,” kata pendiri Museum Seni Agung Rai (Arma) Ubud, Anak Agung Gede Rai, dalam tulisannya di katalog pameran tunggal ”Hulu Pulu, Five Years Exploration of Yeh Pulu Reliefs”.
Ke depan, saya akan menata dan membangun Bali dengan kekuatan yang ada, membangun Bali dengan jati dirinya, sehingga Bali lebih tegak. (Wayan Koster)
Ketika memberikan sambutan dalam pembukaan pameran ”Hulu Pulu, Five Years Exploration of Yeh Pulu Reliefs” di Arma Ubud, Senin (12/4/2021), Agung Rai mengatakan, lukisan karya Kun Adnyana juga merupakan hasil kajian akademis seniman terhadap relief Yeh Pulu selain merupakan karya seni.
Kurator pameran Nawa Tunggal mengatakan, Kun Adnyana menghadirkan interpretasinya terhadap relief Yeh Pulu melalui pameran lukisannya sejak 2017. Nawa Tunggal, yang juga wartawan Kompas, menilai imajinasi Kun Adnyana melalui karya-karyanya bertema relief Yeh Pulu memiliki makna universal.
Kun Adnyana, menurut Nawa Tunggal, memotret pahatan relief Yeh Pulu sebagai kerangka perlawanan orang biasa di Bali pada abad ke-14 Masehi menghadapi gempuran Majapahit. Dalam tulisan kuratorial pada katalog pameran ”Hulu Pulu”, Nawa Tunggal menyebutkan Kun Adnyana menerbitkan penguatan resonansi kultural orang Bali yang memiliki kepenuhan atas harga dirinya.
Pembukaan
Pameran tunggal Kun Adnyana di Arma Ubud, Senin (12/4/2021), dibuka Gubernur Bali Wayan Koster. Pembukaan pameran lukisan di Arma Ubud juga dihadiri sejumlah undangan, antara lain dari kalangan pemilik atau pengelola museum di Gianyar, pemerhati seni, budayawan, dan akademisi ISI. Adapun Kun Adnyana pernah menjabat Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sebelum dilantik sebagai Rektor ISI Denpasar.
Selain Agung Rai, hadir pula pemilik Museum Seni Neka Pande Wayan Suteja Neka, Ketua Yayasan Ratna Wartha Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati, dan Rektor ISI Yogyakarta periode 1997-2006 I Made Bandem serta Rektor Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua periode 2014-2020 I Wayan Rai.
Pelaksanaan pembukaan pameran tunggal ”Hulu Pulu” di Arma Ubud juga menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyakit Covid-19, termasuk dengan pembatasan jumlah undangan.
Kritikus seni Jean Couteau mengatakan, Kun Adnyana mendalami relief Yeh Pulu dengan menempatkan kesadarannya berhadapan dengan waktu dan menanggapinya secara kekinian. Menurut Jean, perihal kesadaran atas waktu masih jarang disentuh seniman.
Wayan Koster menyampaikan, Bali memiliki budaya sebagai sumber inspirasi dan juga sumber daya manusia yang tekun. Kekayaan budaya dan keberadaan sumber daya manusianya itu menjadi modal pembangunan Bali.
”Ke depan, saya akan menata dan membangun Bali dengan kekuatan yang ada, membangun Bali dengan jati dirinya, sehingga Bali lebih tegak,” kata Koster sebelum membuka pameran tunggal Kun Adnyana.
Kebudayaan, tambah Koster, akan dijadikan basis pembangunan dan pengembangan ekonomi daerah. Ia mengatakan sedang menyusun skema kebijakan menyeimbangkan struktur ekonomi Bali yang bertumpu pada pertanian, pariwisata, dan industri. Budaya, menurut Koster, menjadi sumber dimensi ekonomi daerah, yakni ekonomi kreatif berbasis budaya.