Tinggal di Tenda Darurat, Warga Lumajang Berharap Bantuan Pembangunan Rumah
Warga Lumajang menanti kepastian penggantian pembangunan rumah mereka yang rusak akibat gempa. Mereka saat ini tinggal di tenda-tenda darurat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Dampak gempa di selatan Malang pada Sabtu (10/4/2021) menyebabkan 5 orang meninggal dan 300-an rumah warga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, rusak. Warga menanti kepastian penggantian pembangunan rumah dari pemerintah. Hingga kini, mereka tinggal di tenda darurat dengan kondisi seadanya tidak jauh dari reruntuhan rumahnya.
Dari pantauan, Minggu (11/4/2021), warga Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang, disibukkan dengan membereskan puing-puing rumah. Mereka mencari sisa-sisa perabot yang masih bisa diselamatkan.
Desa Kaliuling merupakan wilayah paling parah terdampak gempa bumi. Rumah-rumah warga roboh total atau retak parah dan tak mungkin lagi ditinggali. Oleh karena itu, warga rata-rata mendirikan tenda beratap terpal untuk tidur sementara di halaman rumah, di pinggir jalan desa, atau bagian teras rumah yang masih kuat. Sebagian korban memasang kasur di pinggir jalan untuk beristirahat.
”Di sini tinggal saya dan istri. Ya, tinggal di pinggir jalan ini saja tidak apa-apa. Rumah hancur dan tak bisa ditempati,” kata Sunar (89), warga Desa Kaliuling yang rumahnya rusak total. Sunar saat ini hanya tinggal dengan istrinya yang juga sudah renta dan sakit di bagian kaki.
Kami berharap ada kepastian bantuan untuk membangun rumah. Semoga pemerintah bisa membantu. (Yati)
”Tidak mungkin tinggal dekat rumah karena takut ada gempa susulan seperti tadi pagi. Lebih baik tinggal di pinggir jalan saja asal bisa untuk istirahat,” kata Sunar.
Untuk kebutuhan makan dan minum, Sunar pada hari itu mendapatkan makanan dari anaknya yang tinggal di Ampelgading, Kabupaten Malang. Lokasinya lebih kurang 20 kilometer dari rumah Sunar. Anak Sunar datang mengunjungi ayah dan ibunya begitu mengetahui gempa menimbulkan banyak kerusakan.
”Kami berharap ada kepastian bantuan untuk membangun rumah. Semoga pemerintah bisa membantu sehingga bapak dan ibu saya bisa segera membangun kembali rumahnya dan tinggal dengan lebih aman daripada di pinggir jalan seperti ini,” tutur Yati, anak Sunar.
Harapan serupa diungkapkan Abdul Latif (48), warga RT 003 RW 003. ”Rumah ini baru saya renovasi, belum ada empat tahun. Ternyata tidak kuat juga terkena gempa. Ini gempa kedua yang saya alami, tapi kerusakannya lebih parah ini,” katanya. Rumah Abdul Latif juga rata dengan tanah.
Selain menanti kepastian bantuan pembangunan rumah, warga juga masih takut dengan kemungkinan gempa susulan. ”Saya ingin mengambil barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Tapi rasanya takut juga kalau ada gempa susulan. Kemarin waktu gempa, lantai dan tanah seperti naik semua dan bergerak-gerak dengan cepat. Untung saya bisa menyelamatkan diri,” tutur Liani (45), warga RT 005 RW 010 Desa Kaliuling.
Liani masih takut untuk masuk ke dalam rumah setelah kejadian itu. Kini, ia tinggal di rumah tetangga sebelah rumahnya yang bagian terasnya masih utuh.
Adapun Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, dampak gempa di Lumajang, sekitar 300 rumah rusak dan lima orang meninggal. Saat ini, fokus penanganan pada pembersihan puing-puing bangunan. ”Nanti setelah itu selesai, akan dilakukan pembangunan lagi dengan bantuan dari pemkab, Provinsi Jatim, dan pemerintah pusat,” kata Thoriqul.
Di Lumajang, tiga orang meninggal berasal dari Desa Kaliuling. Adapun dua orang lagi adalah pengguna jalan yang tertimpa longsoran saat melintas di Km 57 Bukit Piket Nol. Proses pembersihan reruntuhan rumah masih dilakukan oleh warga, TNI-Polri, dan sukarelawan.