Presiden Joko Widodo Berjanji Segera Relokasi Korban Siklon Seroja ke Tempat Aman
Presiden Joko Widodo mengunjungi korban bencana alam di Kabupaten Lembata dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Presiden berjanji merelokasi mereka ke tempat lebih aman. Kerusakan di hulu diduga picu banjir bandang.
Oleh
Anita Yossihara dan Frans Pati Herin
·5 menit baca
LEMBATA, KOMPAS — Pemerintah memutuskan merelokasi warga terdampak bencana siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur ke tempat yang lebih aman. Selain menyiapkan lahan, pemerintah juga akan segera membangun permukiman baru untuk para penyintas bencana.
Presiden Joko Widodo menyampaikan keputusan itu saat meninjau lokasi terdampak bencana siklon tropis Seroja di Kabupaten Lembata dan Flores Timur, NTT, Jumat (9/4/2021). Meski begitu, pemerintah tetap akan meminta persetujuan masyarakat sebelum merealisasikan rencana relokasi.
Presiden juga bermusyawarah dengan Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur mengenai penanganan dan pemulihan pascabencana, termasuk relokasi warga.
”(Untuk) daerah yang terdampak ini, saya sudah berbicara dengan Gubernur NTT (Viktor Laiskodat) dan Bupati Lembata. Nanti dengan persetujuan masyarakat, lokasi ini akan dipindahkan, akan direlokasi dan secepatnya akan dibangun, dalam waktu yang secepat-cepatnya,” kata Presiden saat meninjau Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, Lembata.
Tak hanya Lembata, pemerintah juga berencana merelokasi permukiman warga terdampak bencana di Flores Timur. Lahan baru akan disiapkan pemerintah daerah dan pemukiman warga dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Presiden menggunakan helikopter Super Puma TNI AU juga sempat memantau dampak bencana saat terbang dari Bandara Frans Seda di Maumere, Sikka, menuju Bandara Wonopito di Lembata. Selain merusak ratusan rumah penduduk serta fasilitas umum, banjir bandang di Lembata menelan korban jiwa dan sebagian lagi masih hilang.
Total yang terdampak bencana siklon tropis Seroja di Kabupaten Lembata dan Flores Timur, NTT, sejauh ini terdata ada 163 orang meninggal dan 45 orang belum ditemukan.
Lokasi bencana yang tersebar di sejumlah pulau membuat pemerintah menyiagakan enam helikopter di Bandara Frans Seda untuk mendistribusikan bantuan dan mengevakuasi korban yang butuh penanganan medis segera. Helikopter sangat vital untuk ke Adonara, Lembata, Alor, Malaka, Sabu Raijua, dan Rote Ndao karena gelombang masih tinggi sehingga transportasi laut belum beroperasi.
Juru Bicara Gubernur NTT Marius Ardu Jelamu mengatakan, jumlah pengungsi yang tersebar di 18 kabupaten/kota di NTT sebanyak 48.669 orang. Mereka tersebar di 2.730 titik pengungsi.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT Sylvia Pekujawang dalam rapat koordinasi distribusi logistik di Kupang, Jumat, mengatakan, bantuan mulai mengalir.
Sylvia dan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTT Yusuf Adu menerima 18 sukarelawan PT Inalum dan PT Bukit Asam, yang membawa dua peti kemas obat-obatan dan tiga peti kemas bahan pokok.
TNI juga menyediakan lima kapal perang, termasuk rumah sakit terapung, untuk melayani korban bencana. Kepala Seksi Teritorial Korem 161/Wirasakti Kupang Kolonel (Inf) Seniman Zega menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan semua kodim di NTT untuk mengerahkan 1.402 personel membantu korban bencana.
Bantuan untuk korban bencana NTT terus dihimpun dan akan diberangkatkan dari Surabaya, Jawa Timur. Yayasan Arek Lintang (Alit) Indonesia dan pasukan Marinir 2 TNI AL sampai Jumat telah mengumpulkan kebutuhan pokok hingga perlengkapan mandi, pembalut, dan selimut. Bantuan akan diserahkan ke Komando Armada 2 TNI AL untuk dikirim dengan kapal perang.
Komandan Lantamal V Laksamana Pertama Mohamad Zaenal mengatakan, bantuan akan dimuat ke KRI Semarang-594 yang sedang sandar di Komando Armada 2. KRI akan berangkat dari Surabaya menuju NTT pada Sabtu (10/4/2021).
Kerusakan di hulu
Banjir bandang di Adonara dan di Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, diduga juga terjadi akibat kerusakan alam di hulu. Jejak kerusakan alam terlihat dari bekas gergaji mesin di kayu gelondongan yang dibawa banjir menerjang permukiman warga. Ada juga kayu utuh yang tercerabut dengan akarnya. Potongan kayu itu terbawa air hujan lewat kali mati antara Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang.
”Jadi, kerusakan itu seperti menunggu momentum kapan berubah menjadi bencana alam. Juga kondisi curah hujan memang terlalu ekstrem. Ini menjadi pelajaran berharga buat kita semua untuk menjaga alam,” kata Robet Mangu (60), warga Kelurahan Waiwerang.
Bupati Flores Timur Anton G Hadjon mengakui kerusakan hutan di wilayah pegunungan menjadi salah satu penyebab. Ia akan memerintahkan dinas terkait untuk memetakan lokasi gundul agar dilakukan reboisasi. Ia juga mengimbau masyarakat agar bijak mengelola lahan mereka.
Kawasan hulu di Kabupaten Bima bagian selatan juga telah beralih fungsi dari hutan menjadi ladang jagung. Hal itu diduga menjadi salah satu pemicu banjir bandang yang melanda belasan desa di Kecamatan Monta dan Woha. Hal itu terlihat di kawasan Bendungan Pelaparado, Kecamatan Monta, Jumat. Saat hujan berintensitas tinggi melanda Kabupaten Bima pada Jumat lalu, Bendungan Pelaparado meluap. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB Madani mengakui alih fungsi hutan menjadi ladang jagung menjadi salah satu penyebab banjir di Kabupaten Bima.
Sementara itu, bibit siklon 90S di Samudra Hindia sebelah selatan Pulau Jawa tumbuh menjadi siklon tropis Odette sejak Jumat (9/4/2021) pagi. Adapun siklon Seroja berada sekitar 480 kilometer di sebelah selatannya. Dua siklon ini bergerak menjauhi Indonesia dan memberi dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca.
”Potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat dalam 24 jam ke depan yang dapat disertai kilat serta angin kencang bisa terjadi di wilayah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Potensi tersebut dipastikan tidak akan seekstrem seperti ketika kejadian siklon tropis Seroja masih di dekat wilayah Nusa Tenggara Timur,” kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto di Jakarta, Jumat.