Sebagian Warga Terdampak Mulai Kembali ke Aktivitas Rutin
Penangan banjir bandang di Kabupaten Bima, NTB, masih terus berlangsung. Meski demikian, sebagian warga terdampak telah kembali menjalani aktivitas rutin seperti sebelumnya.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
BIMA, KOMPAS — Lebih dari sepekan pascabanjir bandang, aktivitas warga di wilayah terdampak di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, belum pulih. Meski demikian, sejumlah warga sudah kembali ke aktivitas rutin sebelum gempa, misalnya bertani, berladang, dan kegiatan ekonomi lainnya. Adapun penanganan bencana masih akan terus berlanjut hingga berakhirnya masa tanggap darurat.
Berdasarkan pantauan Kompas di tiga kecamatan yang terdampak, yakni Monta, Woha, dan Bolo, Sabtu (10/4/2021), pembersihan rumah pascabanjir bandang pada Jumat (2/4/2021) itu masih berlangsung.
Tetapi, sebagian besar sudah dibersihkan dari lumpur. Warga lebih banyak terlihat menjemur perabotan, seperti tempat tidur, lemari, dan pakaian. Adapun fasilitas umum, seperti mushala dan masjid, telah digunakan seperti semula untuk kegiatan peribadatan.
Di wilayah yang sama, sebagian warga juga sudah kembali ke sawah atau ladang. Mereka terlihat memotong padi yang tersisa atau tidak terkena banjir bandang. Data Pusat Pengendalian dan Operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat, ada 350 hektar lahan pertanian yang rusak.
Di beberapa titik, terlihat juga warga yang memperbaiki saluran irigasi atau membersihkan material-material banjir bandang yang tersisa, termasuk tumpukan jerami yang terbawa arus.
Selain ke sawah, warga juga terlihat mengeluarkan padi atau gabah serta jagung yang disimpan dan basah oleh banjir bandang. Sebagian gabah terlihat sudah hitam, tetapi tetap coba dikeringkan.
Warga memanfaatkan halaman rumah dan pinggir jalan untuk menjemur padi, termasuk area-area kosong, seperti di tempat penggilingan padi dan halaman sekolah.
”Warga di sini memang sudah ada yang kembali ke sawah, termasuk aktivitas lain yang bisa dikerjakan selain membersihkan rumah, seperti menjemur padi dan jagung,” kata Amirudin (45), warga Desa Tangga, Kecamatan Monta.
Hal serupa juga terlihat di Desa Leu, Kecamatan Bolo. Hingga Selasa (6/4/2021), aktivitas di sepanjang jalan di desa itu terhenti karena warga fokus pada pembersihan rumah.
Tetapi, pada Sabtu ini, mereka sudah kembali berkegiatan. Toko-toko kembali dibuka. Begitu juga dengan warung kelontong di tepi jalan.
”Pada umumnya, hampir di semua kecamatan terdampak, warga sudah kembali beraktivitas seperti semula,” kata Sekretaris BPBD Kabupaten Bima Indra Nurjaya, Sabtu siang.
Kegiatan sekolah
Kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah terdampak belum berjalan. Pihak sekolah masih fokus pada pembersihan.
Bersama TNI, Polri, dinas pemadam kebakaran, Palang Merah Indonesia, dan BPBD, pihak sekolah bergotong royong mengeluarkan dan membersihkan meja dari lumpur.
”Kami saat ini seharusnya melaksanakan ujian praktik untuk kelas enam. Namun, karena kondisi sekolah tidak memungkinkan, dipindah dengan mengumpulkan siswa di rumah guru,” kata Kepala SDN Rabakodo, Woha, Mulyadin.
Untuk siswa kelas satu sampai lima sementara tidak belajar. ”Oleh karena itu, kami berharap penanganan dampak banjir ini segera bisa dilakukan. Tidak hanya pembersihan, tetapi juga penggantian sarana prasarana sekolah yang rusak sehingga siswa cepat belajar lagi, terutama kelas enam yang sebentar lagi ujian,” kata Mulyadin.
Kepala SDN 3 Tente, Kecamatan Woha, Muhammad Setiawan mengatakan, karena banyak siswa dan guru yang terdampak, ujian praktik belum bisa mereka lakukan. Oleh karena itu, pihak sekolah sudah meminta agar ada ujian susulan.
Terkait kegiatan belajar-mengajar, menurut Kepala Seksi Kurikulum, Peserta Didik, Penilaian, dan Pembangunan Karakter Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bima Karyadin, untuk mempercepat pemulihan, semua kepala satuan pendidikan telah diminta melakukan pembersihan sekolah.
Selain itu, kepala satuan pendidikan juga diminta menggerakkan para guru agar melakukan kunjungan rumah, termasuk membantu warga belajar yang terdampak, misalnya pakaian dan buku-buku. Biaya pengadaan bisa diambil dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
”Selain itu, kami juga akan melakukan kegiatan trauma healing bagi warga belajar di posko-posko utama di daerah terdampak," kata Karyadin.
Penanganan
Menurut Indra, penanganan warga terdampak banjir bandang di Kabupaten Bima akan terus berlanjut hingga berakhirnya masa tanggap darurat. Bupati Bima sebelumnya telah menetapkan masa tanggap darurat bencana hidrometeorologi selama satu bulan.
Oleh karena itu, menurut Indra, posko lapangan, termasuk dapur lapangan akan tetap ada untuk membantu warga terdampak. Pantauan Kompas, posko-posko lapangan hingga Sabtu masih tetap menyiapkan makanan bagi para penyintas.
Bantuan juga terpantau masih terus mengalir dari berbagai pihak. Baik dari wilayah tetangga seperti Kabupaten Bima, Dompu, juga dari Pulau Lombok dan daerah lain.
Hari ini, 13.000 paket pokok bantuan Presiden Joko Widodo juga tiba di Kabupaten Bima. Bantuan itu langsung disalurkan ke lima kecamatan terdampak, yakni Monta, Woha, Bolo, Madapangga, dan Palibelo.
Bantuan yang diangkut menggunakan 17 truk diserahkterimakan terlebih dahulu di Kantor Bupati Bima. Baru kemudian diberangkatkan ke masing-masing kecamatan. Begitu tiba di kecamatan, perwakilan desa-desa terdampak langsung mengambil bantuan berdasarkan jumlah keluarga terdampak.
”Begitu tiba, memang langsung kami salurkan ke desa-desa,” kata Camat Bolo Mardianah.