April-Meil 2021 Masuk Pancaroba, Waspadai Cuaca Ekstrem di Jawa Barat
Jawa Barat memasuki peralihan musim hujan ke kemarau atau pancaroba pada April-Mei 2021. Kondisi ini berpotensi memicu cuaca ekstrem sehingga patut diwaspadai.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Jawa Barat memasuki peralihan musim hujan ke kemarau atau pancaroba pada April-Mei 2021. Kondisi ini berpotensi memicu cuaca ekstrem sehingga patut diwaspadai.
Koordiantor Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Bogor Hadi Saputra mengatakan, puncak musim kemarau di Jabar diprediksi terjadi pada Agustus 2021. Sementara dalam dua bulan ke depan merupakan masa transisi dari musim hujan.
“Oleh sebab itu, pada April-Mei perlu diwaspadai cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan potensi hujan es,” ujarnya Jumat (9/4/2021).
Hadi mengatakan, La Nina diprediksi masih berlangsung setidaknya hingga Mei. La Nina adalah anomali cuaca yang berdampak pada peningkatan curah hujan.
Akan tetapi, dampak La Nina tidak selalu merata terhadap seluruh wilayah Jabar. Pada Januari-Februari lalu misalnya, terjadi cuaca ekstrem yang memicu banjir di utara dan selatan Jabar. Namun, cuaca di Jabar bagian tengah, seperti Bandung dan sekitarnya, relatif lebih kering.
Ancaman bencana berpotensi meningkat jika terjadi siklon tropis. Bibit siklon terpantau di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat dan di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu.
Puncak musim kemarau di Jabar diprediksi terjadi pada Agustus 2021. Sementara dalam dua bulan ke depan merupakan masa transisi dari musim hujan
Hadi menuturkan, siklon tropis tidak memengaruhi musim, melainkan cuaca dalam jangka pendek. Sebab, umumnya siklon berumur tujuh hari dan berpindah sehingga tidak bertahan di satu tempat.
“Jika siklonnya mendekat, angin akan lebih kencang. Namun, ini tidak berdampak pada cuaca jangka panjang,” ucapnya.
Menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab, terpantau dua bibit siklon, yaitu 90S dan 91S. Bibit siklon 90S terpantau di sekitar Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat, tepatnya di 15,8 LS-105,7 BT.
Citra satelit menunjukkan pumpunan awan konvektif yang signifikan di sekitar pusat sistem tekanan rendah 90S. Sementara bibit siklon 91S berada di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu, tepatnya di 9,7 LS-93 BT. ”Untuk 91S, peluang menjadi siklon tropis relatif rendah,” kata Fachri. (Kompas, 9/4/2021).
Potensi kekeringan
Sebagian besar wilayah Jabar juga akan memasuki awal musim kemarau pada Juni 2021. Namun, beberapa wilayah di utara, seperti Bekasi bagian tengah dan utara, sebagian Karawang dan Indramayu, Subang utara, dan Cirebon diperkirakan memasukinya pada dasarian I-III April.
Hadi menjelaskan, sifat hujan pada musim kemarau tahun ini di 42 persen wilayah diprediksi normal. Sementara 19 persen wilayah di bawah normal dan 39 persen wilayah di atas normal.
Kekeringan berpotensi terjadi di kawasan dengan sifat hujan di bawah normal karena air akan berkurang. Kawasan ini meliputi sebagian kecil Bogor timur, sebagian Sukabumi tengah, timur dan utara, sebagian besar Cianjur, Bandung bagian tengah dan barat, sebagian besar Purwakarta, Subang bagian selatan, serta Sumedang bagian barat.
BMKG merekomendasikan pemerintah daerah dan masyarakat di daerah tersebut untuk menyimpan air pada masa peralihan musim. Caranya dengan memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air lainnya.
“Untuk menekan risiko penurunan hasil pada lahan sawah, pengelolaan air untuk kebutuhan pertanian harus lebih hemat,” ujarnya.