7 Orang Meninggal dan 372 Bangunan Rusak akibat Gempa Malang
Jumlah korban gempa terus bertambah. Begitu pula jumlah bangunan yang rusak. Kabupaten Lumajang bahkan membuka posko pengungsian bagi warga yang rumahnya rusak di Kecamatan Tempursari.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI DAN DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Data jumlah korban dan bangunan rusak akibat gempa bumi M 6,1 yang terjadi pada Sabtu (10/4/2021) pukul 14.00 di Malang terus bertambah. BNPB Jawa Timur merilis 7 orang meninggal dan 372 bangunan rusak akibat gempa Malang.
Rilis dampak gempa itu dikeluarkan BNPB Jatim pukul 20.00. Data ini kemungkinan masih terus berkembang seiring dengan hasil pengecekan lapangan.
Dari tujuh orang korban meninggal, tiga dari di Kabupaten Malang. Sampai malam ini BPBD Kabupaten Malang masih mengidentifikasi korban meninggal. Dua korban lainnya meninggal dalam perjalanan Lumajang-Malang. Mereka adalah Ahmad Fadholi dan Sri Yani (46), warga Lumajang. Mereka meninggal karena kejatuhan batu saat melintas di jalan Lumajang-Malang. Dua korban selanjutnya juga berasal dari Lumajang. Keduanya tertimpa reruntuhan bangunan. Dua orang ini adalah Nasar dan Amin.
Selain itu tercatat ada 372 bangunan rusak. Rincian bangunan rusak adalah 11 rumah rusak berat, 194 rumah rusak sedang, 126 rumah rusak ringan, dan 13 rumah belum teridentifikasi kerusakannya. Kerusakan juga menimpa satu ponpes, 11 sarana pendidikan, 6 sarana ibadah, 7 kantor pemerintahan dan 1 RSUD. Sampai malam ini terdapat pengungsian di Desa Kali Uling, Kecamatan Tempur Sari, Lumajang.
Di Malang, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang Bambang Istiawan dan Sekretaris BPBD Kabupaten Malang Bagyo Setiono, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, kerusakan bangunan umumnya terjadi pada bagian atap jebol, asbes retak, dan genteng runtuh. Daerah paling terdampak berada di sisi tenggara, antara lain Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudho, Dampit, Turen, Gedangan, dan Bantur.
Kerusakan bangunan tidak hanya terjadi pada rumah, tetapi juga beberapa fasilitas umum, seperti kantor Desa Majatengah di Kecamatan Dampit dan puskesmas di Kecamatan Bantur. Beberapa kantor dinas di Pemerintah Kabupaten Malang juga dilaporkan rusak ringan di bagian atap.
”Sampai malam ini tidak ada pengungsian, tidak ada tsunami, semua ditampung di rumah warga,” kata Bambang.
Bagyo menambahkan untuk sementara penanganan dilakukan secara gotong royong sehingga kerusakan cepat ditangani. Sebab, kalau menunggu bantuan dari pemerintah waktunya terlalu lama.
Untuk sementara penanganan dilakukan secara gotong royong sehingga kerusakan cepat ditangani.
”Sekarang ditangani dulu. Kalau soal makanan yang rumahnya rusak ditanggung warga. Mereka bergotong royong dulu untuk memperbaiki, tetapi pemerintah daerah tetap memberikan bantuan, baik dalam bentuk simultan maupun yang lain,” ujarnya.
Menurut Bagyo, aktivitas warga tidak banyak terganggu oleh gempa. Mobilitas mereka tetap jalan karena kerusakan yang terjadi bersifat sporadis, tidak seperti gempa Yogyakarta tahun 2006 yang kerusakannya masif.
Sementara itu, di Kabupaten Blitar kerusakan juga tidak hanya terjadi pada rumah warga. Plafon Ruang Paripurna Gedung DPRD Kabupaten Blitar rusak. Sejumlah bangunan perkantoran, sekolah, dan ruangan di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar juga tidak luput dari kerusakan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Blitar Achmad Kholik, Sabtu malam, mengatakan, jumlah kerusakan terbanyak di Kecamatan Talun sebanyak 28 unit, Srengat 27 unit, dan Bakung 21 unit.
Kerusakan oleh gempa juga terjadi di salah satu wahana obyek wisata di Jatim Park II (Batu Secret Zoo). Kepala patung gorila raksasa setinggi 7 meter yang dibangun 2008-2010 roboh. Tidak ada korban jiwa atau luka dalam peristiwa ini.
Marketing dan Manajer Humas Jatim Park Grup Titik S Arianto mengatakan, begitu roboh, lokasi langsung diamankan sehingga tidak ada wisatawan yang mendekat.